[2] Pertama masuk sekolah

497 239 258
                                    

Gue penasaran sama sekolahannya kaya gimana?

Kiara memasuki halaman gerbang sekolah, ia tidak menyangka kalau sekolahannya itu sebesar ini dan sebagus itu. Sekolahannya berada di tepi-tepi jalan, terlihat gedung besar menjulang tinggi ke atas. Gedung bertingkat itu terlihat berwarna putih dari kejauhan. Maksud tepi jalan itu, berbelok ke arah kanan dan masuk ke jalan biasa yang bertaburkan daun kering di sepanjang aspal. Banyak pepohonan yang indah di tepi jalan, bunga berguguran disekitar jalan tersebut. Udara terasa adem dan ringan untuk di hirup. Cuaca Bandung hari ini, sangatlah mendukung aktivitas pertama masuk sekolah.

Kiara mengayuh sepedanya menelusuri jalan menuju ke arah gedung sekolah. Banyak kok, murid lain yang berjalan juga. Ada yang naik motor, ada yang naik sepeda, bahkan menggunakan mobil. Kiara mendongakkan kepalanya, memandang manik indah di atas sana. “Bunga yang sangat indah,” lirihnya tersenyum ceria.

Kiara tidak bisa berkata apa-apa lagi tentang sekolahannya ini, dirinya sangat senang bisa sekolah di tempat sebagus ini. Apalagi, saat sudah berdiri di depan gerbang bercat hitam yang sangat tinggi. Kiara sungguh tidak menduga bisa berhasil masuk ke sekolahan yang sangat terkenal di kota Bandung.

Kiara menghirup udara di sekitar sekolah, sebelum memasuki gerbang sekolah, “Hah .... sejuk,” sambil mengayuh sepeda pelan-pelan masuk kedalam. Impian gedung bercat putih dengan nuansa kecerahan di pagi hari menjadi pembakar semangat untuk diri sendiri. Saat sudah sampai, Kiara memarkirkan sepedanya di tempat khusus untuk pengendara sepeda.

Hah ... akhirnya sampai juga,” netranya melihat sekeliling lingkungan sekolah. Begitu asri, bersih pula. Tidak ada sampah satu pun yang Kiara lihat, bahkan ada spanduk besar yang terpampang jelas yang bertuliskan Dilarang merokok di area lingkungan sekolah itu sangat jelas di matanya.

“Tuh, gak boleh merokok.”

Kring!
Kring!

Bel sepeda. Memanggil ke arah Kiara berdiri.

Kiara langsung menoleh ke arah suara itu, ia melihat Vonya yang sudah sampai dan menghampirinya kini. Vonya melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar.

Kiara membalas melambaikan tangan dengan senyuman ceria yang begitu bahagia. Vonya mengayuh sepeda tersebut sampai tepat di hadapan Kiara sekarang.

Vonya turun dari sepedanya, “Pagi Kiara.”

“Pagi juga,” balasnya balik tersenyum.

“Parkir sepeda di sini?” tunjuk Vonya ke plang bertuliskan ‘parkir sepeda di sini!’

Kiara hanya membalasnya dengan anggukan kepala ringan, lekukan bibirnya yang masih melengkung ke atas membentuk gumpalan bulat di kedua area pipinya yang semakin membuat lucu karena tingkah lakunya.

Vonya tertawa kecil, “Wah keren banget, parkirannya sesuai dengan apa yang kita bawa.”

“Iya makanya,  sini sepeda lo? Di simpen di deket sepeda gue,” Vonya mengangguk, sepedanya pun langsung di parkir ’kan di dekat sepeda milik Kiara.

“Eh Vonya, alhamdulilah banget gue bisa sekolah di sini? Itu tandanya gue pintar ’kan? Tanpa nyogok, tanpa belasungkawa,” ucap Kiara bangga pada dirinya sendiri karena sudah mencapai keberhasilan ini.

KIARILHAM【END】 Where stories live. Discover now