32. On Fire

Mulai dari awal
                                    

Ada kabut di sana dan Kanaya yakin khilaf nya Aarav kali ini akan menjadi khilaf yang sesungguhnya.

"Boleh?"

Kanaya diam tubuhnya tiba tiba menjadi kaku dan lidahnya kelu.

Aarav menghembuskan nafasnya tepat di wajah Kanaya membuat Kanaya mengerjapkan matanya lucu.

"Atau saya perlu maksa kamu?"

Kanaya langsung melotot.

"Emangnya berani maksa Naya?"

Aarav tersenyum lebar.

"Why not?"

"Emangnya tega kalau maksa Naya?"

Wah ini mah namanya nantang!

"Tega"

Kanaya menatap Aarav tidak percaya membuat Aarav berdecak.

"Mau saya buktiin?"

"Ber--"

"Ah!" Pekik Kanaya saat Aarav tiba tiba menggigit telinganya.

Kanaya mengatupkan bibirnya rapat menahan suara yang akan keluar dari mulutnya saat Aarav membuat sebuah tanda di lehernya.

Aarav menjauhkan wajahnya dari leher Kanaya, lelaki itu kemudian mendekatkan wajahnya dengan perlahan hingga bibir mereka menempel sempurna.

Lelaki itu mencium Kanaya, awalnya masih biasa namun lama kelamaan ciuman itu semakin menjadi apalagi lidah Aarav sudah bermain dengan liar.

Kanaya mencengkram lengan Aarav kuat saat merasakan kaki nya terasa lemas seketika, kepalanya pun menjadi sedikit pening.

Untung saja Aarav mengerti itu dan menopang tubuh Kanaya.

Kanaya memejamkan matanya sambil membalas ciuman Aarav yang berhasil membuatnya terbuai.

Aarav melepaskan ciumannya kemudian beralih mengecup leher Kanaya dan membuat banyak tanda merah di sana.

"Bernafas nay" Perintah Aarav saat Kanaya terus menahan nafasnya.

"Mas ah--"

Aarav tersenyum tipis kemudian kembali mencium bibir Kanaya.

Dengan sangat mudah lelaki itu mengangkat tubuh Kanaya dan menghempaskan tubuh gadis itu ke ranjang.

Aarav melepas kaos nya terlebih dahulu kemudian menindih tubuh Kanaya.

"Ma---" Belum sempat Kanaya mengeluarkan kalimat nya namun Aarav sudah membungkam Kanaya dengan bibirnya.

Kedua tangan Kanaya terangkat untuk menahan dada telanjang Aarav agar tidak menempel pada tubuhnya.

Namun otaknya justru mengkhianati, tangan yang semula hanya diam disana sekarang bergerak menyusuri otot otot Aarav.

Tangan Aarav pun tidak tinggal diam, mereka sudah menjelajahi tubuh Kanaya membuat Kanaya bergerak gerak gelisah di bawahnya.

Aarav melepaskan ciumannya saat mendengar lenguhan Kanaya.

Ia kemudian menatap Kanaya yang nafasnya tersengal senggal.

Wajah nya pun sudah memerah sampai ke lehernya.

Aarav tersenyum kemudian mengecup kedua pipi Kanaya, ia kemudian menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher Kanaya dan menggigit nya pelan.

Salah satu tangannya pun sudah menerobos masuk ke kaos Kanaya, meremas salah satu aset Kanaya.

Kanaya menarik rambut belakang Aarav pelan.

"Ge-li" Gumam Kanaya pelan.

"Tapi kamu suka" Balas Aarav.

𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang