Kedua prajurit itu membawa Afsheen ke penjara bawah tanah, menempatkannya di sel pojok yang kosong, lalu pergi. Dia menatap arah kepergian prajurit tersebut dengan tatapan tidak percaya. Padahal dia hendak meminta makanan, tetapi sebelum membuka mulut mereka langsung pergi tanpa beban.

Mengembuskan napas lelah, dengan gontai Afsheen melangkah mendekati kasur kecil di sudut. Begitu bokongnya menduduki kasur tersebut, wajahnya langsung cemberut. Ternyata bukan kasur, melainkan hanya berupa batu persegi yang keras dialasi kain. Afsheen duduk bersila di atas batu tersebut sambil merenung kapan jam makan tiba.

Beberapa saat kemudian terdengar derap langkah. Seorang prajurit membuka sel sambil membawa nampan besi dan meletakkannya di dalam sebelum kembali keluar. Afsheen mendekat, mengambil nampan tersebut dan kembali duduk di kursi batunya.

Melihat hidangan di atas nampan, Afsheen tidak ragu berkomentar, "Sangat pelit!" Nampan tersebut hanya berisi sebuah roti dan segelas air dingin. Ketika menggigit roti tersebut, mulut Afsheen tercengang. Dia segera menjauhkan nampan serta roti itu jauh darinya dan tidak bisa menahan kesal, "Benar-benar tidak manusiawi! Mereka ingin aku makan roti sekeras batu? Mereka gila?"

Afsheen mengacak rambutnya, lalu membenamkan kepala pada kedua kakinya yang tertekuk. "Aku ingin pulang... Bunda, tolong cari anak tercantikmu ini!" suaranya bergema di sel tersebut.

Mendengar derit besi, kepala gadis itu sontak terangkat. Dia menatap dua prajurit yang memasuki selnya. Mengamati orang-orang itu, Afsheen sedikit terkejut. "Ada apa dengan wajah kalian?"

Kedua prajurit itu saling melirik, lalu satu di antaranya maju dan menyodorkan sebuah wadah kecil. "Oleskan obat ini pada tangan dan keningmu. Gadis-gadis tidak boleh mempunyai bekas luka."

Alis Afsheen terangkat. Walau sedikit aneh, dia mengambilnya. "Baiklah, terima kasih."

Prajurit lainnya melangkah maju dan menyodorkan sebuah nampan. "Roti sebelumnya sangat keras dan tidak cocok untuk perempuan, jadi makanlah ini."

Afsheen semakin bingung dengan kejadian ini. Dia mengambil nampan itu dan ragu-ragu melihat semangkuk bubur putih dengan topping daging cincang, sebuah apel dan susu hangat.

Seakan bisa membaca isi pikiran Afsheen, prajurit itu segera mengatakan, "Nona bisa memakannya. Tahanan Kaisar tidak akan diberi racun."

"Oh, baiklah." Afsheen sedikit lega. Dia memakan bubur itu satu sendok kemudian tersentak. Buburnya sangat lezat. "Apakah tahanan Kaisar diberi makan seperti ini? Menyenangkan sekali."

Ekspresi kedua prajurit itu langsung berubah mendengar kalimat akhir Afsheen. "Apa yang menyenangkan?"

Afsheen yang sedang bahagia menyendokkan bubur ke dalam mulutnya mendongak dengan matanya berbinar. "Di sini makanannya sangat enak dan gratis, mungkin lebih baik daripada restoran di luar. Tahanan Kaisar tidak perlu repot memikirkan kelangsungan hidupnya."

Kedua prajurit itu menahan ekspresi ngeri mendengar celotehan gadis itu. "Ya, tentu saja. Karena tahanan Kaisar akan mati hari berikutnya."

"Uhuk, uhuk." Afsheen terbatuk keras karena tersedak. Dengan cepat dia meneguk susu hangat lalu mengelus dadanya yang terasa sesak. Dengan mata memerah, dia memikirkan apa yang akan terjadi esok.

"Nikmati waktu Nona. Kami akan pergi sekarang." Dengan begitu kedua prajurit tersebut keluar dan mengunci kembali sel, meninggalkannya di penjaga dingin ini sendirian.

Teringat ekspresi dingin dan kejam Keigher saat menebas kepala Grond tanpa belas kasih, tanpa sadar Afsheen menyentuh lehernya. Dari paparan teks, jelas dikatakan Keigher sering memenggal kepala lawan, pemberontak, serta seseorang yang tidak disukainya.

"Aahhh, Bunda! Anakmu akan menjadi hantu tanpa kepala!!!" Rengek Afsheen sedih.

Kepalanya menunduk menatap sisa bubur, dengan lesu dia kembali memakannya hingga bersih lalu menggigit apel. Dia mendesah dalam hati, lebih baik manjakan perutnya dengan makanan sebelum mati besok.

Ketika malam tiba, keheningan di ruang bawah tanah tersebut lebih intens dibanding sebelumnya. Di pojok sel, Afsheen sudah berbaring meringkuk di atas batu dengan tidur pulas. Sebuah bayangan kemudian menutup cahaya lentera yang remang-remang dari wajah gadis itu dan menatapnya tatapan lekat.

Sedangkan Afsheen yang sedang bermimpi sedang makan makanan lezat tiba-tiba berubah adegan menjadi berlari menghindari sosok hitam yang mengejarnya dari belakang. Dalam tidur, tubuh Afsheen menggigil. Mimpi yang mengerikan.

 Mimpi yang mengerikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

January 30, 2021.

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now