"Sudah ayo makan, dan kamu duduk dikursi lain." David menatap Ainelis datar.

Tanpa kata Ainelis pun menduduki kursi paling ujung agak berjauhan dengan yang lain.

"Maaf kak, aku gak bisa bantu kakak." batin seseorang.

Skip.

Setelah makan malam, mereka kumpul diruang keluarga.

"Ehem, kalian dengarkan saya," kata David memulai pembicaraan.

"Mulai besok dan seterusnya Ayu tinggal disini sampai orang tuanya pulang ke Indonesia, mereka pergi ke Inggris mengurus pekerjaannya." David menatap mereka dan tersenyum lembut pada Ayu.

Ainelis hanya diam saja memperhatikan drama keluarga di depannya. Bagaimana tidak, posisi Ayu ada ditengah antara Rani dan David. Sedangkan rambutnya dielus sayang oleh Rani bahkan saudara Ainelis duduk tidak jauh dan senyum sayang ke Ayu. Beda saat Ainelis yang diposisi itu, Ainelis duduk disofa tunggal sendiri agak berjauhan.

"Buat kamu. Jangan pernah mencari gara-gara dengan Ayu atau tau akibatnya," kata David menujuk Ainelis dengan dingin.

"Wah².. Berasa anak bawang, seharusnya itu kedia bukan gue babi." batin Ainelis.

Merasa sudah bosan Ainelis pun berdiri dan berjalan ke kamarnya, namun langkahnya terhenti.

"Mau kemana kamu?" kata Roni yang sedari tadi diam.

"Kamar." singkat Ainelis tanpa menoleh.

"Iya udah sana. Ganggu aja," kata Aldi

Ainelis tidak menjawab. Ia kembali berjalan ke kamarnya. Saat hendak menutup pintu kamar, dia mendengar tawa bahagia mereka.

FlashOff.

Saat ini Ainelis berangkat sangat pagi jam 06:12 WIB mengendarai motor sportnya dengan bernyanyi keras dan menggodain wanita lewat. semalam dia tidak jadi ikut balapan karena gara-gara lotus itu membuat adu mulut lagi dengan keluarga William dan entah efeknya membuat pagi ini urat malunya Ainelis putus. Seperti saat ini,

"Aku punya anjing 1~ dia sukanyaa rib--"

Nyanyian Ainelis terhenti saat melihat didepannya pasangan suami-istri yang sedang olah raga mengendarai sepeda. Ide jahilpun muncul, ia terseyum penuh arti. Ainelis menambah kecepatan lalu saat tepat disamping mereka,

"TINNN!! IWAK-IWAK LEK!!"

"AA!"

BRAKK!
BRAKK!
BUGHH!

"Bhahaha!" tawa Ainelis pecah saat melihat mereka dari kaca spoin tabrakan dan nyungsep di got.

Saat sampai di lampu merahpun Ainelis menyempatkan berjoget bareng pengamen waria. Itu pun tidak luput dari pandangan orang-orang disekitarnya termasuk satu geng yang juga berhenti dilampu merah memperhatikan Ainelis sedari tadi.

"Siapa dia?" tanya pemuda yang masih memperhatikan Ainelis.

"Dari motornya kaya gak asing, Bos," kata pemuda lain disamping yang disebut 'Bos'.

i'm ClaraOù les histoires vivent. Découvrez maintenant