𝗣𝗥𝗢𝗟𝗢𝗚

388 49 0
                                    


/ KRIINGG! KRRIIINGGG! KRRIIINGGG! /


"Hanbyul-ah! Cepat bel sudah berbunyi, Choi-ssaem akan mengajar!" Teriakan itu sontak membuat gadis yang bernama Hanbyul menghela napas panjang dan menggerutu.

"Andai pelajaran sejarah musnah di dunia ini, mungkin Aku lah orang pertama yang bahagia."

Dengan malas dia berlari menuju kelasnya dan tersenyum tipis menyambut wajah panik teman yang meneriakinya tadi. "Gwenchana Jisu-ya.  katakan pada Choi-ssaem kalo perutku sakit. Aku harus ke—"

"Andwae!" Jisu menggelengkan kepalanya saat mengetahui akal bulus Hanbyul yang ingin bolos. "Yak! Kau mau Aku berbohong berapa kali kepadanya, hah!"

Hanbyul tertawa garing. Dia baru ingat bahwa Jisu selalu menjadi korban amukan Pak Choi karena dirinya. Mungkin kali ini Dia harus tobat. "Arasseo, Aku gak akan bolos."

"Nah gitu dong, ini baru teman ku. Kajja!" Jisu merangkul pundak Hanbyul sembari berjalan ke dalam kelas. Duduk diam dan menunggu hingga Pak Choi datang dengan buku tebal ditangannya.

Sungguh, Hanbyul sangat benci pelajaran sejarah.





/55 menit kemudian. . . /

Seisi kelas menyimak penjelasan Pak Choi dengan setengah hati. Entah sudah merasa muak atau benar-benar putus asa. Bayangkan saja mendengar cerita bak sebuah dongeng pengantar tidur selama hampir satu jam sungguh membuat siapapun mengantuk karenanya.

Tak terkecuali Hanbyul yang sudah meratakan kepalanya sejajar meja dengan tumpuan buku dihadapannya agar Pak Choi tidak melihat dirinya yang sedang tertidur pulas.


". . . Jadi, kalian sudah mengerti kan bagaimana manusia purba berevolusi menjadi manusia modern seperti sekarang? Semua makhluk akan mengalami kepunahan saat mereka tak mampu melewati masa evolusi atau seleksi alam. Yang mampu bertahan dihabitat dan keadaan baru dia akan tetap hidup. Jika tidak? Perlahan mereka akan punah." Pak Choi menutup buku tebalnya tanda mengakhiri materi yang disampaikannya barusan.

"Nee!" Beberapa siswa menyahut dengan semangat. Tanda penderitaan mereka akan segera berakhir.

Sebelum Pak Choi pergi, dia tampak menghela napas panjang. "Ada pertanyaan? Jika tidak, kalian boleh isti—"

"Sonsaengnim! Saya punya pertanyaan." Seorang siswa laki-laki menyela dengan cepat.

Tentu saja langsung diikuti helaan kesal dari siswa lainnya. Jisu sampai ingin melempar botol tupperware miliknya karena waktu istirahat jadi ditunda karena pertanyaan lelaki itu. Menyebalkan sekali, rutuknya.

"Aigoo, ayolah Aku cuman bertanya sebentar saja." Dia tertawa. Namun, hanya tatapan sinis yang didapat dari seluruh teman sekelasnya. Sepertinya dia harus cepat menyelesaikan pertanyaan atau dia akan habis dihajar nanti.

Pak Choi meletakkan kembali buku nya, "Kim Jaehwan, kau mau bertanya apa?"

"Begini, ssaem. Kau bilang makhluk hidup akan menghadapi takdirnya saat ada seleksi alam. Apa menurutmu manusia bisa punah karena seleksi alam? Saat mereka tak mampu bertahan dan akhirnya akan punah dan muncul spesies makhluk baru seperti. . . Monster? Alien? Atau. . . Zombie?" Rentetan pertanyaan aneh itu terucap dari mulut Jaehwan.

Suasana hening seketika. Memikirkan apakah pertanyaan tersebut memiliki jawaban apa tidak. "Jaehwan-ah, berhenti lah membaca buku fiksi, fantasimu terlalu tinggi." Celetuk seseorang disana. Menurutnya bagaimanapun Zombie adalah hal yang tak masuk akal. Tak akan ada jawaban untuk pertanyaan lelaki itu barusan.

Bahkan Pak Choi tampak speechless dengan pertanyaan siswanya. "Berpikirlah secara logis, Nak. Zombie dan alien hanya muncul di dunia imajinasi mu. Bukan di dunia nyata, arasseo?"

"Kita sudahi pelajaran hari ini. Silakan istirahat." Lanjutnya lalu pergi meninggalkan kelas.

Jaehwan terduduk dengan wajah penuh tanya. Sungguh pertanyaan nya belum terjawab sama sekali. Padahal dia benar-benar ingin tau jawabannya. "Tak ada kah yang mau menjawab pertanyaan ku?"

"Yak, lebih baik kau pergi makan sana." Seorang siswa menyahut asal. Begitu juga dengan siswa lainnya. "Jaehwan-ah, kajja ke kantin!" Sungwoon, teman dekatnya itu langsung menariknya pergi keluar.

Sayang, padahal tadi Hanbyul ingin bertanya sesuatu padanya. Haruskah dia urungkan?

"Choi Hanbyul, Gak mau ikut?" Jisu menepuk pelan pundak gadis itu yang tampak merenung sejak tadi. "Ah, Kau duluan saja. Aku akan menyusul." Sahutnya sambil tersenyum.

"Okey!" Dia pun pergi.

Dan tinggal lah Hanbyul dengan beberapa siswa didalam kelas itu. Entah apa yang terjadi, Hanbyul sangat memikirkan pertanyaan Jaehwan tadi. Bagaimana jika manusia akan berubah menjadi Zombie?

"Aniya, manusia? zombie? seleksi alam? hal bodoh apa yang kupikirkan ini argh!" Hanbyul menyerah untuk berpikir dan kembali membawa dirinya untuk tertidur.

Masih ada lima belas menit baginya untuk mengistirahatkan pikirannya. Setidaknya untuk mengusir pertanyaan Jaehwan yang sungguh mengusik otaknya.

/ Bruk! /


/ KRRIINGG! KRIINGG! KRRIIINGGG! /





"HANBYUL-AH! LARI!!!!!!"




[1]『Wanna One Zombie Attack』[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang