Bab 15-1

18.7K 691 60
                                    

Bab 15-1

            Anastasia Stokes menghela napas seberat pergumulan rasa di dadanya. Yang terakhir, pikir Anastasia dalam hati. Tak berani mengemukakannya walaupun ia begitu ingin mengaumkan kebebasannya. Kebebasan—setelah turun ke lapangan (yang teramat berbahaya), berada di garis depan, tiap kali menimbulkan kekacauan bagi rezim Reibeart—ya, Anastasia membutuhkan kebebasan itu. Ia tak sudi mengorbankan nyawanya demi segelintir orang kaya egois yang hendak menggulingkan raja. Tapi ia terikat sebuah hukuman—lakukan atau mati, begitu kata Marilyn. Tak banyak basa-basi.

            Sebab ia mengkhianati Reyes, beberapa saat yang lalu.

            Sesungguhnya ia tak sekalipun pernah benar-benar mengikrarkan setia pada Reyes. Kesetiannya berlabuh hanya kepada Alec. Pria yang menggenapi hatinya dengan rambut cokelat gelap dan mata abu-abu. Yang bermain api di perut Anastasia dengan seringai penuh godanya. Anastasia terus setia melayaninya meski mendadak Alec menghilang. Bersama putri itu—brengsek.

            Anastasia memerhatikan bayangannya pada es yang melapisi dinding besi gudang persenjataan Reibeart. Musim dingin telah datang kejam, melapisi kerajaan ini seutuhnya dalam es. Anastasia menemui mata biru—mata yang masih sama walaupun bahagia tak lagi hinggap di sana. Yah, bukan berarti selama ini ia tahu apa itu kebahagiaan. Hidupnya penuh paksaan dan tuntutan. Hanya saja, bersama Alec, sedikitnya ia mengenal nyaman.

            Sekali lagi Anastasia meneliti bayangannya, tak suka bergelayut pada kesedihan. Penyamarannya sempurna. Rambutnya dicat merah dan dikeriting. Selama sebulan terakhir, sepanjang pengalamannya mengerahkan pergolakan dan meledakkan aset Reibeart di sana-sini, kini wajahnya tujuh kali lebih sering tayang di media. Terutama di kolom buronan.

            DICARI (MATI ATAU HIDUP): ANASTASIA STOKES. Kira-kira itu apa yang tertera di kolom buronan koran atau media elektronik lainnya. Nyaris semua orang mewaspadai setiap wanita pirang hanya karena, yah, rambut Anastasia pirang. Oh, tapi mari kita lihat dengan rambut semerah langit sore hari, jubah desa kumal gatal dan wajah kotor—apakah kalian akan masih mengenali aku?

            Sebuah tangan menyentuh pundaknya. “Hei,” geram sebuah suara rendah, “apa yang kau lakukan di sini?”

            Anastasia menoleh dan jantungnya tergelincir. Sesaat ia lumpuh dalam keterkejutan menatap prajurit pirang di hadapannya. Dengan rambut pirang dan seragam lengkap: jas hitam, kancing keperakan berbaris di dada, epolet di pundaknya—ia sekilas terlihat seperti pengawal putri brengsek itu. Siapa namanya? Ah, Tristan Schiffer.

            Si prajurit mencengkeram lengannya, kasar meski tak erat. Raut wajahnya menyiratkan kelelahan dan kehampaan. Melirik mata cokelatnya pun Anastasia tahu pemuda ini telah lama tak memuaskan hasrat seksualnya. Telah terlalu lama melindungi aset-aset penting negara—seperti gudang persenjataan ini. Dan satu-satunya alasan prajurit itu melonggarkan cengkeramannya adalah..

            Anastasia cantik dan lekuk tubuhnya menggiurkan. Ha, Anastasia tak akan berpura-pura munafik. Berpura-pura mengabaikan pujian atas kecantikannya. Atas tubuhnya. Segala tentang dirinya. Ia cantik, seksi, dan pintar. Apa kekurangannya? Nyaris tak ada.

            “Apa yang kau lakukan di sini?” suaranya melembut, berhati-hati. Tampaknya ia tak ingin tertangkap basah menggiring seorang wanita ke balik remang-remang bayangan. Anastasia melirik pintu masuk gudang yang tanpa pengawasan. Tak ada siapa-siapa. Bagus. Tangkapan pertama sukses.

            Anastasia, mengelabui si prajurit, berkata, “A-aku hanya penasaran.”

            “Kau tahu penduduk desa tak diperbolehkan mendekat sedikitpun ke pagar-pagar listrik itu.” Prajurit itu menekan punggung Anastasia ke dinding. Mudah. “Bagaimana caranya kau bisa masuk?”

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang