8. 🦊×🐺

1K 139 16
                                    

"Kebahagian ku sederhana. Cukup dengan melihat tingkah dan senyum mu, Ov." Gean

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

🐺🦁

  Di sebuah ruangan bernuansa coklat terlihat seorang pria dengan setelan kantor. Ia duduk disofa menghadap jendela. Menatap lamat pemandangan malam dibawah sana. Diantara jari-jarinya terselip sebatang nikotin. Ia menghisapnya lalu keluar asap dari mulutnya.

Perlahan senyum miring terukir dibibirnya. Rencana yang ia buat selama ini berjalan lancar, tinggal menunggu waktu untuk menyalakan bomnya.

Tak berselang lama pintu ruangan terbuka, seorang pemuda masuk dengan wajah datarnya. Pria itu sama sekali tidak beranjak walapun ada seseorang yang datang.

"Apa mau mu, Son?" Tanyanya dengan suara berat.

Pemuda itu berdecih lirih.
"Hentikan semuanya."

Tawa terdengar dari pria itu.
"Wahh, putra ku tubuh menjadi pemuda yang hebat. Kau sangat setia pada teman mu itu." Ia membalikkan badan, menatap remeh putranya.

Pemuda itu diam menatap datar. Ia sangat muak dengan pria di hadapannya ini, ia bagaikan budaknya.
"Sudah cukup anda menyiksanya. Apa Anda kurang puas mengambil orang tersayangnya?"

"Sangat, aku masih mau lebih." Ia tersenyum miring.

"Serakah."

Pria itu justru tertawa keras, lucu melihat putranya. Namun sesaat ia langsung diam, menatap pemuda di depannya tajam.
"Jangan berani menghalangi ku Son. Atau kau tau akibatnya."

"Cih," pemuda itu bercih lantas pergi dari ruangan itu dengan emosi meluap.

Pria itu menatap kepergian putranya remeh.
"Sepertinya kau juga masuk dalam pesonanya."

¤¤¤

Pagi minggu ini begitu cerah, secerah senyum Jovan. Ia bangun sangat pagi, biasanya Zio yang membangunkan kini sebaliknya.

"Kebo, bangun! Mau ikut gak lo!?"

Zio menggeliat, perlahan mata bulatnya terbuka menatap malas Jovan. Namun kucing itu tetap bangun pergi mengikuti babunya.

Setelah memberi energi pada Zio, keduanya keluar dari gedung apartemen. Jovan menggunakan setelan olahraganya, pagi ini mereka akan lari pagi. Seperti biasanya pasti mereka tidak jauh dari taman.

Banyak orang-orang yang tengah berlari pagi hari ini. Mereka benar-benar memanfaatkan hari libur. Keduanya berlari kecil mengitari taman, Zio terus mengikuti babunya lucu.

Hingga seorang pemuda dengan setelan serba hitam mendatangi keduanya. Ia juga ikut berlari kecil disamping Jovan. Melirik sekilas pemuda itu, tetapi ia tatap berlari.

"Ikut aku." Setelahnya pemuda itu berlari menjauh.

Jovan berhenti sejenak, detik berikutnya ia berlari kecil mengikuti pemuda itu. Ia dibawa kesebuah danau tak jauh dari taman. Danau ini sangat sepi, tidak ada seorang pun malah. Jovan sempat dibuat bingung, tetapi ia tetap berlari.

MĄŚĶÃ {Topeng} || End✓Where stories live. Discover now