Bab 16-2

14.9K 687 50
                                    

Bab 16-2

            Tristan mendapati angin yang menembus celah jendela ruangannya, membawa pesan tersirat. Jantungnya berdetak cepat. Bibirnya mengerut dalam pertanyaan. Ia jadi penasaran, seburuk apakah firasat yang ia rasakan.

            Jemarinya bergetar hendak memencet panel tombol pada lengan ranjangnya. Setelah ledakan di Chyrus, ia tak ingat apa-apa lagi. Ia tahu Thalia meneriakkan namanya putus asa. Namun, ia tak sanggup menjawab. Sekujur syaraf di tubuhnya lumpuh. Matanya tak kuasa membuka. Ia dipaksa lelap dalam ketidaksadaran.

            Saat terbangun, beberapa bulan yang lalu, hidung Tristan mencium aroma obat-obatan, tak asing. Sekilas melihat interior ruangan yang serba hijau-putih-biru, Tristan tahu ia berada di Whiteford, republik ahli medis. Republik yang netral, memiliki sepasukan tentara medis yang siap menolong korban perang dan bencana. Menjunjung tinggi kemanusiaan.

            Telunjuknya meraba—dengan samar-samar manuver membelai—salah satu tombol tak kasat mata. Kepala ranjangnya mulai bergerak maju perlahan. Ketika luka besar pada perut membuatnya meringis sakit, ranjang itu berhenti maju. Teknologi, pikir Tristan. Beberapa detik kemudian, setelah nyerinya mereda, ranjang kembali beringsut maju. Kini, Tristan duduk pada sudut yang membuatnya disinari silau matahari pagi hari.

            Tak tepat disebut pagi. Pandangan Tristan menemui hologram tanggal, jam, dan cuaca pada sudut jendela lebar yang nyaris menutupi sisi dinding di kanannya. Pukul 11.45 Waktu Republik Whiteford. Whiteford dan Reibeart ada di benua yang sama meski terdapat perbedaan waktu di antaranya. Whiteford lima jam lebih lambat dari Reibeart, sebab republik ini berada di sisi barat Wilayah Tengah. Berbatasan langsung dengan Kerajaan Fitzalbert yang terpisah Samudera Barat; teritori Kerajaan Waisenburg di Wilayah Barat.

             Sebenarnya, Tristan merasa sungguh tak adil sebuah kerajaan menguasai satu samudera sendirian. Tapi mereka begitu kuat dan terkesan militan. Tak ada yang berani menentang mereka. Dan sedikitnya, mereka murah hati. Alih-alih menjajah semua pulau yang bertebaran di samudera itu, mereka menyokong pembangunan pulau-pulau itu. Menjadikannya bagian dari Persemakmuran Waisenburg.

            Reibeart, di sisi lain, artistik dan penuh mahakarya. Nyaris semua pelukis, penyair, penari, pemeran, dan seniman kenamaan, berasal dari Reibeart. Atau mereka memutuskan untuk menjadi warga kerajaan Reibeart. Dunia mengenal Reibeart akan kesenian dan keindahan. Sejak kecil, tiap-tiap warga Reibeart memiliki jiwa seni. Terkadang selalu terpintas di benaknya, mengapa ia tak punya keahlian berseni seperti warga Reibeart pada umumnya.

            Bahkan Reyes—Alec—pandai berperan. Tristan pernah mendengar kabar burung, bahwa sebelum menjadi penanggung jawab drama tahunan Reibeart, Alec pernah berperan sebagai tokoh dari drama yang menjadi perbincangan media dunia selama berbulan-bulan lebih. MENAKJUBKAN, Tristan mengutip salah satu pujian di koran.

            Mengarahkan tangannya pada angin hampa, sejajar tepat di dahinya, Tristan menggerakkan tangannya ke bawah perlahan. Lalu, sebuah layar hologram besar seolah mengalir, nyaris menutupi seluruh sisi dinding. Lambang Republik Whiteford—salib berwarna biru di atas tangan berwarna hijau dan latar putih—mengambang di hadapannya. Tristan menyentuh pilihan ‘televisi’ dan layar itu bersilih ganti.

            Tristan segera disuguhisaluran berita dunia—Anastasia. Napas Tristan tercekat. Pembawa berita mengacungkan jarinya pada rekaman aksi Anastasia. Wanita itu sedang menghantamkan gagang belatinya pada seorang tentara, di hutan, saat seseorang berhasil merekam penyerangannya. Sedetik kemudian, manik birunya menatap tajam perekam. Pembawa berita menghentikan videonya pada saat Anastasia melemparkan belatinya.

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang