f i v e

95.7K 12.2K 316
                                    

Ilsya tersentak bangun dari tidur paksanya. Gadis kecil itu memandang bingung disekelilingnya dengan posisi berbaring di ranjang empuk yang besar.

Saat ini dia berada di sebuah kamar yang cukup luas dan mewah. Dia tidak tau dimana dirinya sekarang, Ilsya mulai frustasi mengingat kejadian  dengan prajurit di alun-alun Kota.

"Aku tidak akan dihukum bukan? Aku hanya melindunginya" Ucap Ilsya mencoba berfikir positif.

"Tapi bagaimana bisa tombak es itu kelual dali tangan ku?!" Lanjut Ilsya tidak berfirkir positif lagi.

"Jangan-jangan meleka menganggapku belbahaya kalna mengelualkan sihil itu?!" Ucap Ilsya semakin negatif.

Prasangka buruk mulai berputar dalam kepala mungilnya. Ilsya sudah mencoba berfikir positif agar sedikit tenang tapi dia tidak bisa! Ilsya sangat panik, Ini di ambang hidup dan matinya.

Ilsya turun dari ranjang itu, dan bergegas menuju pintu yang sangat besar berniat untuk keluar dari kamar ini. Ilsya mencoba membuka pintu itu dengan sekuat tenaga, tapi apa yang kau harapkan dari anak berumur 5 tahun sekecil Ilsya?.

"Ughh..Belat... Kenapa sangat susah untuk membukanya." Ilsya mengeluh dengan pipinya yang menggembung merah.

Dan tiba-tiba pintu besar itu terbuka dari luar. Karna tidak kesiapan Ilsya, Gadis kecil itu terdorong hingga terjatuh ke lantai.

"Nona kecil, maaf kan saya. Saya tidak tahu keberadaan Nona." Ucap wanita itu panik.

Dilihat dari pakaiannya wanita ini sepertinya seorang pelayan.
Wanita itu langsung membantu tubuh mungil Ilsya untuk berdiri dan sedikit membenahi gaun putih lusuhnya.

"Baiklah tidak apa-apa ini hanya kecelakaan kecil." Balas Ilsya tersenyum polos pada wanita itu.

"Bolehkan Ilsya tau tempat apa ini?" Tanya Ilsya menatap lekat wanita itu.

Pipi nya yang masih memerah karna berusaha membuka pintu besar tadi, Ilsya bertanya dengan mata besar lugu pada pelayan wanita itu. Saat ini kondisi Ilsya mirip seperti kelinci putih yang sedang tersesat.

"Ahh Nona... Kamu sedang berada di kediaman Duke Claiden." Ucapnya sambil mengelus pipinya dan tersenyun hangat.

"Nama saya Dela, Nona kecil. Saya adalah pelayan disini" lanjutnya masih mengelus pipi Ilsya.

"Kenapa pipi merah anda sangat halus astaga seperti kapas Nona kecil!"

"Astaga aku lupa, Duke Claiden menyuruhku untuk membawamu kepadanya." Dela berkata dengan wajah panik.

Dela menggendong Ilsya dan berjalan sedikit tergesa-gesa di sepanjang lorong berdinding putih yang sangat mewah dan menyilaukan mata Ilsya.

Ketika sampai di sebuah pintu yang besar. Dela menurunkan Ilsya dari gendongannya dan mengetuk pintu itu.

"Permisi Duke, saya membawa gadis kecil yang Anda perintahkan tadi." Ucap Dela.

Pintu besar itu terbuka dengan sendirinya. Lalu Ilsya bisa melihat seorang pria dengan ketampanan tidak wajar sedang duduk didepan meja besar berwarna coklat yang kini memandang kearah Ilsya dengan mata hijaunya yang tampak dingin.

"Bawa dia kemari." Suara dingin itu mengalun ke telinga Ilsya.

Ilsya digendong kembali oleh Dela dan membawanya masuk. Lalu mendudukan Ilsya pada kursi yang berhadapan dengan meja dan kursi tempat Pria tampan itu berada.

Karna tubuh Ilsya yang terlampau pendek. Ilsya seakan tenggelam di kursi itu dan hanya bisa memandang meja tinggi Duke dengan linglung.

Dela meninggalkan Ilsya begitu saja setelah mendudukkannya di kursi.

'Sialan, jangan tinggalkan aku.' Batin Ilsya panik sekarang.

Pria tampan dengan aura mematikan yang Ilsya tebak bernama Duke Claiden, Berdiri dari  tempat duduknya lalu menuju ketempat duduk Ilsya sekarang.

Duke Orizel tidak bisa melihat gadis kecil itu karna tubuhnya yang mungil tertutupi oleh meja nya yang besar dan kursi yang di duduki gadis kecil itu juga tidak membantu sama sekali.

Duke Orizel memutar kursi Ilsya menghadap kearah nya dan berjongkok sambil menatap mata biru milik Ilsya.

'Pria tampan ini mau apa sekarang?!' Batin Ilsya merasa was-was.

"Siapa namamu?" Tanya Duke Claiden.

"Ilsya, Tuan" Jawabnya dengan cepat

Mata nya yang hijau terang menatap Ilsya dengan lekat, kini Ilsya tidak memiliki waktu untuk gugup sekarang. Bisa saja dia mengambil pedang yang berada di pinggangnya dan menyentuh kepala Ilsya dengan itu.

"Dari mana kamu berasal? Siapa keluargamu?"

"Aku hanya gelandangan Tuan, Aku tidak memiliki kelualga kalna aku dibuang oleh kelualga ku dan hidup dijalanan selama ini." Ucap Ilsya mengarang, nada suaranya dibuat selemah dan semenyedihkan mungkin.

"Gelandangan huh?" Ucap Duke seakan tidak percaya.

"Iii... Iya Tuan." Jawab Ilsya sedikit tergagap.

Duke Orizel hanya diam dan terus menatap mata biru milik gadis kecil yang bahkan tidak bisa berbicara dengan fasih dihadapannya. Tatapannya semakin dingin seakan tidak puas dengan jawaban gadis kecil itu.

Sedangkan Ilsya hanya menatap balik mata hijau itu dengan linglung, Dia bingung harus apa sekarang.

"Pria ini ingin lomba tatap mata? Mataku perih sekarang." Pikir Ilsya.

Setelah hening beberapa menit, terdengar ketukan dari pintu besar ruangan ini. Duke dan Ilsya memutuskan sesi tatap-menatap mereka dan beralih menatap pintu yang diketuk dari luar.

"Ayah, ini Arez" Suara dari luar terdengar.

"Masuk" Jawab Duke dari dalam.

Dan luar biasa! Satu lagi pria tampan bermata hijau dengan aura mematikan berada didekatnya. Satu saja membuat Ilsya sesak nafas, Kenapa remaja laki-laki ini harus berada diruangan Duke Orizel sekarang.

"Selamat tinggal dunia." Batin Ilsya pasrah sekarang.







••••

Hope u guys enjoy this story:)

Boleh dong kasih vote dan drop komen kalian untuk part ini✌

See u in the next chap!

The Precious Duke's DaughterWhere stories live. Discover now