[21] Nggak, kenapa dia begini?

324 99 95
                                    

“Ada rasa senang, ada rasa sedih. Ketika sikapnya selalu berubah-ubah,” Kiara_

••

“Von, tumben nggak sama Arka?” tanya Bintang. Tapi, disitu ada Bella yang masih terlihat marah kepada Vonya soal masalah dua hari yang lalu.

Vonya menghela kecil, “Dia lagi ada urusan,” jawabnya, sedikit menundukkan kepala karena di depannya ada Bella.

“Bella, masih marah sama gue?” tanya Vonya, lirih.

Bintang menatap Bella, ragu. Tentunya apa yang ia lihat benar, Bella masih menyimpan rasa kesalnya kepada Vonya. Tapi apa dayanya, Bella tak bisa selama ini marah kepada Vonya. Kasihan juga jika terus-terusan marah seperti ini kepada sahabatnya itu.

“Dia cuman kesel aja,” gumam Bintang. Merangkul tubuh Vonya.

“Gue masih punya rasa kasih sayang sama kalian, jadi mana mungkin gue bisa marah selama itu sama lo. Von.” ucapan itu membuat Vonya mendongak cepat, menatap Bella dengan matanya yang berkaca-kaca.

“Really?”

Bella membuka selembar daftar menu, tak berani menatap ke depan. Di mana Vonya sedang menatapnya penuh embun air mata.

“Iya,” sesingkat itu. Tapi masih membuat Vonya kurang nyaman dengan apa yang telah ia lakukan kepada sahabatnya.

“Jangan kaya gitu, gue perlu kepastian yang benar-benar pasti,” ucap Vonya. Menarik daftar menu itu ke arahnya.

Bella kini menatapnya datar, “Maksud lo?”

“Jadi, lo mau maafin gue kan?”

“Iya, kan udah bilang tadi,” Bella menarik kembali daftar menu itu ke hadapannya, karena perutnya yang sudah mulai terasa sangat lapar.

“Bella, makasih. Sekarang gue nggak terlalu memikirkan semua itu,” Vonya tersenyum tipis, “Lo nggak kasihan apa sama gue yang selalu memikirkan setiap harinya jika persahabatan kita itu hancur.”

“Hampir hancur!”

“Bella, udah ah. Kenapa bahas kaya gini, yuk cepetan pesan makanan yang banyak,” sanggah Bintang. Ia pusing lama-lama jika membahas tentang ini semua.

“Btw, Kiara mana?” tanya Bintang, menoleh-noleh mencari Kiara. Takutnya, tuh anak malah cariin mereka bukan sebaliknya.

“Enggak tau, perasaan tadi dia sama kita deh. Terus hilang gitu aja,” jawab Vonya.

••••

“Gue cari Ilham, udah di telepon tapi nggak di angkat. Sebenarnya tuh anak ke mana sih?” Arka yang frustasi karena Ilham, hanya bisa menggerutu sambil memainkan handphonenya untuk beberapa kali menelepon bahkan mengirim pesan kepada Ilham.

Azkhir, menyandarkan punggungnya ke tembok belakang, “Sebenarnya apa yang lo mau omongin?” tanya Azkhir.

“Percuma juga kalau lo ngasih tau ke Ilham, supaya dia berhenti merokok,” Azkhir menepuk beberapa kali telapak tangannya. “Lo tau juga kan, kalau tuh anak keras kepala.”

“Gue gak tega sama Ilham. Dia punya penyakit asma, kalau dia ngerokok terus nanti bisa-bisa asma nya kembali kambuh lebih parah.”

KIARILHAM【END】 Where stories live. Discover now