[3] Pertemuan and Aula

428 225 269
                                    

Saat di aula, Kiara terus memandang dari kejauhan di mana Ilham duduk. Entah kenapa hati ini masih menerima kehadiran sesosok cowok kasar macam dia yang menghantui dirinya sepanjang malam lewat mimpi. Kiara tak tahu ada apa dengan dirinya? Kenapa tidak bisa menyukai malah terus menyukainya? Dibuat heran, Kiara tetap bungkam walaupun diri ini merasa ada yang mengganjal.

‘Kau memang menyakitkan, tapi kau terus dirindukan. Entah kenapa dibuai oleh ekspresi wajahnya yang memuaskan mata untuk terus menatapnya sepanjang hari sehingga ingin memilikinya.’

Tepat di depan samping kanan, begitu sangat jelas rahang tegas Ilham yang tampan. Kiara mengalihkan pandanganya saat cowok itu menoleh kebelakang. Kiara menutupi wajahnya terhalangi oleh bahu Bella. Untung saja ia dikelilingi oleh ketiga sahabatnya, jika sendirian, Kiara harus berlindung di balik bahu siapa?

“Bella, dia masih lihatin gue nggak?”

Bella mengerutkan keningnya bingung, “Dia siapa?”

“Ilham.” bisiknya, sangat pelan. Karena Kiara tahu bahwa indra pendengaran Ilham itu tajam. Walaupun berbisik-bisik seperti ini masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Bella melihat ke arah Ilham duduk, lalu kepalanya ia gelengkan tidak. Kiara mengerti, posisinya ia benarkan menjadi semula. Matanya kini harus fokus kepada OSIS yang membimbing acara, mendengarkan segala arahan yang ada. Di saat tengah hening karena mendengarkan arahan dari satu orang anggota OSIS, yaitu ketuanya. Tiba-tiba hiruk-pikuk membisingkan suasana aula menjadi lebih ramai karena kedatangan Angga ke panggung yang sudah ada di bangun sejak aula ini berdiri.

Bella gembira bisa melihat Angga dari langsung, memang benar-benar tampan. Tipe cowok kayak Angga ini benar-benar idaman. Tapi, ada yang lebih mengalahkan ketampanan Angga dan itu lebih Bella sukai. Yaitu, ketua OSIS yang  memimpin panduan dari awal barusan. Terus saja Bella perhatikan tanpa mengalihkan pandangannya ke yang lain. Hanya fokus pada satu titik itu saja.

“Kia, itu senior yang paling diminati oleh banyak cewek berkat ketampanannya. Selain itu, dia juga senior yang lemah lembut dan baik hati. Gue suka deh.”

“Oh, itu tetangga gue di depan rumah,” celetukan Kiara berhasil membuat kedua bola matanya melotot tak percaya. Sungguh? Demi apa Kiara tetangganya Angga? Jadi, rumah yang di depan itu ternyata rumah Angga. Ini sih semakin membuat Bella semangat untuk main di rumah Kiara. Sekadar caper juga tidak masalah.

“Serius lo? Jadi, yang di depan rumah lo itu rumah dia?” gelagapan Bella.

“Iya Bella, setiap hari gue lihat mukanya yang ganteng itu. Rasanya, bangun pagi ketemu sama yang cerah-cerah menggembirakan perasaan yang terbendung badmood pada malam harinya. Pas dibuka, masyaallah ciptaan apa yang telah engkau ciptakan sesempurna itu.”

Bella menoyorkan kepala Kiara sebal, “Lebay!”

Bella mengambil benda pipih yang menonjol di sela saku roknya. Bella pun mengambil seraya tersenyum tipis, bibirnya bawahnya ia masukkan kedalam. Keluarnya benda pipih itu untuk meminta nomor telepon Angga.

“Boleh dong minta nomornya sekalian sama ketos juga,” Bella memberikan ponselnya itu kepada Kiara seraya cengir.

Kiara mendorong kembali kedua tangan Bella yang memegang ponsel, “Maaf Bella, gue nggak punya nomornya. Apalagi ketos.”

KIARILHAM【END】 Where stories live. Discover now