Part 72

335 58 2
                                    

Satu minggu kemudian, akhirnya pesta yang dinanti-nantikan telah tiba. Malam ini Brandon langsung menuju rumah Abigeal untuk menjemputnya. Sesuai dugaan, Abigeal malah memakai pakaian layaknya mau balapan. Dengan kaos hitam, jaket hitam, dan jeans panjang hitam. Abigeal tampak menunggu Brandon di depan rumahnya.

Saat pintu mobil yang dikendarai Brandon terbuka dan menampakkak sosok berbaju kemeja putih, celana panjang putih, dan tuksedo yang juga berwarna putih. Tampak sangat cocok dengan warna kulitnya yang juga putih. Brandon juga membawa sebuah paperbag berisi dress yang sudah dua hari kebelakang disiapkannya. Karena dia sudah menduga kalau Abigeal tidak punya baju yang cocok untuk dibawa ke pesta. Untuk nge-date dengannya saja, rasanya Abigeal selalu memakai baju yang sama karena warnanya yang selalu gelap. Walau nyatanya dia selalu memakai baju yang berbeda.

"Pake ini!" titah Brandon sambil menyodorkan paperbag yang berada ditangannya kepada Abigeal.

"Apaan, nih?" tanya Abigeal heran.

"Pake aja," paksa Brandon singkat.

Walau masih ragu, Abigeal tetap mengulurkan tangannya untuk mengambil pemberian Brandon. Abigeal mengintip kedalam paperbag tersebut dan tampak membuka mulutnya lebar-lebar. Saat melihat dress yang berwarna putih berada di dalam paperbag tersebut.

"G--gue pake ini?" tanya Abigeal, dari nada bicaranya sudah jelas dia kebingungan.

"Iya! Cepetan, entar kita telat!" tutur Brandon sambil mengecek jam ditangannya.

Dengan sedikit ragu, Abigeal melangkah kembali ke dalam rumahnya yang disusul oleh Brandon dari belakang. Bergegas Abigeal memasuki kamar untuk berganti pakaian. Sedangkan Brandon menunggu di ruang tamu.

"Eh? Nak Brandon! Mau jemput Abigeal, ya?" tanya Laras dan duduk berhadapan dengan Brandon.

"Ah, iya, Tante! Tuh, Abigealnya lagi ganti baju," sahut Brandon sopan dan mulai menyalami tangan Laras.

"Oo ... eh ... tapi ngomong-ngomong Abigeal rasanya enggak punya dress, deh! Waduh gimana ini? Tante enggak kepikiran sampe ke situ lagi," tutur Laras terlihat panik.

"Mmm, tenang aja, Tan. Aku udah tau kok, jadinya aku bawain dia dress tadi."

"Hmmm, jangan bilang kalau tadinya Abigeal udah siap dengan pakaiannya yang ...." Laras mengangkat dua jarinya dan memberi tanda kutip.

"Hehe, iya sih, Tan. Makanya aku suruh ganti," jawab Brandon cekikikan mengingat penampilan Abigeal sebelumnya. Jika saja dia benar-benar membawa Abigeal ke pesta dengan keadaan begitu, yang ada malah orang-orang bakal mengira Abigeal mau taruhan.

"Sigap juga ya, kamu soal Abigeal. Bagus! Bagus!" puji Laras. Brandon hanya membalas dengan senyuman bangga karena mendapat pujian dari calon mertua.

Sementara di dalam kamar Abigeal. Abigeal tampak mondar-mandir di depan kaca riasnya sambil berbolak-balik. Jika dulunya dia merasa risih dengan memakai seragam perempuan ke sekolah. Jadi, sekarang ini rasanya lebih risih lagi karena merasa dress-nya sangat tidak cocok dengan dirinya.

Berulang kali Abigeal mondar-mandir di depan kaca untuk melihat pantulan dirinya di kaca persegi itu. Sudah dari tadi sebenarnya dia siap, tapi masih belum juga turun untuk menemui Brandon. Terlalu malu untuk melakukannya.

Laras yang menemani Brandon menunggu Abigeal, kini tampak duduk tidak tenang. "Itu si Abigeal mana lagi? Lama banget! Tante cek dulu ya, tunggu bentar." ujar Laras dan bergegas menuju kamar Abigeal.

Laras membuka gagang pintu yang tidak terkunci itu dan menampakkan sosok Abigeal sedang berdiri hendak meraih gagang pintu juga. Abigeal tampak terkejut dengan kehadirannya. Terbukti dengan dirinya yang menoleh spontan dan kemudian mengelus dada.

The Direction (End✅)Where stories live. Discover now