Part 27

484 83 16
                                    

Abigeal tidak menjawab pertanyaan Brandon sama sekali. Dia malah celingak-celinguk tidak jelas. Sesekali Abigeal menoleh ke arah bawah meja, terlihat sedang mencari sesuatu. Brandon jelas heran dengan tingkah Abigeal yang tidak jelas. Bahkan, Brandon mengikuti Abigeal menoleh ke bawah meja. Mata mereka bertemu di kolong meja kaca itu, Brandon menaikkan alisnya untuk mengisyaratkan bertanya.

Seolah mengerti dengan pertanyaan Brandon, Abigeal menarik kepalanya kembali dan duduk seperti biasa. "Liat donat yang ada di atas piring enggak?" tanya Abigeal pura-pura serius.

"Enggak! Enggak liat!" geleng Brandon memutar bola matanya yang tengah menatap Abigeal.

"Ck! Padahal tadi ada tikus di kamar," gerutu Abigeal.

Brandon yang semula membuang tatapannya dari Abigeal kembali menatap Abigeal. "Urusannya sama tikus apaan?" tanya Brandon heran.

"Jadi gini! Donat itu udah gue kasih racun tikus, soalnya di kamar gue ada tikus kemaren. Jadi, gue siapin dulu racunnya! Nah, karena tikusnya tadi ke luar maka sekarang gue mau ngasih tuh, racun!" terang Abigeal tampak serius.

Brandon menahan napasnya sesaat karena perkataan Abigeal  "Geal ...!" Brandon menghentikan ucapannya lalu menelan ludahnya dengan susah payah.

"Apaan? Donatnya belum ketemu, nih," balas Abigeal terus saja celingak-celinguk pura-pura tidak menoleh ke arah Brandon.

"Geal, bawa gue ke rumah sakit sekarang, Geal! Gue belum mau mati, Geal!" pinta Brandon sambil mengguncang tangan Abigeal, terlihat sekali wajahnya sangat khawatir.

"Ngapain?" tanya Abigeal cuek dan pura-pura bingung.

"Gue yang makan donatnya, Geal. Geal, bawa gue ke rumah sakit sekarang, ayooo!" desak Brandon menggucang tangan Abigeal lebih kuat.

Abigeal membulatkan matanya. "Yang benar lo? Bercanda ya, lo?" goda Abigeal semakin ganas untuk mengerjai Brandon.

"Iya, cepetan dong, Geal!" Brandon menarik tangan Abigeal untuk segera membawanya ke rumah sakit, wajahnya sampai memucat karena cemas.

"Tapi, kata penjual racunnya, racun tikus yang ini bereaksi dalam waktu 15 menit aja," ujar Abigeal menambah suasana hati Brandon semakin panik, "Kalau ke rumah sakit sekarang, kayaknya enggak keburu deh." tambahnya lagi.

"Gimana dong, Geal? Apa gue bakalan mati di sini? Gue masih mau hidup lebih lama lagi, Geal!" ujar Brandon, wajahnya semakin memucat dan tangannya mulai terasa dingin.

Tidak tahan lagi dengan ekspresi wajah Brandon yang ketakutan seperti itu, akhirnya Abigeal tertawa terbahak-bahak. Matanya bahkan sampai berair. Sementara Brandon yang semakin gelisah dengan Abigeal, mencoba untuk menenangkan dirinya. Brandon berpikir kalau Abigeal tertawa karena dia sebentar lagi akan segera mati.

"Bercanda!" tukas Abigeal di sela-sela tawanya, dia sampai memegangi perutnya karena tertawa terlalu kencang.

Brandon yang mendengar perkataan Abigeal menarik napas lega. "Wah! Parah lo, Geal! Tega lo buat gue jadi ketakutan gini," omel Brandon.

Abigeal tidak juga berhenti tertawa. Brandon yang merasa kesal dengan Abigeal pun menggelitiki Abigeal tanpa ampun. Tawa Abigeal semakin pecah dibuatnya, sampai-sampai Abigeal tidak bisa berkata apa-apa. Yang keluar dari mulutnya hanya suara tawa dan napas yang tidak beraturan saja.

"Ketawa terus, gue bantuin!" ujar Brandon tidak mau berhenti menggelitiki Abigeal.

"U ... dah... enggak ... la--gi ...!" ujar Abigeal mengelak-elak dari Brandon.

Brandon tidak mau menghiraukan Abigeal sama sekali, dia malah semakin membuat Abigeal meringkuk-ringkuk karena tertawa. Hingga akhirnya tangan Abigeal membentur meja. Membuat Brandon mengehentikan aksinya karena melihat tangan Abigeal yang tergores.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang