Part 3

1.9K 245 2
                                    

Baru saja Abigeal hendak melangkah menuju kantin, satpam yang bertugas di sekolah itu menghampirinya. Dia menutup jalur Abigeal yang hendak ke kantin. Tubuh gemuk satpam itu melintas di depan Abigeal dan mata dengan tatapan memburu.

"Stop! Kamu bukannya di suruh hormat, ya? Ayo hormat! Saya diminta Bu Nuri untuk ngawasin kamu," ujar Satpam bertubuh gemuk itu yang sering dipanggil murid-murid dengan panggilan Pak Mbul.

Bu Nuri yang sudah tau kelakuan Abigeal, rupanya langsung menelfon Pak Mbul dan memintanya untuk mengawasi Abigeal. Pastinya agar Abigeal benar-benar melakukan hukumannya dengan benar kali ini.

"Iya, iya," pasrah Abigeal. Dia berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Abigeal terpaksa menjalankan hukumannya dengan hormat bendera dan satu kaki diangkat. Matahari pagi juga terasa mengejeknya dengan bersinar begitu terik. Padahal masih terlalu pagi untuk sepanas ini, akibatnya keringat Abigeal harus terkuras dengan mudah dan membasahi hampir seluruh tubuhnya.

Abigeal yang masih setia dengan hukumannya menoleh-noleh ke arah Pak Mbul yang duduk di atas kursi di bawah batang pohon yang teduh. Berharap Pak Mbul lengah, tapi nyatanya tidak. Pak Mbul justru membalas tatapan Abigeal dengan tajam. Abigeal pun kembali membuang tatapannya dari Pak Mbul. Kakinya sudah mulai terasa pegal, tangannya yang terus hormat menghadap bendera sesekali diturunkannya.

Seorang cowok dari kelas lain berjalan di depan Abigeal dengan membawa sebuah minuman. Cowok blasteran itu meneguk minuman dengan sengaja di depan Abigeal. Entah ada dendam apa cowok blasteran itu terhadapnya, yang jelas itu sangat menjengkelkan.

"Ahh ... segar!" ujar cowok itu dramatis sambil mengelus lehernya. Keusilan itu tiba-tiba saja menyeruak dalam dirinya saat melihat Abigeal mendapat hukuman.

"Ngeledek gue lo? Gue pukul tau rasa lo." Abigeal merasa cowok itu tengah mempermainkannya. Hal itu membuat Abigeal menghentikan hukumannya. Dia hendak berjalan ke arah cowok itu dengan tangan yang sudah mengepal. Namun, melihat Pak Mbul yang tidak berhenti menatapnya memaksa Abigeal agar diam di tempat saja.

Cowok itu malah tidak menjawab Abigeal dan justru berpura-pura tidak melihat Abigeal sama sekali. Dia terus saja melanjutkan perjalanannya entah ke mana tujuannya saat ini. Sesekali dia menoleh ke arah Abigeal, lagi dan lagi dia meneguk minumannya sambil menikmati kesegarannya.

"Untung tampang lo enggak jelek. Kalau iya, udah gue pukul beneran," omel Abigeal dan terus mengutuk-ngutuknya dalam hati.

"Abigeal, kamu masih dalam hukuman, angkat tangan kamu kembali." pekik Pak Mbul kepada Abigeal yang menurunkan tangannya.

Dengan terpaksa dan perasaan kesal, Abigeal kembali menjalani hukuman. Matahari terasa begitu lebih terik saat Abigeal sudah semakin kelelahan, dia sesekali mengoceh tidak jelas. Hari yang begitu sial kembali menimpanya, dari terjatuh sebelum berangkat sekolah, hampir saja terkunci di luar sekolah karena terlambat, dan harus menjalani hukuman karena anak baru.

Abigeal sudah sangat kelelahan, dia mencoba mencari-cari akal agar bisa lolos dari hukuman. "Eh? Itu siapa tuh, yang manjat pagar? Wah, gila mana dua orang," ucap Abigeal sambil menatap ke arah pagar sekolah yang tidak ada siapa-siapa.

"Mana?" tanya Pak Mbul dengan sigap dia berdiri dari duduknya.

"Wah, Bapak telat! Noh, udah turun," ujar Abigeal sambil menahan tawa.

Dengan segera satpam gembul itu menuju ke arah pagar untuk mencari anak-anak yang hendak bolos sekolah seperti yang dikatakan Abigeal. Abigeal yang melihat hal itu langsung memanfaatkan keadaan dan berlari menuju kantin. Berlaru sambil tertawa lepas karena berhasil mengelabuhi satpam itu dengan mudah.

The Direction (End✅)Where stories live. Discover now