Part 16

638 115 14
                                    

Hari ini Abigeal datang lebih awal dari biasanya karena diantar supir. Ini kali pertama Abigeal diantar supir ke sekolah. Karena memang biasanya di rumah Abigeal tidak pernah memperkerjakan supir. Entah memang Abigeal yang sial, atau memang supir itu yang beruntung mendapat pekerjaan dari orang tuanya Abigeal. Abigeal sendiri sempat berharap agar Laras tidak menemukan supir untuk Abigeal. Sebab hal itu memungkinkan bagi Abigeal untuk ke sekolah naik motor. Namun, sayangnya keberuntungan tidak memihak kepadanya untuk saat ini.

Adrian dan Ranggel juga sudah datang karena rumahnya tidak begitu jauh dari sekolah. Dengan alasan lain untuk meminjam tugas yang diberikan guru mata pelajaran hari itu. Kalau saja mereka datang terlambat tidak akan ada waktu untuk mereka meminjam tugas Abigeal.

Baru saja Abigeal melangkahkan kakinya yang sedikit pincang ke dalam kelas dia langsung berteriak, "Ranggel, mana uang gue?" teriaknya yang melihat Adrian dan Ranggel sudah siap dengan buku tugas didepannya.

"Ya, elah, Bos. Baru aja datang, udah minta uang aja," sahut Ranggel sambil merogoh saku celananya, mengambil amplop coklat yang memang kemaren sengaja dipindahkannya ke dalam saku. Untuk berjaga-jaga jika saja kemaren mereka kalah dan tas Abigeal diambil paksa darinya.

Abigeal berjalan ke arah Ranggel dan segera mengambil amplop itu. Lalu, dia langsung pergi kemejanya begitu saja. Dikelasnya hanya mereka bertiga yang sudah datang, Dion juga belum datang, entah kenapa hari ini dia tidak datang lebih awal. Biasanya kalau Abigeal belum datang, Adrian dan Ranggel akan meminjam buku tugas dari Dion.

"Bos, pinjam tugas," ujar Adrian lalu tersenyum.

Abigeal meraih tasnya dan mengambil buku yang dibutuhkan Adrian dan Ranggel. Lalu, menyerahkan buku itu dengan melemparkannya. Abigeal kemudian merebahkan kepalanya di atas meja. Sedangkan Adrian dan Ranggel segera menyalin tugas dengan cepat. Agar bisa sedikit bermain sebelum jam pelajaran dimulai.

Beberapa menit kemudian, warga sekolah lain tampaknya sudah mulai memadati sekolah. Kelas Abigeal juga sudah mulai berisik, tapi Abigeal tidak peduli dengan hal-hal itu. Dia terus saja tidur-tiduran di atas meja saat bukunya sudah dikembalikan oleh Adrian.

"Eh, itu Dion bukan?"

"Mana ...? Eh? Kayaknya iya, deh."

"Wah! Ganteng bangettt."

"Iya, kok bisa berubah drastis gitu ya?"

"Eh? Bentar-bentar. Kalau diliat-liat Dion mirip atlit karate yang dari Jepang itu enggak, sih?"

"Siapa? Gue enggak tau tuh."

"Itu loh, namanya kalau enggak salah Hayate Rei."

"Kyaaa ... kagak tau deh, yang penting dia ganteng banget. Bakalan jadi incaran cewek-cewek alay kelas lain kayaknya nih!"

"Bos, liat deh! Dion jadi keren gitu," ujar Ranggel ikut membicarakan tentang Dion.

Abigeal mendongakkan kepalanya sedikit penasaran dengan perubahan yang dialami Dion. Abigeal tidak berhenti menatap ke arah Dion, bahkan dia sempat lupa untuk berkedip. Wajah Dion yang membuat orang-orang hampir tidak mengenalinya tampak tidak asing dimata Abigeal. Dia seolah sudah lama mengenal Dion.

Selang beberapa waktu, segera Abigeal memalingkan wajahnya dari Dion dan bersikap seolah biasa saja. Padahal kemaren Abigeal berkata begitu hanya asal bicara saja.

Suara dari anak-anak cewek kelas Abigeal membuat suasana kelas jadi sedikit heboh. Dion yang menjadi bahan pembicaraan terlihat biasa-biasa saja dengan itu. Seolah dia sudah sering mendengar pujian-pujian seperti itu. Seakan kepopuleran merupakan makanan sehari-hari baginya. Dion berjalan ke arah bangkunya dan duduk menghadap ke arah Abigeal.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang