Part 11

803 132 19
                                    

Abigeal menarik napas pelan saat sudah agak jauh dari arah Brandon. Perlakuan Brandon sebenarnya mampu membuat Abigeal sedikit salah tingkah, tapi bisa diatasinya dengan berpura-pura biasa-biasa saja. Bagaimanapun juga, Abigeal tetaplah perempuan, yang tentunya punya rasa canggung dan baper saat berhadapan seperti tadi dengan lawan jenis. Apalagi cowoknya itu adalah Brandon, cowok yang banyak digemari para cewek dan sedikit memenuhi tipikal cowok yang disukai Abigeal. Yaitu tidak terlalu tinggi, maco, dan ganteng tentunya.

Tampak dari kejauhan para murid-murid sudah heboh. Sepertinya gosip yang baru saja beredar tentang Abigeal dan Brandon menyebar dengan cepat. Namanya juga remaja, salah sedikit digosipin, panas sedikit gosipin, apa-apa digosipin. Sampai-sampai harga permen yang sudah naik, dari tiga lima ratus menjadi satu lima ratus saja digosipin sama mereka.

Abigeal tidak menghiraukan gosip itu sama sekali. Dia tetap saja berjalan di antara penggosip-penggosip itu seolah tidak mendengar apa-apa. Bahkan, Abigeal malah bernyanyi-nyanyi kecil sambil tetap fokus kejalannya.

"Bos, tadi kalian ke mana? Kok lama amat?" cetus Ranggel menyodorkan pertanyaan saat Abigeal baru selangkah masuk kelas.

"Kepo lu!" balas Abigeal cuek.

"Ekhem! Enggak boleh tau ya, Bos? Jangan-jangan kalian ...." Ranggel memaju-majukan mulutnya seolah mengatakan berciuman.

Abigeal yang baru sampai diurutan meja nomor dua mengambil bolpoin yang tergeletak di atas meja itu dan melemparkannya ke arah Ranggel. Pemilik bolpoin yang duduk dibangkunya sampai menatap bingung ke arah Abigeal. Abigeal malah tak menyadari tatapan wanita itu yang sedikit merasa jengkel dengan perbuatannya. Melihat hal itu, Ranggel segera meraih bolpoin yang baru saja mendarat dihadapannya. Dia lalu menyerahkan kembali kepada miliknya dan meminta maaf.

↩↪

Pelajaran Kimia menutup jumpa mereka pada hari ini. Bel pulang sudah berteriak tiga kali menandakan jam pelajaran telah usai. Seperti biasa, warga sekolah pada berhamburan keluar kelas. Bahkan, mereka ada yang menyimpan buku pelajaran terakhir ke dalam tas sambil berlari. Bertujuan agar cepat-cepat keluar dari ruangan yang seakan menjadi penjara sementara bagi mereka.

Abigeal yang berjalan bersama tiga temannya, kini sudah berada di perbatasan kelas sebelas IPA dan kelas sebelas IPS. Baru saja mereka hendak menuju ke area tangga menuju lantai bawah, langkah mereka harus terhenti oleh teriakan seorang cewek dari kelas sebelas IPA-3. Siapa lagi kalau bukan Gelin.

"Eh! Lo yang namanya Abigeal, berhenti!" teriak Gelin yang membuat mereka berhenti.

Seketika Abigeal berbalik dan menghardik, "Apaan?" tantang Abigeal tidak kalah berteriak.

Sekolah sudah mulai agak sepi, jadi mereka berteriak-teriak sesuka hati dan tidak mempedulikan lagi gosip baru yang akan datang dikemudian hari. Abigeal menatap tajam ke arah cewek yang menghamirinya itu sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Bos, itu dia cewek yang lagi dekat sama Brandon," bisik Ranggel ditelinga Abigeal.

"Oh, lo cewek yang lagi dekat sama pacar gue, ya? Siapa namanya, Galon bukan, ya?" ejek Abigeal yang membuat teman-temannya tertawa.

"Dih, ngeledek gue! Nama gue Gelin, bukan Galon." teriak gadis itu yang kini sudah berada dihadapan mereka.

"Bos, ini 'kan urusan cewek, kita pergi dulu, ya!" Adrian segera menarik Ranggel dan Dion menjauh dari mereka.

"Mau ngomong apaan lo?" ujar Abigeal yang tidak ingin berlama-lama.

"Belum mati lo? Mending lo putusin Brandon Oppa sekarang juga! Sebelum gue bikin lo lebih sengsara dari kemaren." pekik Gelin yang membuat Abigeal tersenyum sinis.

The Direction (End✅)Where stories live. Discover now