38. Gara-gara Bencana Mendapat Rezeki

1.6K 24 0
                                    

Tebing curam itu tidak terlalu terjal, ketinggiannya pun tidak terlalu menjulang, namun Suto Siau serta Sim Sin-pek harus menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk mencapai dasar jurang itu.

Ketika tiba di dasar jurang, pakaian yang mereka kenakan sudah compang-camping tidak keruan, topi yang dikenakan pun entah sudah lenyap entah kemana, selain tubuhnya dekil, rambut pun sudah kotor oleh semak, keadaannya sangat mengenaskan.

"Tua bangka itu benar-benar rada aneh," seru Suto Siau jengkel, "kenapa memilih tempat macam begini untuk bertemu, bikin susah kita saja."
Sim Sin-pek menghela napas panjang, ujarnya:
"Kalau Tecu menengadah memandang ke atas, aku benar-benar tidak percaya kalau tadi kita turun dari tempat itu, kalau sekarang Tecu disuruh merangkak sekali lagi, mungkin Tecu bakal jatuh terpeleset."

"Itulah sebabnya aku suruh kau merangkak tanpa memandang ke bawah, kalau tidak, mungkin kau sudah mati terpeleset sejak tadi."

Begitulah, dua manusia busuk yang sehati itu melanjutkan perjalanannya sambil bergurau dan berbincang.

Dasar jurang itu merupakan bentangan hutan yang berpohon rendah, daunnya sangat rimbun.

Dengan pedang terhunus Sim Sin-pek berjalan lebih dulu membuka jalan, sementara Suto Siau membuntuti dari belakang, perjalanan itu boleh dibilang amat sulit dilalui, sepanjang jalan mereka berdua harus menembus semak lebat dan menerobos onak tajam, tidak heran pakaian mereka semakin compang-camping tidak keruan.

Selesai menembus hutan belukar itu, mereka berdua belum juga menemukan sesuatu tanda atau jejak manusia.

"Sialan!" umpat Suto Siau dengan kening berkerut, "dimana tua bangka itu menyembunyikan diri?"

"Jangan-jangan kita salah jalan?"

Suto Siau mendengus dingin, dia berebut berjalan lebih dulu untuk membuka jalan, tapi sepertanakan nasi kemudian mereka makin merasa gelagat tidak benar.

Satu ingatan segera melintas dalam benak Suto Siau, cepat dia menghentikan larinya sambil berseru:

"Celaka, kita benar-benar salah jalan!"

"Tapi petunjuk jalan itu jelas mengarah kemari, mana mungkin...."

"Kita pun bisa mengalihkan petunjuk jalan itu, memangnya orang lain tidak bisa melakukan hal yang sama?" tukas Suto Siau cepat, "besar kemungkinan ada orang yang tiba lebih dulu di situ dan mengalihkan petunjuk jalan itu ke arah lain."

Sim Sin-pek tertegun, serunya kemudian:

"Benar juga, pasti begitu kejadiannya."

Memandang penampilan sendiri yang amat mengenaskan, tidak kuasa lagi dia mencaci-maki kalang-kabut:

"Manusia terkutuk mana yang telah melakukan perbuatan tidak tahu malu ini, bikin susah kami saja, tidak ada hujan tidak ada angin kami mesti menderita banyak siksaan dan penderitaan dengan percuma."

Dia seolah lupa dirinya sendiri pun seorang lelaki terkutuk yang tidak tahu malu, bahkan kebusukannya tidak di bawah orang lain. Terbukti mereka pun ikut memindahkan tanda petunjuk jalan itu ke arah lain, hanya bedanya perbuatan mereka belum sempat mencelakai orang lain, awak sendiri yang menderita terlebih dulu.

Setelah menghela napas panjang dan tertawa getir, kembali Suto Siau berkata:
"Tadi kita telah mengubah posisi petunjuk jalan itu ke arah lain, ternyata kesalahan yang sengaja kita lakukan justru menunjukkan ke arah yang benar."

"Bagaimana baiknya sekarang?"

"Bagaimana baiknya? Tentu saja harus secepatnya balik ke atas."

Baru saja mereka berdua hendak mem¬balikkan tubuh, mendadak dari kejauhan terdengar suara orang berteriak keras, kedua orang itu segera saling berpandangan sekejap, kemudian tanpa membuang waktu, mereka bergerak cepat menuju ke arah sumber teriakan itu.

Pendekar Panji Sakti - Gu LongWhere stories live. Discover now