Part 55

331 62 5
                                    

Keesokan hari, seperti yang dikatakan Abigeal, dia tidak masuk sekolah. Adrian, Ranggel, dan Dion sudah berkumpul pagi ini untuk menyapa pelajaran yang akan berlangsung. Terasa sedikit hening karena Abigeal tidak ada. Biasanya juga suara Abigeal yang terdengar paling heboh.

"Abigeal kok, belum datang, ya?" gumam Dion pelan.

"Oh, iya, gue lupa ngasih tau kalian!" Ranggel yang mendengar gumaman Dion pun mengingat pesan Abigeal semalam.

"Lupa apanya?" tanya Adrian.

"Abigeal semalam ngasih tau gue, kalau dia demam dan enggak bisa datang hari ini."

"Ha? Abigeal demam?" panik Dion mendengar hal itu.

"Eh, tapi cuma satu hari doang, kok. Katanya besok dia bakalan sekolah lagi," ucap Ranggel.

"Udah, tenang aja! Bos Abigeal 'kan kuat! Jadi, demam dikit juga enggak apa lah!" Adrian menepuk pelan pundak Dion yang khawatir setengah mati.

Dion mulai mengangguk mengiyakan. Jujur dia tentu sangat khawatir dan jika dibolehkan, mungkin sekarang Dion sudah meluncur ke rumah Abigeal untuk melihat keadaannya. Dion tentunya juga tidak mau terjadi apa-apa kepada Abigeal.

"Woi, Abigeal mana?" Brandon yang tiba-tiba masuk membuat mereka bertiga serentak menoleh ke arahnya.

"Hah? Abigeal enggak ngasih tau lo, dia 'kan sak---" Adrian tidak bisa melanjutkan omongannya saat gulungan kertas masuk kedalam mulutnya.

"Abigeal katanya libur, jadi enggak sekolah hari ini!" potong Ranggel karena semalam Abigeal melarangnya untuk memberi tahu Brandon.

Adrian menatapnya heran dan memuntahkan kertas yang tadinya dimasukkan Ranggel ke dalam mulutnya. "Katanya Abigeal sakit?" ujar Adrian yang tidak paham dengan keadaan.

"Hah? Abigeal sakit? Kok, dia enggak ngasih tau gue?" Brandon tentunya kaget mendengar ucapan Adrian.

"Eh! Eh! Lo tenang aja. Cuma satu hari doang kok, liburnya. Jadi enggak usah khawatir, dia cuma pusing dikit, cuma butuh istirahat satu hari doang." Lagi-lagi Ranggel harus berbohong gara-gara Adrian yang memberitahu Brandon.

Brandon sedikit terdiam. Beberapa detik kemudian dia meninggalkan kelas itu dan merogoh saku celana, hendak menghubungi kekasihnya itu. Brandon pun mencoba menelfonnya, tapi tak pernah diangkat sekali pun. Pesan semalam yang dikirim Abigeal juga sudah dibalasnya tadi pagi.

[Geal, kamu sakit? Kok enggak bilang? Aku khawatir tau!]

Berharap Abigeal akan langsung membalasnya, pesan tadi pagi saja tidak dilihat sama sekali oleh Abigeal. Khawatir sekali tentunya. Bel masuk juga sudah berbunyi membuatnya menggerutu kesal. Berharap bisa mengunjungi Abigeal pas nanti pulang sekolah.

"Oppa!" Gelin tampak menyambutnya dengan hangat di depan kelas.

"Gue bukan oppa lo!" bentak Brandon kesal.

Ini kali pertama mereka kembali berbicara semenjak kejadian saat study thour. Jangankan untuk berbicara, melihat wajah Gelin saja Brandon merasa muak. Di mana biasanya wajah manja Gelinlah yang membuatnya tergiur. Sekarang wajah manja Gelin itu juga yang membuatnya muak.

"Kasar!" umpat Gelin.

"Lebih kasar mana sama lo? Nipu banyak orang buat ngambil perhatian satu orang! Sadar diri kek." Ucapan Brandon cukup menyindir yang membuat Gelin menggembulkan pipinya kesal dan juga malu dilihatin banyak orang.

"Uh! Nipu orang. Wajah aja sok manis, tapi kelakuan sadis." sindir Dinda yang mendengar perdebatan mereka.

"Lo enggak usah ikut campur," solot Gelin yang tidak terima dengan sindiran Dinda.

The Direction (End✅)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora