38. Cerita Masa Lalu

Start from the beginning
                                    

Kanaya masih diam, menunggu Aarav melanjutkan ceritanya.

"Dia meninggal karena kecelakaan"

"Dan kecelakaan itu terjadi karena mas"

Aarav menggenggam tangan Kanaya saat mengucapkan kalimat nya itu.

"Waktu itu mas masih kuliah semester 3..."

Kanaya membalas genggaman tangan Aarav mencoba menguatkan lelaki di pelukannya ini.

Flashback on

"Aarav!" Panggil Aurora tegas.

"Enggak kak, Aarav nggak mau. Kalaupun papa sama mama masih ngotot yaudah terserah kalian aja, Aarav nggak peduli!"

Aarav berdiri dari duduknya meninggalkan ruang tamu, membuat kedua orangtua dan kakak perempuannya menatap kepergiannya dengan sendu.

"Ara rasa keputusan papa kali ini salah pa, nggak seharunya papa maksa Aarav buat ngurus perusahaan di saat dia masih kuliah semester 3" Jelas Aurora sambil menatap papa.

"Aarav masih butuh waktu buat menikmati masa mudanya pa, jangan paksa dia buat berurusan sama perusahaan dulu"

"Ara juga yakin Aarav masih punya mimpi yang masih harus dia capai, he has his own life goals"

"Jadi untuk sekarang Ara minta papa jangan usik Aarav dengan urusan perusahaan dulu, biarin dia nentuin pilihan hidupnya sendiri"

"Mama setuju sama Ara pa, Aarav masih terlalu muda untuk ikut dalam dunia bisnis kamu"

Papa menghela nafas panjang.

"Maaf, papa yang salah, terlalu memaksakan kehendak papa"

"It's okay pa, papa cuman mau yang terbaik buat anak anak papa kan?" Aurora memeluk papa erat.

"Yaudah kalau gitu Ara susul Aarav dulu"

Setelah mendapat anggukan dari kedua orangtuanya, Aurora segera pergi menuju kamar sang adik.

"Mr. Adelard?"

Aarav yang sedang bermain game di ponselnya itupun langsung menoleh.

"Yes Mrs. Queensha?"

Aurora tersenyum kemudian memeluk Aarav.

"Nggak usah dipikirin, papa udah berubah pikiran kok, nggak usah emosi gitu mukanya, jelek tau"

Aarav terkekeh kemudian membalas pelukan sang kakak.

"Makasih kak"

"Anytime my little boy!"

Aarav melepaskan pelukannya kemudian menatap Aurora.

"Persiapan pertunangan kakak lancar?"

"Lancar dong pastinya!"

Aarav tersenyum saat melihat binar bahagia di wajah Aurora.

"Doain semoga kakak bahagia ya sama Kenan, semoga kakak bisa nikah dan punya anak serta masa depan yang bahagia sama Kenan"

"Aamiin, Aarav selalu doain kakak kok!"

Aurora tersenyum kemudian mengacak rambut Aarav.

"Nanti kalau kakak udah pergi kamu yang nurut ya sama papa sama mama"

"Jangan jadi bad boy lagi kamu, harus jadi good boy!"

𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂Where stories live. Discover now