Bab 6-1

38.3K 1.6K 50
                                    

Bab 6-1

Thalia harus mengedipkan matanya beberapa kali sebelum percaya dengan apa yang ada di depannya. Dan ia tak akan percaya karena mungkin saja ini bukan dirinya, melainkan perbuatan ahli-lah yang mengubahnya. Selain itu, ia tahu, ia berpengalaman—setidaknya selama tujuh belas tahun—dalam dunia warna dan ia tahu bahwa gaun violetnya menonjolkan sisi manis, atau mungkin, seksi dalam dirinya.

Wanita berambut hitam dalam model terkini dengan mata keemasan ini jelas bukan dirinya atau mungkin ini memang dirinya. Ia jarang memperhatikan diri sampai-sampai ia tak ingat lagi sebagaimana alisnya dengan indah membentuk lengkungan di atas mata emasnya, bibirnya yang tipis dan manis, tulang pipinya yang tinggi, terlalu menonjol ketika tersenyum, pipinya yang kurus, memperlihatkan tulang rahangnya begitu tegas.

Pria yang berdiri di sampingnya, bertubuh pendek dengan kumis tertata rapi, sambil berkacak pinggang memegang gunting menyatakan, “Saya merasa sangat terhormat dapat menjadi orang pertama yang memandangi wajah cantik Anda, Putri. Cantik. Anak Anda sempurna hari ini, Yang Mulia Raja. Kurasa aku pernah melihat wajahnya—“

Bartholomeu memotong, “Kania. Foto Kania di aula, Figgins.”

“Oh, ya. Kania sungguhlah wanita yang cantik, kau beruntung bisa mendapatkan wajah secantik ini dari keturunan genetiknya, nak.” Figgins mengedipkan mata pada Thalia, ia memainkan kumisnya sejenak. “Yah, walaupun biasanya ia menyudut dengan rambut kumal dan usangnya.” Biasanya Bartholomeu akan marah, namun tidak untuk kali ini karena Figgins memberitahukan hal sebenarnya dan Bartholomeu tak bisa mengelak.

“Ju-ju-jur saja, maksudku, aku tidak, yah, aku belum mengetahui, maksudku, mempelajari cara mengatasi kelemahan, dan, um, yah itu,” ujar Thalia tergagap, tidak terlalu berani mengeluarkan suaranya di depan Mr. Figgins yang merupakan kebanggaan wanita-wanita di Reibeart.

Mata Figgins memincing menatap wajah Thalia yang membiru ketika berbicara dengannya. “Duh, kau perlu perbaiki tatapanmu, postur tubuhmu, dan caramu berkomunikasi. Tapi, aku bukan ahlinya, kurasa ayahmu akan menemukan seseorang yang tepat,” komentar Figgins sebelum membungkuk hormat kepada Thalia dan Bartholomeu sebelum pamit. “Terima kasih, Baginda, telah memilih saya untuk mempercantik Putri Mahkota, saya mohon permisi dan selamat sore.”

Bartholomeu mengangguk dan tersenyum simpul sampai akhirnya menyerukan sebuah perintah kepada pelayan di depan pintu, “Bukakan pintu bagi Mr. Figgins!” dan pria berkumis itu menghilang, seakan ditelan pintu.

Ada kecanggungan di antara Thalia dan Bartholomeu setelah hilangnya kehadiran seseorang. Thalia mencuri pandang ke mata hijau ayahnya dengan bibir terkatup rapat, terlalu takjub akan transformasinya ini sampai-sampai tak kuasa lagi bagi dirinya menganga. Satu pertanyaan muncul di benaknya, diikuti oleh banyak pertanyaan lain mengenai tindakan memaksa ayahnya ini. Ia tidak ingin diubah dan yang ia maksud dengan diubah adalah rambutnya dipotong mengikuti model terbaru, diberi perona pipi, pewarna bibir, dan lain-lain. Sungguh, dirinya sangatlah tak berpengalaman dalam hal semacam ini dan ia tak bisa menyebutkan lagi nama objek lainnya selain kedua itu.

“Kau tahu, hari ini Keluarga Waisenburg jauh-jauh datang dari barat ke Reibeart bukanlah demi menonton pertunjukkan opera. Tujuan sebenarnya adalah memperat hubungan dengan Seymour dan maka dari itulah aku tidak mau kau tampil seperti biasanya, mengecewakan pandangan para Waisenburg tentangmu. Mungkin ini lucu, tapi aku tidak mau kau direndahkan oleh orang lain sejak detik itu, sejak rambutmu mulai dipotong. Aku mau rakyat bisa menghargaimu seperti halnya mereka menghargai Seymour yang lain. Kau harus berubah, Thalia. Tak diragukan lagi dan aku telah membuat keputusannya, bagaimanapun juga, kau harus menjadi ratu dan memimpin kerajaan ini. Walaupun aku sama sekali tidak tahu dari mana kau mendapat pengaruh sikap ugal-ugalan seperti itu,” kata ayahnya berpanjang lebar.

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang