[24] MALAM YANG INDAH🌺

Magsimula sa umpisa
                                    

“Ayo cepat, dapetin tuh boneka. Gue pengen banget!” suruh Kiara kepada Ilham. Raut wajahnya tampak tak ingin, tapi terpaksa demi mendapatkan Kiara. Lantas Ilham langsung memainkan game tembak peluru mengenai kaleng bekas yang sudah tersusun rapih dengan dekor yang sangat susah.

Ilham tengah fokus, memperhatikan kaleng-kaleng itu. Disisi nya ada Kiara, yang sangat bersemangat menyemangati Ilham. Dengan lucunya, sampai tak sadar jika poninya terbawa angin hingga berdiri ke atas.

“Kubu, kubu, kubu ...” mengangkat-angkat kedua tangannya keatas dan berjinjit-jinjit, lucu.

Matanya tak sengaja melihat Ehan yang tengah berjalan sendiri. Kiara panik, ia langsung menghampiri Ehan tanpa berpikir panjang lagi. Meninggalkan Ilham yang tengah fokus memainkan permainannya demi mendapatkan boneka beruang lucu itu.

“Enggak cocok buat gue,” gumam Ehan. Berjalan santai tak ada tujuan dan keinginan untuk bermain di sini.

“Kak Ehan.” panggil Kiara.

“Hai, kenapa kamu di sini? Sama siapa?” tanya Ehan.

Kiara cengir, ia hanya cengengesan di depan Ehan. “Hihi ... aku ke sini sama temen, Kak.” jawabnya.

“Kalau Kakak ke sini sama siapa?” kini, Kiara yang bertanya.

“Sendiri,” jawabnya datar. Tak lama ada kedatangan Angga yang membuat Kiara terkesiap.

“Lo enggak anggap gue?”

“Di anggap.”

Kiara tertawa, ia sesekali menoleh ke belakang. Di mana Ilham yang masih fokus dan asyik sendiri tanpa belum menyadari bahwa Kiara tidak ada disisinya.

Satu tembakan tak kena, dua tembakan pun tak kena. Kini, tinggal yang terakhir dan ...

Arrrgghhh ...

“Sekali lagi, cepat berikan semuanya,” ucap Ilham. Ia menggodok saku celananya, mengambil uang yang ringsek akibat terlipat-lipat dan diberikan kepada si tukang jaganya.

“Kalau gue nggak menang, kita gelud!” ancam Ilham. “Kalau lo nggak mau berurusan sama gue, kasih boneka beruang itu gratis. Karena pacar gue nggak mau kalau gue beli itu boneka. Paham!”

Abang jaga itu hanya terdiam, menghiraukan ucapan Ilham barusan. Terlihat Abang-abangnya masih muda, jadi Ilham berani untuk mengatakannya.

Ilham mencobanya sekali lagi, tangannya yang sudah bergetar akibat tremor menembakkan peluru mainan kecil itu ke arah kaleng. Melesat ke mana-mana, hingga Abang jaganya itu pun terkejut.

“Woi, kalau main yang bener. Bahaya juga nih kalau kena muka gue!” sarkas Abang itu.

Ilham mengabaikannya, sekali lagi. Tak kena, peluru ketiga tetap tidak mengenai kaleng tersebut. Melesat terus-menerus. Dan kini peluru selanjutnya.

Kaleng tersebut yang tersusun dengan teknik yang susah kini runtuh akibat lesatan peluru itu. Ilham tersenyum smirk karena usahanya tak sia-sia untuk mendapatkan boneka beruang yang Kiara mau.

“Liat, gue menang. Lo seneng kan Kiara?” saat menoleh kebelakang, Ilham tak melihat Kiara di sekitarnya. “Kiara, lo di mana?”

“Tadi, gue liat cewek lo itu pergi,” sahut Abangnya, “Yang rambut pendek kan?”

“Hmm,” Ilham menunjuk boneka beruang besar itu, “Cepat, ambil bonekanya. Gue menang, kan.”

“Bukan boneka yang besar itu, lo baru runtuhin susunan kaleng satu kelompoknya. Kalau mau yang besar itu, harus semua diruntuhin kalengnya.”

KIARILHAM【END】 Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon