18. Benarkah?

661 97 12
                                    


"Ingatkah kalian, dengan masa kecil kalian? Masa kala bermain bersama anak-anak sebaya kalian. Ingat itu menjadi kenangan, dan kelak ceritakan pada penerus kalian." Jovan~

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

🐺🦁

Setelah menempuh perjalanan lebih dari 15 Jam, akhirnya keduanya sampai pada tanah kelahiran Jovan. Karena hari masih cukup siang, keduanya memilih langsung menuju rumah lama Jovan.

Dengan menyewa sebuah mobil keduanya membelah jalanan kota. Jovan sendiri sibuk dengan laptop dipangkuannya dan Leon yang sibuk mengemudi. Keduanya tak perlu merasa khawatir karena tersesat dinegara orang. Mereka menggunakan GPS sebagai penunjuk jalan. Lagi pula alamat rumah Jovan tidaklah asing dimata orang-orang.

Beberapa menit berkendara keduanya sampai pada jalanan yang sepi akan orang-orang. Leon menurunkan kecepatannya, melihat sekitar yang nampak sepi. Banyak rumah-rumah disini, tetapi semua seperti tak berpenghuni.

"Benar disini?"

Jovan mengalihkan pandangannya menatap sekeliling. Ia tersenyum getir melihat pemukiman yang mirip kota mati ini.

"Iya, keknya mereka pergi setelah malam itu."

"Yang mana?"

Jovan meneliti beberapa rumah yang mereka lalui. Hingga melihat sebuah papan nama yang nampak rusak dipinggir jalan.

"Rumah dengan papan itu," Jovan menunjuknya.

Leon dengan segara mendekati rumah yang nampak sekali berbeda itu. Setelah masuk ke halaman dan melihat jelas rumah itu, ia cukup terkejut. Rumah ini terlihat sangat bagus. Namun terlihat jelas mengalami kebakaran hebat yang mengakibatkan beberapa bagian rusak parah.

Jovan segera turun dari mobil. Ia melihat sekitar sendu. Ingatan dimana dulu ia bermain dihalaman ini terulang. Ayunan yang biasanya ia pakai sudah rusak parah.

Rumah ini sekarang benar-benar mengerikan. Ilalang tumbuh menjulang tinggi disana. Rumah juga nampak sekali mirip rumah hantu.

Jovan sama sekali tak takut, ia dengan pelan mendekati rumahnya. Ketika akan menginjak tangga naik ia hampir saja terjatuh karena tangga yang tiba-tiba patah.


Masuk ke dalam rumah keduanya melihat kondisi yang sangat kacau. Sisa-sisa kebakaran masih terlihat jelas disana. Juga yang membuat keduanya heran adalah beberapa bercak darah yang telah mengering.

Melihat kondisi rumah membuat Jovan ingat dengan malam kelam itu. Malam penuh perjuangan untuk bisa hidup. Api berkobar besar, membakar rumahnya.

Rasa pening dikepala tiba-tiba menyerang. Ia terhuyung hampir saja jatuh sebelum Leon menangkapnya.

Leon menatap wajah pucat Jovan.
"Lo gapapa?"

Jovan menegakkan tubuhnya. Ia menggeleng untuk menghalau rasa pening itu.
"Gua oke, mungkin cuma kecapean."

"Ya sudah kita cari hotel dan istirahat."

MĄŚĶÃ {Topeng} || End✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin