Bab 25-2

23.2K 843 98
                                    

Kepada seluruh pembacaku yang setia menunggu Ugly Royale, 

Bab 25-2

 

            Ia menghentikan langkahnya di hadapan sebuah pintu yang nyaris lepas dari bingkainya. Dekorasi usang di Kastil Terlarang ini tak mengecewakan, pikirnya. Bibirnya tersenyum lebar meski mata sipitnya memamerkan kebosanan pada sekumpulan orang di dalam yang berteguh dalam keheningan. Ia melarikan salah satu kaki dari sandalnya, lalu menggaruk betis sebelahnya dengan lihai. Senyum di bibirnya itu pecah jadi sebuah ucapan.

            “Tok, tok.” Tangannya mengindikasikan gerak mengetuk. “Pintu ini seharusnya dibuang saja.” Dengan kaki yang bebas, ia menendang pergi pintu rusak tersebut.

            Dari seluruh orang yang ada di hadapannya, hanya seorang gadis kecil meringis dengan alunan suara kekanak-kanakkannya. “Fang, memejamkan matamu seperti biasa, ya?”

            Menyadari kenyataan tersebut, ia terkenang akan Kalia. Selain Cadence, satu-satunya orang yang paling sering membuka mulut adalah Kalia. Yah, meski harus ia akui, Kalia tak pernah benar-benar mengatakan hal yang menyenangkan. Selera humor sintingnya mampu membuat para pria biasa takut terbirit-birit. Tapi, belakangan ia mengetahui ikatan darahnya (dan semua anggota lainnya) dengan Kalia mendadak putus—itulah sebab asal muasal rapat di luar jadwal ini.

            “Aku tak ingat pernah membuka mataku selebar ini sebelumnya, Cadence.” Fang menelusuri tiap-tiap kursi dalam ruangan tersebut, dan mendapati sebuah tempat kosong di ujung  meja. Tepat di samping Isis Katriel, Ratu Sadis itu.

            Mata merahnya mendelik pada Fang, terkesan tak peduli—tak peduli menusuk-nusuk bola matanya sebelum membuat seekor sapi memakan jantungnya, lalu dicincang—“Ya, aku akan melakukan itu lalu menyajikan dagingmu pada pendekarku,” ujar Isis Katriel, suara beratnya menampakkan aura berkuasa yang tak sudi Fang gubris.

            “Melakukan apa? Melakukan apa?” Cadence berdiri dari tempatnya. Fang mengernyitkan dahi dan menggeleng pada Cadence.

            Ia tak mau membuat masalah dengan sang Calon Penguasa Dunia Timur—sebab kampung halaman Fang pun berada di bawah pengaruh kekuasaannya, Suku Usha. Suku gila yang meminum darah demi memperhebat kekuatan mereka—lalu, menato punggung mereka sendiri untuk membendung kekuatan itu. Sinting? Ya, tak ada kata yang lebih masuk akal bagi mereka.

            “Duduk.” Aengus, Sang Ketua Dewan Kursi Bayangan menggumamkan perintahnya. Namun, itu cukup menyebarkan sejuta gemetar ke seluruh tubuh Fang. Aengus adalah representatif dari keabsolutan itu sendiri. Tidak sadis—tapi tak akan ada yang bisa menolak perintahnya.

            Fang duduk di samping Isis Katriel dan, sial, wanita ini seharum bunga-susu. Jubah hitamnya tak berhasil menyembunyikan kulit putih porseleinnya. Bibir merahnya tak ubahnya darah yang secara berkala ia minum. Rambutnya sehitam bulu gagak yang bertengger di bahunya. Mata merahnya tampak bagai jelmaan surgawi. Cantik.

            “Parfummu sungguh menyengat, Kael.” Fang menyandarkan punggung pada kursi. “Berminat membeli parfumku?”

            Kiros Diem, adik laki-lakinya memancarkan aura protektif yang berlebihan sampai-sampai Fang harus melihat ke bawah meja—memastikan pria itu tidak berniat memanahnya diam-diam. Bagaimana tidak, Kael adalah nama panggilannya. Tak banyak orang yang berani memanggilnya dengan sebutan itu. Sedangkan Kaya Arvid, adik bungsunya, hanya diam dan tidak peduli, menolehkan kepala ke arah lain.

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang