Bab 16-1

16.2K 721 90
                                    

Kepada seluruh pembacaku yang setia menunggu Ugly Royale, 

Bab 16-1

           

            Setiap hentakan kakinya, menabuh jantungnya lebih berat dan brutal dari sebelumnya. Alec mengembuskan napasnya sembari merapikan kemeja hitamnya. Sudah lebih dari dua bulan sejak terakhir kali ia menginjakkan kaki ke Kastil Reyes. Sejak hari di mana ia menyelinap keluar dari kastil ini. Dari hukumannya.

            Seminggu yang lalu, tepat setelah Alec dan Thalia kembali ke Seymour, mereka segera mengumumkan pernikahan. Reibeart terguncang, tentu saja. Namun, setidaknya dua pihak yang sedang bertikai mampu ditenangkan. Tidak ada baku tembak, tak ada darah, tak ada pembunuhan. Pernikahan terencana ini memang berhasil mengamankan keutuhan Reibeart.

            Tapi, suara kecil dalam sanubari Alec selalu berteriak gelisah. Seakan-akan ini semua belum terakhir. Berfirasat bahwa ada maksud lain dari ketenangan Reyes. Suatu hal yang lebih besar dari perpecahan ini. Reyes licik dan penuh tipu muslihat, ingat Alec.

            Dengan adanya banyak firasat dan praduga berkecamuk di benaknya, seharusnya, Alec menghindari kastil ini. Waspada akan segala kemungkinan terburuk. Seperti, terbunuh, mungkin. Kendati demikian, ia bertekad datang, hendak mengambil sesuatu. Warisan ayahnya, warisan keluarganya.

 Sebuah cincin pernikahan kuno—cincin yang dipersembahkan Adolphus kepada Kania dan hingga kini turun temurun menjadi penyimpul jiwa kepala keluarga Reyes dengan pendampingnya. Alec pernah melihatnya sekali kala ayahnya, Dietrich, menyimpannya di brankas kamarnya.

Dietrich mengusap kepalanya dengan sayang saat berkata, “Cincin itu akan menjadi milikmu, Zack. Dan hanya boleh dipersembahkan pada wanita yang kaunikahi.”

Cincin itu begitu indah. Cincin sebening kristal, dengan corak merah darah yang tampak timbul. Sebuah permata berwarna ungu mengilap, menghipnotis tiap mata yang melihatnya. Alec selalu menganggap bahwa warna ungu itu menggambarkan persis bagaimana perasaan Adolphus kepada Kania. Bergairah, dalam, terjerat pesona, terhipnotis. Cinta.

  Alec masuk ke kamar ayahnya. Bau tembakau yang sering menghiasi kamar ini, digantikan oleh aroma parfum memuakkan. Alec mendapati interior gelap kamar diubah sedemikian rupa. Alec menyadari bahwa selama dirinya pergi, ibunya seenak saja mengambil alih kamar ini.

Kemarahan naik ke ubun-ubun Alec. Namun, ia mengembuskan napasnya perlahan. Mengatur amarah yang bergejolak di dadanya. Ia menyayangi ayahnya. Pria itu yang menjadikan Alec pria dewasa. Membimbing Alec berkuda. Melatih Alec bela diri. Mengajarkan Alec mengendalikan Zahl Offensive-nya yang terlampau agresif.

Namun, Dietrich mati suatu hari di musim panas saat Alec berumur sembilan tahun. Alec tak ingat persis bagaimana. Tapi Alec masih mampu mengenang darah dan tawa seseorang. Seseorang yang menyerukan: KUASAKUASAKUASA, seolah ia mendapatkan bukit permata.

Alec mengarahkan kakinya pada dua rak buku di sisi kamar, menempel satu sama lainnya. Setidaknya rak ini tidak dipindahkan Marilyn sedikit pun. Jemarinya meyusuri satu per satu kulit buku. Buku-buku lama ini adalah koleksi ayahnya. Ayahnya tak sudi menyimpan koleksinya di perpustakaan. Ia tidak suka dunia miliknya diusik orang asing.

Pada salah satu buku yang terasa ganjil dan kosong, Alec menghentikan langkahnya. Alec menarik buku itu dari tempatnya. Alec nyaris berseru girang saat mendengar suara samar-samar sentakan. Mengembalikan buku itu, Alec menunggu. Penantiannya itu, akhirnya, terbayar oleh membukanya dua rak tersebut.

Sebuah brankas yang tertanam di dinding tampak dari bukaan dua rak itu. Alec mendekat, napasnya tertahan dalam paru-parunya. Antusiasme melanda dirinya bagai anak kecil yang tak sabar membuka hadiah ulang tahunnya. Hadiah. Untuk Thalia. Cintanya. Yang mampu meyakinkannya.

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang