[15] Tak terduga

289 136 33
                                    

“Aku tak pernah mencintai orang lain lebih dari aku mencintai diri sendiri.”

••

Kembali menuju kantin dengan napas ngos-ngosan, Ananda langsung duduk di sebelah Aldi dengan keringat yang lumayan banyak membasahi wajahnya serta bajunya pun ikutan basah. Yang lain menyoroti, tatapan penuh tatapan dari mereka membuat Ananda hanya bisa cengir.

“Kok lama?” tanya Aldi, menatap sinis. Ananda hanya terdiam tanpa menjawab. Dengan wajah tanpa dosa, ia mengambil gelas jus jeruk segar dari genggaman Aldi. Lalu, Ananda meminumnya sampai habis sekali tegukan.

“Pasti lo bersemedi kan?” tebak Emil yang membuat semua orang dengan bersamaan tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Emil hanya mengetuskan wajahnya. “Apa sih yang lucu?” ketusnya, mendelikkan kedua matanya tak suka. Emil memang seperti itu.

“Enak aja, gue nyari cewek dulu,” sahutnya kemudian terkekeh, sambil menepuk kecil pundak Aldi.

“Demi apa lo cari cewek, Nan?” tanya Fahri tak percaya dengan kelakuan Ananda.

“Enggaklah, masa iya—gue nyari cewek,” jawab Ananda.

“Lagian, congor lo aja yang bilang kaya gitu tadi,” Emil menyahuti. Mulutnya yang seksi itu membuat semua orang terdiam seketika. Memang, orang ini bisa membekukan orang lain hanya dengan ucapannya yang keluar. Walaupun hanya sekali.

“Biasa aja kali.”

Kiara berdiri dengan kedua telapak tangan di atas meja, menatap Bella. “Gue pergi dulu,” pamitnya dengan serius.

“Mau ke mana?” tanya Bintang, mendongakkan kepalanya ke samping melihat Kiara.

“Mau ke kelas,” jawabnya, lalu pergi. Tanpa ada perkataan lagi kepada kedua sahabatnya itu.

••••

“Ham, lo dari mana aja hah? Gue nyariin lo,” ucap Arka menghampiri Ilham yang tengah nongkrong di belakang sekolah sambil menyedot rokok dengan tatapan hanya ke arah depan.

“Berhenti merokok, Ham.” Arka menarik lengan baju Ilham. Menyuruhnya untuk membuang rokok itu, takutnya ada orang selain mereka yang melihat. Di sekolah ini, peraturannya di larang merokok di area sekolah. Karena di belakang sekolah, masih menjadi area sekolahan ini.

“Lo gak berhak buat larang gue berhenti merokok,” gumam Ilham. Melirik sinis.

“Lo mau ketahuan?” Arka merebut puntung rokok itu, lalu ia jatuhkan ke tanah dan diinjak-injak lah dengan perasaan kesal.

Ilham menegangkan rahangnya di depan Arka. “Lo tau kan, alasan gue kalau merokok itu apa?” tanyanya dengan suara memekik.

Arka terdiam seketika, dia tahu alasan Ilham merokok karena mood nya yang sedang tidak stabil. Ilham selalu membiasakan hal-hal yang membuat dirinya bisa jatuh sakit. Hal yang pertama, Ilham selalu merokok ketika ia mendapatkan masalah atau moodnya sedang hancur. Dan juga keinginannya. Hal kedua, selalu bergadang sampai tak ingat makan dan segalanya.

Arka memijit pelipisnya karena pusing atas kelakuan sahabatnya itu yang tak berubah dari dulu. “Lo punya masalah apa sih?” tanya Arka. Yang tak habis pikir perbuatannya Ilham hari ini.

“Bukan urusan lo,” lirih Ilham. Lalu pergi dengan perasaan kesal. Memang, dia tidak suka di ganggu ketika hasratnya untuk merokok tidak terpenuhi. Selalu marah terhadap orang yang menganggunya.

Arka hanya bisa terdiam melihat kepergian Ilham yang kini marah kepadanya. Arka tak sempat pikir akhir-akhir ini dengan sikap sahabatnya yang sangat tidak baik. Lanjut, Arka pun menyusul Ilham. Takutnya anak itu melakukan hal yang membuatnya semakin khawatir dan panik.

KIARILHAM【END】 Where stories live. Discover now