Part 34

403 75 0
                                    

Sedangkan di sisi lain, Brandon masih celingak-celinguk mencari keberadaan Abigeal. Mau bagaimanapun juga Abigeal masih tanggung jawabnya untuk mengantarkannya pulang. Namun, anehnya gadis itu tak ditemukan. Baru saja dia berbaikan dengan Gelin, sekarang dia justru tidak menemukan Abigeal. Dia tidak mau terjadi apa-apa lagi sama Abigeal, yang akan membuat dirinya dan Abigeal kembali bertengkar.

"Ada apa?" tanya Gelin heran.

"Ah? Enggak ada apa-apa," jawab Brandon cepat, "kamu duluan aja ke gerbang, kayaknya jemputan kamu udah datang," tambahnya lagi.

"Ya, udah, Oppa hati-hati, ya!" seru Gelin dan meninggalkan Brandon di sana.

Brandon hanya mengangguk. Kembali Brandon celingukan mencari keberadaan Abigeal, tapi tetap saja tidak ditemukannya. Padahal ini hari terakhir ujian. Seharusnya ini juga hari terakhir Brandon mengantar jemput Abigeal. Namun, sekarang malah Abigealnya tidak ditemukan.

"Lagi cari Abi, ya?" tanya seseorang yang keluar dari parkiran mobil.

Brandon mengangguk. "Iya, lo liat enggak?" tanyanya antusias.

"Udah pulang sama anak baru." setelah mengatakan itu, dia langsung pergi begitu saja.

"Okey, thanks."

Bergegas Brandon mengambil motornya, dia heran kenapa Abigeal malah pulang dengan Dion dan tidak memberitahunya terlebih dahulu. Tidak terpikir olehnya kalau Abigeal melihatnya dengan Gelin berpelukan tadi di kelas.

Kembali ke Abigel dan Dion, mereka tidak berbicara sedikit pun sedari tadi. Abigeal terdiam sambil menekuk wajah, sedangkan Dion hanya fokus menyetir. Kedua orang itu sudah seperti tidak mengenal satu sama lain dan sama-sama enggan untuk membuka mulut.

Agak lama juga mereka terdiam yang membuat Dion memulai obrolan. "Berantem lagi sama Brandon?" tanyanya penasaran.

"Urusannya sama lo apa? Enggak ada 'kan? Enggak usah kepo urusan orang!" jawab Abigeal ketus.

"Maaf," balas Dion singkat. Kaget tentunya langsung disembur begitu saja. Padahal dia cuman bertanya dan sedikit mengubah suasana.

Abigeal menatap wajah Dion sekilas yang fokus menatap ke depan. "Sorry, gue bukannya mau kasar tadi, gue lagi kesal aja," terang Abigeal menangkap wajah Dion yang tidak enak karena ucapannya. Rasanya tidak benar membentak Dion yang jelas-jelas sudah mau mengantarkannya pulang.

"Enggak apa," balas Dion lalu tersenyum agar tidak terjadi kecanggungan antara mereka.

"Belok kiri," ajak Abigeal saat ada dipertigaan jalan.

Dion membelokkan mobilnya ke kiri. "Mau ke mana?" sahut Dion bertanya-tanya. Pasalnya, rumah Abigeal tidak ke arah sana.

"Liat aja 'ntar," jawab Abigeal dan menatap ke luar jendela.

↩↪

Sesampainya disebuah tempat yang cukup banyak pejalan kakinya, Abigeal meminta Dion untuk berhenti. Yang menjadi sorotan bagi Abigeal adalah tenda pedagang donat. Disinilah setiap kali Abigeal dan Arei duduk sepulang sekolah sambil nunggu jemputan. Terakhir kali Abigeal ke sini sebelum Arei pindah ke Jepang. Ini kali pertamanya Abigeal mengunjungi tempat itu setelah tidak ada Arei. Alasan Abigeal tidak lagi mengunjunginya adalah karena tidak ingin menyiksanya dengan merindukan sahabatnya itu.

"Pak, donatnya tiga," pinta Abigeal kepada penjual donat.

Segera penjual donat itu mengambilkannya. "Ini, Nak!" ujarnya sambil menyerahkan kantong berisi tiga buah donat.

"Masih ingat saya, Pak?" tanya Abigeal.

Bapak penjual itu menilik setiap lekuk wajah Abigeal dan Dion yang hanya terdiam. Dia mencoba menerka-nerka siapa yang ada dihadapannya kini, wajah mereka sama sekali tidak dikenalinya. Penjual itu menggeleng mengisyaratkan ketidaktahuannnya dengan Abigeal.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang