[12] PUTRI!!

261 149 31
                                    

Besoknya .....

"Pagi ku cerah ku, matahari bersinar ku gendong tas merah ku di pundak. Selamat pagi semua ku nantikan dirimu di depan kelas ku, ku nantikan kami." Dimas bernyanyi sambil melompat-lompat di area lingkungan sekolah. Tidak lama Emil dan Fahri datang menghampiri nya sambil berjalan dengan langkah yang lebar dan mempercepat lajunya supaya bisa mensejajarkan-nya dengan Dimas.

"Eh Dimas." seru Emil menepuk pundak Dimas. Dimas yang mendengarnya langsung berhenti, dan menoleh malas kepada Emil. Di belakang Emil pun ada Fahri yang diam dengan senyuman sumringah di hadapan Dimas.

"Kirain siapa? Ternyata dua makhluk ini," gumamnya.

"Makhluk tuhan yang paling baik," puji Emil pada dirinya sendiri yang mulai bersinar terang kepercayaan dirinya. Terkekeh geli dengan gaya khas ala-alanya, yaitu lebay.

Dimas menghela kecil, rasanya dekat dengan Emil sungguh tidak baik untuk jantung. Gayanya yang seperti itu membuat Dimas bergidik merinding, "Idih, yang ada gue merinding," Dimas pun melanjutkan berjalan menuju kelas yang sebentar lagi sampai.

Karena letak kelas dengan lapangan sekolah itu lumayan dekat, cuma ke kantin sireh×kafenya yang jauh dan ruangan laboratorium.

"Bilang aja gak suka, kan?" lirih Emil mengetuskan wajahnya. Fahri hanya terdiam, cengo melihat keduanya tak pernah akrab. Mereka berdua pun berjalan kembali langkah kaki pelan menuju kelas.

••••

Vonya tiba di sekolah lebih awal, tapi memang dari sebelumnya dia selalu datang lebih awal dari siswa yang lain. Vonya hanya duduk di bangku paling belakang sambil menopang dagunya dengan pikiran yang masih berantakan.

"Bagaimana aku kuat untuk menghadapinya nanti," gumamnya melirik keluar jendela dari kejauhan.

Tidak lama Kiara pun datang, melihat adanya Vonya yang sudah tiba di kelas. Vonya menatapnya, Kiara hanya tersenyum, kemudian menghampirinya.

"Morning Vonya." sapa Kiara dengan menyunggingkan senyuman yang tipis. Vonya hanya berbalik tersenyum kepada Kiara saat berjalan menuju mejanya yang ada disebelah nya.

Kiara duduk di bangkunya, selepas itu menatap Vonya dan bertanya menanyakan hal sesuatu.

"Von, gimana hari-hari lo?" tanya Kiara.

"Baik," jawabnya singkat.

Kiara menghela kecil, "Kenapa kemarin lo ninggalin gue? Gue liat lo kemarin pulang sama Arka."

"Emm ... Arka yang ngajak," gumamnya memalingkan pandangan dengan cepat. Kiara hanya bisa memaklumi sikap Vonya akhir-akhir ini. Lalu duduk dengan rapih menunggu semua orang datang memasuki ruangan kelas yang cukup terbilang masih sepi.

••••

Hari sudah mulai ramai dimasuki siswa-siswi yang datang sedikit terlambat secara berjamaah. Suasana kelas jaya raya pun mulai bising dengan suara-suara cowok yang bercanda gurau. Dan teriakkan melengking dari para ciwi-ciwi centil yang digoda oleh para cowok.

Arka duduk dengan mata melihat Vonya lekat tanpa ada sedikit alihan gerak-gerik ke benda lain maupun orang di disekitarannya. Arka pun tersenyum manis saat duduk di kursinya masih menatap Vonya penuh kehangatan.

"Von, selamat pagi," sapa Arka. Tidak seperti biasanya Arka secerah hari ini, terlihat dari raut wajahnya yang sangat bahagia ketika melihat gadis penyemangat dan kecilnya itu yang sedang duduk enggan untuk menatap balik Arka.

KIARILHAM【END】 Where stories live. Discover now