Kanaya menolehkan wajahnya sedikit namun karena jarak yang terlalu dekat itu membuat pipi nya dan pipi Aarav tidak sengaja bertemu.

Saat Kanaya akan menjauhkan wajahnya Aarav langsung menarik Kanaya sehingga gadis itu berdiri dari duduknya.

"Ah" Pekik Kanaya saat ia menabrak dada bidang Aarav, lelaki itu pun dengan segera memeluk tubuh Kanaya.

"Saya siapa?" Tanya Aarav berbisik, jangan lupakan fakta bahwa lelaki itu berbisik menggunakan deep voice nya.

"Saya siapa?" Aarav mengulang pertanyaannya.

"Anaknya mama"

Aarav menghela nafas, sabar.

"Selain itu"

"Menantunya bunda"

Lagi lagi Aarav menghela nafas.

"Yang lebih spesifik"

"S-suami Naya" Ucap Kanaya pelan, sangat sangat pelan.

Gadis itu langsung menundukkan kepalanya.

"Bagus!"

Aarav menangkup kedua pipi Kanaya membuat gadis itu mendongak menatap nya.

"Mas Aarav" Panggil Kanaya pelan kemudian menundukkan kepalanya lagi.

Takut anjirrrr

"Iya?" Jawab Aarav lembut.

"Ja-jangan gitu, kamu serem kalau muka nya gitu" Cicit Kanaya pelan.

Aarav menatap Kanaya lama kemudian tawa nya langsung pecah seketika.

"Astaga!" Gumam Aarav setelah menyelesaikan tawa nya.

Lelaki itu kemudian mencubit kedua pipi Kanaya.

"Gemesin banget kamu nay"

Pipi Kanaya memerah mendengar perkataan Aarav, ditambah Aarav yang masih mencubit kedua pipinya membuat benda kenyal itu semakin memerah saja.

"Sakit" Adu Kanaya pelan.

Aarav menggeleng kemudian melanjutkan kegiatan mencubiti pipi Kanaya.

"Mas Aarav" Rengek Kanaya sambil menarik ujung kaos Aarav.

"Iya sayang?"

Kanaya langsung cengo.

Ia bahkan sudah tidak merasakan pipi nya yang sakit lagi.

Aarav terkekeh kemudian berganti mengelus kedua pipi Kanaya lembut.

"Nggak usah takut, saya nggak akan nyakitin kamu"

Kanaya mendongak menatap Aarav.

Rasa takutnya pun sudah sedikit menghilang setelah melihat Aarav yang tertawa.

Lelaki itu kemudian menunduk dan mensejajarkan kepalanya dengan telinga Kanaya.

"Mau saya buktiin kalau saya nggak akan nyakitin kamu?"

Kanaya menelan ludahnya saat hembusan nafas Aarav menerpa lehernya.

"Jangan gitu, geli" Kanaya mendorong tubuh Aarav pelan.

"Saya suka fakta kalau kamu gampang geli, itu malah mempermudah saya"

Aarav merangkul pinggang Kanaya dan merapatkan tubuh mereka.

"Boleh saya minta hak saya sekarang?" Tanya Aarav pelan.

Kanaya mendongak menatap Aarav, tepat di mata lelaki itu.

𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂Donde viven las historias. Descúbrelo ahora