👀👀👀

Setelah hampir seminggu Arkan tidak ke kantor dan semua kerjaan Arkan di handle oleh Harry, hari ini Arkan memutuskan untuk ke kantor karena Arkan merasa tidak enak jika terus-terusan Harry yang mengerjakan pekerjaannya. Arkan memasuki kantor dengan wajah yang lesu, tidak bersemangat, bahkan orang yang menyapanya tidak ia hiraukan. Para karyawan sini bertanya-tanya "Ada apa dengan Pak Arkan?" tidak biasanya wajah pemilik kantor seperti ini.

"Harry tolong ke ruangan saya," perintah Arkan pada Harry yang tengah mengerjakan pekerjaannya.

"Baik Pak," balas Harry.

Tok tok tok.

"Masuk," ujar Arkan.

"Misi Pak, ini berkas yang bapak berikan kepada saya sudah saya kerjakan," ujar Harry dengan memberi berkas pada Arkan.

Arkan menerima dan mengecek hasil kerjaan Harry. "Oke, kamu boleh keluar," balas Arkan.

"Emmm maaf Pak sebelumnya bapak ada masalah ya?" tanya Harry hati-hati.

Arkan menatap Harry lalu mengangguk pelan. "Istri saya sedang berjuang antara hidup dan mati," ujar Arkan lirih.

"Istri? Sejak kapan Pak Arkan menikah?" ujar batin Harry.

"Saya sudah menikah sebulan yang lalu pernikahan ini tertutup hanya keluarga saja yang boleh menghadiri pernikahan saya dan itu juga kemauan saya, saya tidak mencintai istri saya, bahkan saya sangat membencinya. Anggaplah saya pria brengsek tidak tau diri sudah menyakiti hati istri sendiri, menyakiti perempuan sama saja halnya menyakiti ibu kita sendiri dan saya sangat bodoh," jelas Arkan lirih dengan menatap ke arah luar jendela.

Arkan berjalan ke arah jendela dan menatap langit yang sudah mendung mungkin langit tau kalau hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"2minggu setelah pernikahan saya membuat janji dengan dia agar pernikahan ini hanya bertahan 5bulan saja, pasti kamu yang dengar geram dan benci dengan saya kan? Tapi saya salut dengan istri saya meskipun sikap saya dengannya sangatlah dingin, cuek, tidak peduli, dia masih bertahan dengan senyum yang tidak pernah luntur si bibirnya. Saya tau setiap malam dia menangis penuh kesakitan, tapi iblis dihati saya mengatakan biarkan saja karena dengan dia datang di kehidupan saya sama saja dengan merusak kehidupan saya. Dia memang dari keluarga tidak mampu dan itu yang membuat saya mikir jika dia mau menerima perjodohan ini agar dia bisa berhura-hura dengan uang saya, seenaknya saja menghabisi uang saya, tapi nyatanya dia tidak seperti itu. Dia membeli keperluan untuk masak dengan uangnya sendiri, saya tau jika dia tidak memegang uang tapi entah darimana dia bisa membeli kebutuhan masak,"

Di setiap kata Arkan terdengar jelas bentuk penyesalan dan kesedihan yang sangat dalam di hati Arkan. Bahkan Arkan yang terkenal dingin dan Arrogant sekarang sedang menangis di depan Harry. Harry tidak ingin memotong ucapan Arkan baginya biarkan Arkan menumpahkan seluruh isi hatinya agar ia tenang.

"Saya memutuskan untuk berpacaran dengan Jennie agar dia tidak betah lalu pergi dari rumah saya tapi lagi-lagi dengan senyuman ia berikan ketika saya mengumbar kemesraan dengan Jennie, saya menyesal dengan apa yang telah saya perbuat. Ketika dia sedang berjuang antara mati dan hidup kenapa penyesalan hinggap di hati saya?" Air mata Arkan tumpah dengan deras mengingat Ica yang tengah berbaring tak berdaya.

"Memang penyesalan selalu datang terakhir Pak, Bapak bodoh karena sudah menyia-nyiakan wanita pemberian Tuhan untuk menemani hidup Pak Arkan. Mungkin Tuhan ingin mengetes Pak Arkan dengan membuat istri Pak Arkan seperti itu, Tuhan nggak mau jika Pak Arkan terus-terusan menyakiti istri Bapak," ujar Harry dengan mengelus pundak Arkan untuk memberikannya ketenangan.

Arkan menghapus air matanya dan berusaha untuk mencoba tersenyum dan kuat. "Kamu benar, sekarang saya hanya bisa berdoa agar istri saya segera sadar dan sembuh. Saya sudah janji dengan diri saya sendiri jika istri saya sadar saya akan membahagiakannya tidak akan pernah lagi menyakitinya,"

"Alhamdulillah kalau Pak Arkan ingin membahagiakan istri Bapak, saya harap Pak Arkan jangan mengulangi kesalahan Bapak lagi ya. Terima dan syukuri atas pemberian Tuhan jangan pernah menyesali apa yang telah Tuhan kasih," ujar Harry memberi motivasi pada Arkan.

Arkan terkekeh pelan. "Pasti, yasudah kamu balik kerja. Terimakasih sudah mendengar curhatan hati saya dan melihat saya menangis Haha," ujar Arkan dengan tertawa pelan.

"Baru kali ini saya melihat seorang CEO yang terkenal Arrogant menangis, ternyata Pak Arkan bisa menangis juga ya," canda Harry.

"Saya kan juga manusia biasa Ry," balas Arkan.

"Kalau begitu saya permisi untuk balik kerja ya Pak," pamit Harry yang dibalas anggukan oleh Arkan.

"Love You Ica, cepat sadar sayang dan aku akan membahagiakanmu dan memberikan apa yang kamu mau."

Halo!
Terimakasih yang sudah baca semoga suka ya!
Jangan lupa vote, komen, dan follow!

Ditunggu part selanjutnya!

Kamsahamnida

I Will Go Out Of Your LifeWhere stories live. Discover now