Bab 15-3

17.9K 751 86
                                    

Kepada seluruh pembacaku yang setia menunggu (2 hari) untuk Ugly Royale, 

Bab 15-3

            Bibir Alec menari erotis di sepanjang leher Thalia. Mencicipi asin kulit Thalia, membaui aromanya yang begitu khas. Aroma yang memabukkannya, membuatnya tersiksa selama dua bulan menghindarinya. Thalia menggeliat di bawahnya, pahanya terbuka sehingga gaunnya teronggok di pinggulnya. Semudah satu sentakan dan ia akan menuntaskan rindunya.

            Tangan Thalia liar mengacak-acak rambutnya. Kukunya menghujam kulit kepala Alec. Desahan menyelinap keluar dari bibirnya. Alec terus mengecup kancing-kancing gaun yang berjajar di antara dua payudara ranum Thalia dengan ketidakpercayaan. Ritme buas yang tercipta, merangsangnya lebih dari sebelumnya.

            Alec menggigit lepas satu per satu kancing gaun Thalia. Sementara wanita itu mengaitkan kedua lekuk kakinya pada pinggang Alec. Mendekatkan kejantanan Alec ke gerbang pemuasaan lembabnya. Menggeseknya sebagaimana wanita itu inginkan—sialnya, Thalia cepat belajar. Alec menjilat rahang Thalia sebelum menghadiahi wanita itu kecupan di liang telinganya. Thalia menggelinjang.

            “Aku tidak akan bermanis-manis setelah dua bulan berlalu,” ancam Alec lembut.

            Sebagai jawaban, Thalia melengkungkan punggungnya, membawa dirinya merapat pada Alec. Alec mampu merasakan puncak payudaranya yang keras dan minta dikecup. Membayangkan betapa meronanya payudara Thalia. Kemudian ia akan menjilat, bermain, dan menggigitnya kecil. Darah berdesir cepat di pusat gairah Alec—sekali lagi, sial—hanya dengan membayangkannya saja sudah nyaris membawa Alec ke ledakan gairah.

            Segera saja Alec merobek gaun Thalia. Melempar pecahan kain itu ke lantai. Alec disuguhkan pemandangan langsung kedua payudara Thalia dan kedua matanya memelas. Bibir Alec menyentuh lembah di antaranya, hendak mengecap rasa yang ditawarkan Thalia kepadanya sebelum Thalia dengan lengan kurusnya itu, mendorong, menggulingkan Alec ke sisi lain ranjang.

            Mata Alec membelalak terkejut. Ia tidak tahu menahu dari mana Thalia mendapatkan kekuatan untuk mendominasi. Thalia duduk di atas pinggangnya. Payudaranya menggantung di udara, alat penyiksaan paling ampuh bagi Alec. Gairah sudah meledak-ledak dalam dirinya. Ia ingin memuaskan Thalia dan memasukinya. Menghujamnya berkali-kali. Berkali-kali. Berkali-kali..

            Tangan Alec mencengkeram pinggul Thalia. “Sial Thalia, aku tidak punya waktu untuk omong kosong ini. Kau tidak tahu—“

            Thalia mengangkat tubuhnya. Alec kira ini kesempatannya untuk mengguling Thalia. Namun, ia menyadari betapa erat lutut Thalia mengurung pinggulnya. Dengan kepelanan yang disengaja—yang menyiksa, yang mengirimkan getaran ganjil ke tiap jengkal tubuh Alec—Thalia melepas celana dalamnya. Melewati pahanya, lututnya… Alec menelan ludah susah payah. Ia merasa dirinya kembali perjaka, hanya mampu menganga dengan air liur di sudut mulutnya sementara wanita di hadapannya menunjukkan adegan paling erotis dalam hidupnya.

            Thalia kembali menekan pinggulnya. Panas inti diri Thalia menyeruak dari dasar perutnya ke seluruh tubuhnya. Kepala Thalia merunduk, mengecup Alec dan mengulum bibirnya sekali. Pada detik selanjutnya, Thalia melepaskan pagutan mulut itu meski bibir Alec masih mencari-cari jejak bibir Thalia. Alec mengutuk dirinya sendiri. Tubuhnya didera rasa sakit yang menusuk-nusuk. Sial.

            “Aku sedang mencoba,” jawab Thalia.

            Oh, jelas wanita ini tahu.

            Alec menelusuri sisi tubuh Thalia dan berhenti pada tepian payudaranya. Thalia menepis tangkupan tangan Alec. “Kau tidak boleh menyentuh seizinku,” Thalia membuka kancing kemeja paling bawah, “atau kita tidak akan melakukannya sama sekali.”

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang