IV. This is real

Depuis le début
                                    

Afsheen mengerutkan bibir, keningnya mengerut penuh benci. Dia mengangkat kepalanya dan menatap para prajurit yang sedang mengorak-arik kamp bandit. Ia kemudian berusaha bangkit dan berjalan di jalur aman mengitari kamp tersebut. Rata-rata anak buah Grond telah tertangkap dan disandera.

Ketika mendengar suara nyaring pedang, mata Afsheen melebar dan segera mendekati sumber suara. Dia bersembunyi di balik pohon, menatap dua sosok yang berdiri berhadapan. Dengan hati-hati Afsheen mengamati wajah Keigher yang berdiri penuh aura dominan. Matanya menyiratkan kedinginan dan sedikit rasa jijik. Sedangkan pria yang mengacungkan pedang ke arahnya, Grond, penuh dengan senyuman sarkasme.

“Aku tidak menyangka butuh satu tahun untukmu menangkapku.” cibir Grond dengan mata mengejek.

Keigher memutar pedangnya sebelum memegangnya dengan mantap. “Sepertinya kau cukup bersenang-senang.”

“Tentu saja. Banyak wanita muda yang menghangatkan ranjangku setiap hari.” balas Grond sambil menjilat bibirnya.

Afsheen merinding melihat tingkah laku Grond. Benar-benar menjijikan!

Keigher menatapnya tenang, tapi tidak ada yang melihat bahwa tangannya semakin erat memegang pedang hingga urat-uratnya menonjol.

Grond penuh antisipasi melihat Keigher melangkah dan segera mundur. Ketika Keigher mengambil satu langkah lagi, tiba-tiba dia menghilang dari tempatnya. Sebagai sosok yang memiliki intuisi kuat, Grond segera berbalik dan mengangkat pedangnya untuk menghalau pedang Keigher yang menyerang.

Afsheen yang masih menonton dengan tenang sekarang tercengang. Sejak kapan Keigher di sana?! Kecepatan pria itu tidak bisa ditangkap oleh matanya. Melihat kejadian ini, Afsheen merasa Keigher pantas menjadi kaisar terkuat di dunia ini.

Kekehan keluar dari mulut Grond. Ada keringat membanjiri keningnya karena berusaha menahan tekanan pedang Keigher. “Kinerjamu jadi menurun, Kaisar-ku.”

Dengan acuh tak acuh Keigher menjawab, “Oh.” Setelah itu dia sekejap mata menarik pedangnya, berpindah posisi di belakang Grond dan mengayunkan kaki menebas lutut Grond dari belakang hingga pria berotot itu kehilangan keseimbangan dan terjerembap di atas tanah.

“ARGHH!!” Erangan menyakitkan Grond memecah keheningan malam di hutan.

Sekujur tubuh Afsheen membeku dan jantungnya berdegup kencang. Dia bisa merasakan kakinya ngilu. Setelah melihat keberingasan Keigher, Afsheen bahkan tidak berani menimbulkan suara.

Kaki Grond dipenuhi darah segar, bau amis menguar di udara. Keigher berdiri di depan Grond yang masih meraung kesakitan sedikit mengernyitkan kening tidak suka. “Karena pengabdianmu untuk kerajaan selama sepuluh tahun, aku membiarkanmu mengakhiri penderitaanmu lebih dini.”

Pedang Keigher yang bersih mengkilat terangkat. Dengan sekali ayun, pedang tersebut menebas kepala Grond dengan mulus hingga kepalanya menggelinding beberapa cm dari tubuhnya. Matanya yang terbuka lebar mengarah ke atas seolah menatap Keigher dengan ganas, yang dibalas tatapan acuh tak acuh dari pria itu.

Jendral Loth segera mendekat dan mengulurkan sebuah sapu tangan bersih kepada Keigher dengan penuh hormat. Keigher melirik pedangnya yang ternodai sedikit darah, mengerutkan kening samar, dan meraih sapu tangan tersebut untuk membersihkan pedangnya.

“Semua bawahan Grond sudah ditangani. Hamba menunggu titah Yang Mulia selanjutnya.” ujar Jendral Loth dengan kepala menunduk.

Keigher membalas dengan “Hm,” pelan. Beberapa saat hening, gerakan Keigher yang menyeka darah dari pedangnya terhenti. “Bawa kepalanya dan gantung di lapangan Sigil.”

“Baik, Yang Mulia.”

“Pergilah. Aku masih memiliki urusan sebentar.” kata pria itu dengan tenang.

Jendral Loth tertegun sejemang. “... urusan?” Tanpa sadar dia menyuarakan pikirannya. Apa lagi urusan kaisar? Bukankah tujuannya menangkap Grond sudah selesai?

Pandangan Keigher terhenti pada batang pohon beberapa meter darinya. Matanya penuh dengan riak yang jarang muncul. “Mm, menangkap tikus kecil.” ujarnya santai sebelum melangkah.

Jantung Afsheen langsung berdebar keras mendengar ucapan Keigher. Tubuhnya mematung dan tidak bisa digerakan sedikit pun sekarang. Dia masih terbayang adegan sadis yang baru saja dilihat, tidak bisa menahan diri untuk mual.

Mendengar suara derap langkah yang mendekat, Afsheen penuh kepanikan. Apa yang harus dia lakukan?! Dia sudah menyinggung kaisar kejam itu sebelumnya. Bagaimana jika nasibnya seperti Grond?! Afsheen tidak bisa menerima fakta bahwa arwahnya hanya akan berupa tubuh tanpa kepala!

Tapi tunggu, bukankah ini hanya mimpi? Segera Afsheen menghapus keringat dari keningnya. Hatinya terasa lebih tenang sekarang. Matanya penuh tekad. Jadi kenapa kalau Keigher membunuhnya? Bukankah dia akan bangun dari mimpi? Memikirkan hal itu, tubuhnya menjadi semakin rileks.

“Sudah puas menonton?” Suara dingin itu terdengar dari samping, membuat Afsheen berjengit kaget dengan punggung terasa basah akibat keringat dingin.

“A-a-aku tidak melihat apapun!” sergah gadis itu segera.

“Oh,”

Afsheen mengamati ekspresi Keigher lekat. Mata merah itu terus menatapnya intens. Ia tidak bisa menahan diri untuk menggigil saat ini.

Keigher mengurung Afsheen ke pohon dengan satu tangan sambil mengulurkan pedangnya di hadapan Afsheen. Matanya sedikit menunjukkan minat. “Menurutmu lebih bagus metode pertama atau kedua?”

Gadis itu tercengang. “A-apa...?”

“Kau benar-benar tidak melihatnya?” Keigher menaikkan satu alisnya. “Memotong kaki atau lebih baik kepala secara langsung?”

Lagi-lagi Afsheen merinding. Dengan senyuman gugup ia mengulurkan tangan untuk mendorong pedang di hadapannya menggunakan jari telunjuk. “K-kurasa dua-duanya kurang— aw.”

Dengan cepat Afsheen melihat jari telunjuknya yang terasa sakit dan mengeluarkan darah. Ia melirik pedang tersebut, jarinya, wajah Keigher, kemudian balik lagi ke jarinya. Bukankah mimpi tidak bisa merasakan sakit? Tubuhnya gemetar hebat. Atau, jika ini bukan mimpi maka seharusnya ... nyata?

Bola mata Afsheen memerah, matanya menyoroti jarinya yang mengeluarkan setitik darah dan menatap wajah Keigher lagi. “Berdarah....”

Setelah mengatakan itu, kesadaran Afsheen hilang ditelan kegelapan.

Setelah mengatakan itu, kesadaran Afsheen hilang ditelan kegelapan

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

January 20, 2021

King of the CrueltyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant