UGLY ROYALE

Bab 8-1

Bab 8-1

Entah kenapa, ini sungguh lucu. Thalia Ersa of Seymour pernah, setidaknya dua kali, berada dalam situasi menegangkan dan membahayakan. Pertama, hampir diperkosa oleh Greyster. Kedua, kasusnya hampir mirip dengan yang pertama. Dan, mungkin ini menjadi yang ketiga kalau saja Tristan tidak berdiri di belakangnya. Lucu, entah bagaimana, sejak dua buah lamaran datang menantinya, semua situasi yang tak ia harapkan malah terjadi begitu berurutan, kronologis.

Mungkin, ini adalah konsekuensi atau apa yang harus ia bayar setelah menggambar malaikat itu. Tapi, tunggu, Thalia sama sekali tidak percaya bahwa sekedar mengekspresikan imajinasi bisa berakibat sebesar ini. Apalagi, malaikat itu belum lengkap, tanpa adanya wajah yang sempurna mengimbangi tubuhnya. Dan, tidak mungkin jika lukisan itu, tanpa sengaja, adalah lukisan gaib, bukan? Yah, walaupun Thalia sempat mempercayai, beberapa kali, bahwa malaikat itu adalah pembawa perubahan yang ia alami.

Perubahan, mulai dari gaya hidupnya sampai masalah-masalah yang bertebaran di sekelilingnya. Jika saja Thalia tidak terlalu bodoh dan canggung menginjak salah satu lembaran masalah itu, kemungkinannya berada dalam situasi hidup mati akan menciut. Itu sungguh mengejutkan Thalia—dirinya yang penyendiri, aneh, pemalu, dan buruk rupa ini—sebagaimana secara alami kakinya mulai menginjak dunia di luar batas bayang-bayang sudut masyarakat.

Dua lamaran, pengawal baru, gaun baru, dan penampilan yang baru adalah bukti-bukti bahwa ini semua sudah melenceng dari kenyataan bahwa dirinya adalah putri yang terkucilkan atas tindakannya, bukan masalah politik. Ini semua, jujur saja, mewarnai harinya sedikit demi sedikit sehingga dunia yang tadinya ia lihat sebatas warna-warna umum pada cat minyak berubah menjadi spektrum menakjubkan. Benar, ini bagaikan mimpi.

Tapi, sekarang ia tahu bahwa mimpi ini berputar di sekelilingnya, berusaha memberikannya petunjuk atas apa yang terjadi pada jalannya menuju masa depan. Ini, sama sekali bukan mimpi, ini adalah bukti bahwa roda kehidupannya mulai berputar—

“Tolong jangan langkahkan kakimu lebih jauh dari itu, Yang Mulia,” suara berat itu seketika memecahkan kengerian lorong miskin cahaya ini. Itu adalah suara Tristan yang bagaikan cahaya, berusaha menerangi banyaknya awan yang menggumpal di benaknya.

Dan Thalia berhenti, tentu saja. Akal sehatnya mulai bekerja dan memberikan sinyal ke pancaindranya begitu cepat. Ia tidak boleh mendekati pria besar ini… setidaknya ia bisa bertanya.

Tawa masam menyembur keluar dan sosoknya yang samar terlihat semakin menggelisahkan hati Thalia. “Kemari, aku mempunyai informasi yang bagus, Yang Mulia.”

“Kau mencoba menjebaknya ke dalam perangkapmu.” Tristan memajukan tubuhnya mendekati Thalia. Tubuh besarnya sekarang menghalangi pandangan Thalia, seluruhnya, seutuhnya. Hangat seakan berkonveksi dari punggungnya ke wajah Thalia, menyebabkan hilangnya tusukan angin malam pada pipi Thalia.

“Yah, sayang sekali kau membuat prasangka buruk terhadapku, Mr. Pengawal. Tetapi, aku hanya mencoba menawarkan informasi,” ujar pria besar itu dengan seringaian lebar, walaupun sekarang pandangan Thalia terhalang oleh tegapnya pungguh Tristan. Jadi, Thalia bergeser ke kanan dan ke kiri, mencari tempat yang sempurna mengamati wajah pria itu

Tristan, seakan memiliki sepasang mata di balik kepala, merentangkan kedua tangan, memberhentikan segala tindakan kikuk Thalia. Percakapan tidak selesai sampai di situ saja, Tristan melanjutkan, “Penawaran. Kau bilang penawaran. Kau adalah seorang informan licik sekaligus seorang pembunuh bayaran, Naumann, penawaran yang kau lakukan selalu berakhir merugikan sebelah pihak.”

“Aku adalah informan yang paling diandalkan di Reibeart, semua orang membayar untuk jasaku. Oh, aku hanya ingin berdiskusi sejenak dengan majikanmu.” Naumann melangkahkan kakinya dan seketika lorong itu dipenuhi oleh suara dentuman sepatu kulitnya. Sekarang, dengan jarak yang tidak lebih dari satu meter, Thalia bisa mencium sengatan alkohol dari mulutnya.