“Louis, kau ini darimana saja?!” tanya Zayn.
“Aku penat, Zayn.” Jawabku.
“Penat kenapa, Lou?” giliran Candice yang bertanya. Aku masih belum bisa menerima dengan baik apa yang baru saja aku dengar tadi.
“Nothing.” Jawabku dingin lalu berlalu menghampiri Niall.
Setelah beberapa scenes, sutradara-pun memutuskan untuk mengakhiri shooting hari ini.
“Ben, kapan shooting ini akan berakhir?” tanyaku. Kupikir suaraku tadi pelan, tapi ternyata semua menoleh kearahku dengan tatapan heran.
Ben menatapku heran, “1 minggu lagi, Lou. Ada apa?”
“Ugh, lama sekali. Baiklah. Aku pamit. Guys! Aku duluan.” Ujarku lalu melambaikan tangan dan berlalu.
“Louis!” ada yang memanggilku. Saat aku menoleh.. Ugh, sial. Candice.
“Ya?”
“Are you okay?” tanya Candice. Tentu tidak.
“Yeah I’m okay. Aku harus segera pulang, malam ini aku akan makan malam bersama Eleanor.”
Aku juga tidak mengerti mengapa aku mengatakannya. Padahal kenyataannya, aku tidak memiliki janji apapun dengan El.
“Oh? Baiklah. Take care.” Kuperhatikan Candice yang tersenyum kearahku. Munafik.
Candice’s POV
Oh, jadi malam ini akan menjadi malam spesial bagi Louis dan kekasihnya? Tentu saja, Candice Stupid Swanepoel! Aku benci mengatakan ini, tapi jujur saja, aku cemburu.
“Hey, are you okay?” tanya Barbara yang kini duduk disampingku.
“Not really. You know why.” jawabku menunduk.
“Sudahlah, Candice. Kau harus menerima kenyataan. Ini juga salahmu, kau mencintai pria yang sudah memiliki kekasih."
“Yeah, lalu aku harus bagaimana?”
“Berhenti berharap. Urungkan niatmu untuk memberitau Louis yang sebenarnya. Move on, beautiful."
“Thanks, Barb. Mungkin kau benar...”
Apa aku harus berhenti?
Hayley’s POV
To: Niall <3
Aku ingin bertemu hari ini, apa kau bisa?? x
From: Niall <3
Tentuuuuuuu! Tp maaf aku tidak bisa menjemputmu ;( sore ini aku akan ke rmhmu ya xx
To: Niall <3
It’s fine. Okayyy ;) x
Mungkin aku harus sedikit mendengarkan Niall. Sebenarnya aku juga masih ragu akan pikiranku sendiri. Kalian mengerti maksudku, kan? Iya, aku juga masih belum yakin jika Niall benar-benar masih memiliki perasaan pada Barbara. Hanya saja emosiku ini berhasil mengalahkan logika dan pola pikir serta hatiku, sehingga aku sangat marah saat itu.
Saat aku akan menuju halte bus untuk segera pulang dan menunggu Niall dirumah, ada sebuah mobil yang mendekat dan memberi klakson kearahku. Aku menoleh dan menemukan mobil yang beberapa hari belakangan sering aku naiki.
“Kyle?”
“Hei, ayo kuantar kau pulang.”
“Umm, boleh!” kupikir ada baiknya juga aku menerima tawaran Kyle, hitung-hitung bisa mempersingkat waktu, jika naik bus, aku harus menunggu dulu.
YOU ARE READING
Half A Heart
FanfictionApril Caswell's life changed when she got a scholarship in London. She struggled to get the best value in Indonesia to go to a country that became the capital of the UK. There's she found a girl who really understands her, Hayley McFarllen. But, wha...