Part 65

307 55 1
                                    

Brandon terus berjalan dan menatap lurus ke depan, tanpa ada niatan untuk menoleh ke samping mau pun ke belakang, sedikit pun. Matanya juga sudah memerah karena dari tadi dia juga tidak berkedip. Sedangkan, kedua tangannya mengepal kuat bersamaan dengan gertakan giginya yang tak kalah kuat.

Diperjalanan hendak kembali, Brandon dengan sengaja menabrak seseorang yang menurutnya menghalangi jalan. Tentu saja orang itu tidak terima sama sekali dan menarik kerah baju bagian belakang Brandon. Agar Brandon menghentikan langkah dan meminta maaf.

"Minta maaf dulu napa?" teriaknya.

Brandon menoleh dengan tatapan kebencian yang membuat orang yang ditabraknya sedikit memundurkan langkah. Dia juga baru menyadari orang yang menabraknya adalah Brandon, ketika Brandon menatapnya. Kalau saja dia tahu dari awal, mungkin dia akan lebih memilih diam. Daripada harus menantang si Tukang Berkelahi.

Brandon mengikuti langkah mundur cowok yang ditabraknya itu. Tanpa aba-aba Brandon mendorongnya dengan sebelah tangan ke dinding kelas, tanpa mulutnya bersuara sedikit pun. Karena ketakutan, cowok itu mengangkat kedua tangannya untuk mengisyaratkan menyerah. Tangan Brandon yang dari tadi mengepal kuat, sekarang siap untuk dilayangkannya.

Siapa sangka, Brandon malah memukul kaca yang berada di belakang laki-laki itu sebanyak dua kali. Sampai menimbulkan suara deraian kaca yang membuat banyak pasang mata menatap kaget ke arah mereka. Bersamaan dengan itu, cowok yang tadinya digebrek oleh Brandon langsung lari. Karena hampir saja dia tertiban pecahan kaca yang gugur.

Bayangkan saja, kaca tebal yang berkualitas tinggi itu mampu dipecahkan Brandon dalam dua kali pukulan saja. Bahkan, kalau dipikirkan, kaca itu akan sulit dipecahkan jika dipukul menggunakan balok kayu. Pecahan kaca dan ceceran darah yang ke luar dari tangan Brandon mampu menarik perhatian orang-orang dan mulai mengerumuninya. Termasuk di sana Gelin dan teman-temannya yang kebetulan berada di sekitar kelas itu.

Tidak ada yang berani mendekat kecuali Gelin dan teman-temannya. Karena mengira Brandon kerasukan  roh jahat hingga berani memukul kaca kelas. Tangan Brandon bergetar hebat seolah dia sendiri merasa kalau dirinya juga kerasukan. Walau nyatanya dia sendiri dengan kesadaran penuh memukulnya.

"Oppa? Apa yang Oppa lakukan? Gimana, nih?" Gelin sangat panik dan bingung melihat darah yang masih menetes dari tangan Brandon.

"Hei! Hei! Ada apa itu? Kenapa ramai-ramai?" Suara berat dari seorang guru Sosiologi mampu membuat orang-orang yang berkerumun memberinya jalan ke arah Brandon.

"Astaga! Apa-apaan ini? Kenapa kacanya bisa pecah begini? Itu kenapa tangannya berdarah? Cepat bawa ke UKS!" teriaknya khawatir dan juga tak kalah bingung melihat kaca yang berserakan.

Dengan sigap, Gelin dan teman-temannya membawa Brandon ke UKS. Dalam perjalan ke sana, tiga sahabat Abigeal pun melihatnya, sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka masing-masing. Tetapi, pertanyaan itu langsung terjawab dari mulut orang-orang super kepo dari kelasnya. Yang tentunya sudah mendengar perbuatan Brandon meninju kaca.

"Abigeal?" Seketika itu firasat Dion langsung tertuju kepada Abigeal. Setelah mendengar gosip dari teman-teman sekelasnya, mengenai Brandon yang memukul kaca dengan tangan kosong.

"Hah? Bos kenapa?" tanya Adrian heran.

Tanpa ragu lagi, Dion berlari ke arah yang sebelumnya dilalui Brandon. Sesekali dia menatap ke arah orang-orang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Berharap salah satunua adalah Abigeal.

Hingga sampai dipenghujung kelas sebelas, Dion belum juga menemukan sosok Abigeal. Dia yakin sekali kalau perbuatan Brandon barusan berhubungan dengan Abigeal. Karena sebelumnya Brandon membawa Abigeal keluar kelas.

The Direction (End✅)Where stories live. Discover now