Bab 7-3

29.5K 1K 22
                                    

Bab 7-3

“Apakah kau juga akan melarangku ketika aku mulai belajar mencintai dan dicintai Alec saat ini juga?!”

Menakjubkan. Entah bagaimana menakjubkan. Thalia menghela napasnya dengan getir. Ia tahu dirinya sudah terlalu keras kepala, terlalu membantah—terlalu menyakitkan hati pria itu, Tristan. Dan menakjubkan, itu adalah pertengkaran pertama mereka selama menjalin hubungan sebagai teman.. teman baik. Dan menakjubkan, pertengkaran tersebut disebabkan oleh satu hal spele, Alec.

Thalia tahu, Alec tidak sebaik yang dipandang oleh orang-orang sekitar dan dirinya sudah pernah dilukai beberapa kali oleh pria itu. Seharusnya Thalia tidak membantah, dan bertindak menurut kemauan Tristan yang, katanya, demi kebaikannya. Blah. Kebaikan. Tristan memang memberikan yang terbaik kepada Thalia, pria itu agak menyadarkan Thalia dari angan-angan di udaranya mengenai Alec. Tapi, entah kenapa—entah kenapa. Entah kenapa saja, rasanya pria itu menyampaikannya dengan sungguh salah.

Tristan bisa dengan baik-baik membujuk Thalia seperti dulu, Tristan bisa. Atau mungkin Tristan bisa merundingkan masalah ini secara profesional dengan Thalia layaknya seorang majikan dan pengawal, Tristan bisa, pria itu beberapa kali melakukannya dua minggu lalu. Thalia bisa menerima sarannya, mencernanya sebaik mungkin, melakukan tindakan terbaik yang menerangi jalan menuju masa depan seorang Thalia Ersa of Seymour. Tapi, adalah sebuah pengecualian jika Tristan mengatakannya begitu ketus dengan banyak siratan menyudutkan Alec yang keluar dari mulutnya.

Setidaknya, Tristan perlu tahu bahwa Alec adalah tunangannya, walaupun dipertunangkan dalam acara paling tak berdasarkan cinta. Itu, status pria itu, menandakan bahwa Alec lebih berkuasa daripada Tristan, dan begitulah apa yang terjadi pada Thalia. Thalia lebih berkuasa daripada Tristan, dan seharusnya Thalia yang memberikan perintah, bukan dia. Seharusnya seperti itu, namun entah kenapa—dan Thalia baru menyadarinya sekarang—bahwa selama ini kepribadian Thalia yang rapuh diperalat oleh Tristan.

Itu merupakan sebuah asumsi awal dan Thalia tahu seharusnya seorang putri mahkota, seperti dirinya, tidak berasumsi berdasarkan fakta yang ada. Seorang putri mahkota dituntut untuk berpikir sepintar—secerdas—mungkin. Dan asumsi tak berdasar adalah sebuah bentuk keegoisan paling tolol. Tapi, selama ini Thalia tidak pernah berpikir sepintar ataupun secerdas putri mahkota lainnya ataupun layaknya Athena Waisenburg, si putri dingin dari kerajaan adidaya. Selama ini Thalia mempelajari dirinya sampai sebuah pengenalan akan siapa dirinya, dan ia tahu, dirinya selalu melihat di luar kotak pandangan orang-orang sekitar. Bertindak seakan itu apa yang benar bagi dirinya—bukan bagi orang lain. Ia begitu yakin akan dirinya sendiri sampai-sampai ia—

Melupakan hal terbaik seorang teman hendak sampaikan.

Benar. Tolol. Selama ini Tristan tidak pernah menyalahkannya, ia selalu menyarankan dalam suaranya paling mengerikan sekalipun. Tapi, kali ini Thalia membantah dan itu dikarenakan oleh Alec. Tapi, kali ini Tristan mengatakannya begitu ketus nan sinis, dan itu dikarenakan oleh Alec. Entah kenapa Alec menjadi sebab penyebab dari pertengkaran kekanak-kanakkan ini. Alec bagaikan iblis di antara mereka yang hendak memisahkan kedua belah pihak, itu aneh, bukan? Mungkin saja Tristan benar dan sarannya memanglah saran yang terbaik. Oh, Thalia merasa seakan-akan dirinyalah yang patut disalahkan dan bersedih saat ini.

Selagi melajukan langkah dengan anggun-tak-anggun, menelusuri lorong demi lorong yang membawa Thalia semakin masuk ke dalam labirin rumit Kastil Reyes, Thalia memiringkan sedikit kepalanya, memberikan sedikit pandangannya pada wajah Tristan di belakang. Dan pandangan mereka berjerempak.

Ada perasaan pahit pada hatinya yang menciut selayaknya hati seorang pecundang. Tatapan itu tertuju padanya tak lebih dari tiga detik, dan pada detik keempat pria itu tidak mengacuhkan tatapan getirnya, memandang jauh ke depan sampai-sampai Thalia tidak dapat menemukan titik pandangannya. Ini menyesakkan, sungguh. Dari pandangannya saja, Thalia sudah tahu bahwa Tristan benar-benar pengawalnya yang akan melakukan apapun demi mengemban perintah dari sang majikan. Dan apa yang Thalia perintahkan tadi? Oh, tentu saja Thalia mengingatnya: Jangan dekati dirinya lagi.

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang