11. Pasukan Gadis Lebah

2.3K 35 1
                                    

Di antara kabut yang tebal, benar saja terlihat bayangan perahu yang besar muncul didepan mata, meski berada disiang hari namun perahu itu masih bermandikan cahaya lentera, membuat permukaan sungai tampak berkilauan tajam.
Diujung perahu lamat-lamat kelihatan berdiri sesosok bayangan manusia yang tiada hentinya melongok ke tempat kejauhan, begitu melihat rakit kulit itu bergerak mendekat dengan menerjang ombak, mendadak dia lari masuk ke ruang perahu.
Ketika rakit kulit semakin mendekat, tiba-tiba Yau Su-moay menubruk ke depan dan memeluk tubuh Thiat Tiong-tong, begitu rapat dia memeluk membuat anak muda itu menghela napas didalam hati dan segera pejamkan matanya.
Kini semakin banyak bayangan manusia yang muncul dari balik ruang perahu, namun suasana tetap hening.
Saat itulah Yau Su-moay berbisik disisi telinga pemuda itu:
"Aku akan bebaskan dua buah jalan darahmu, agar kau bisa berjalan masuk sendiri........."
Lalu setelah menggigit ujung telinga Thiat Tiong-tong, tambahnya sambil tertawa ringan:
"Setan cilik, lihatlah, betapa sayangku kepada¬mu!"
Sambil berkata dia segera menotok bebas dua buah jalan darah ditubuh pemuda itu.
Dalam keadaan begini, Thiat Tiong-tong tidak tahu harus tertawa atau marah, sekalipun sepasang kakinya bisa menginjak tanah akan tetapi sepasang tangannya masih belum mampu bergerak, kekuatan tubuh pun hilang lenyap tidak berbekas, kini dia hanya bisa berdiri dengan badan lemas.
Dalam pada itu Yau Su-moay telah menarik kembali senyuman diwajahnya, selesai membetul¬kan letak pakaian dan membereskan rambutnya, sambil mendongakkan kepala dia berjalan menuju ke ruang perahu dengan langkah lebar.
Tergerak perasaan hati Thiat Tiong-tong setelah melihat kejadian itu, pikirnya:
"Kalau dilihat sikapnya yang begitu serius, jangan-jangan di perahu sudah kedatangan seseorang?"
Waktu itu Yau Su-moay sudah tiba didepan pintu ruangan, sambil setengah menyingkap tirai pintu, ujarnya dengan nada berat:
"Toaci, bocah itu telah berhasil kutangkap kembali, apakah boleh membawanya masuk?"
"Bawa masuk kedalam!" seseorang segera menyahut dari balik ruang perahu.
Yau Su-moay berpaling, bisiknya sambil menggapai:
"Masuklah!"
Setelah sangsi sejenak akhirnya Thiat Tiong-tong melangkah maju ke depan, dia yakin perahu itu pasti sudah kedatangan seseorang, hanya tidak bisa ditebak siapakah orang itu.
"Orangnya sudah datang!" seru Yau Su-moay lagi sambil menyingkap lebar tirai didepan pintu.
Cahaya lentera yang bening memancar keluar dari balik ruang perahu, menyinari wajah Thiat Tiong-tong yang angkuh, menyinari pula tubuhnya yang berdiri tegap.
Beberapa pasang mata jeli yang ada dalam perahu, kini tertuju semua ke tubuh Thiat Tiong-tong, mata-mata yang indah itu seketika terbelalak semakin besar dan lebar.
Sorot mata Thiat Tiong-tong dingin bagaikan salju, tapi dibalik sikapnya yang dingin justru terselip daya tarik yang luar biasa besarnya.
Tatapan matanya seakan sama sekali tidak bergeser, namun setiap sudut dalam ruang perahu itu, setiap lembar wajah, setiap gerakan, seakan tidak ada yang lolos dari perhatiannya.
Ruang perahu yang kacau dan acak-acakan karena ulah Hay Tay-sau tadi, sekarang telah tertata rapi, bersih dan indah seperti sedia kala.
Kawanan lebah duduk mengelilingi nyonya cantik itu, duduk disisi kiri dan kanann, pada sisi kanan ruang perahu duduk juga tiga orang gadis yang bersandar diatas selembar permadani.
Kawanan lebah yang biasanya riang dan penuh gelak tertawa, kini tampil dengan wajah tegang dan serius, sebaliknya ke tiga orang gadis cantik yang duduk diatas permadani itu justru bersikap amat santai dan kemalas-malasan.
Mimpipun Thiat Tiong-tong tidak menduga kalau salah satu diantara ke tiga orang gadis cantik itu tidak lain adalah Sui Leng-kong!
Disaat sorot matanya bertemu dengan sinar mata Sui Leng-kong yang bening itulah, sedikit perubahan terjadi diatas wajahnya yang kaku bagaikan arca, perubahan tersebut sangat kecil dan sulit ditemukan siapa pun.
Sementara Sui Leng-kong sendiripun tidak kuasa menahan diri, dia telah bangkit berdiri.
Meskipun dia berusaha mengendalikan gejolak perasaan hatinya, namun tidak dapat menutupi rasa girang dan kaget yang terlintas diwajahnya.
"Apakah orang ini yang nona sekalian maksudkan?" nyonya cantik itu segera bertanya sambil tertawa.
Sui Leng-kong manggut-manggut.
Nona cantik yang duduk disamping kiri Sui Leng-kong segera berkata sambil tertawa:
"Hoa Toa-koh, tidak disangka kalian sangat jujur, betul, dialah yang kami inginkan!"
Hoa Toa-koh, nyonya cantik itu segera tertawa tergelak.
"Hahahaha.... sejak kapan Hoa Toa-koh pernah berbohong kepada kalian semua? Apalagi yang datang adalah saudara-saudara dari perguruan Kui bo"
Rupanya nona cantik itu tidak lain adalah pimpinan tujuh iblis wanita dari perguruan Kui bo, dia tertawa pula.
"Aku Gi Peng-bwee selalu bicara blak-blakan, asal kau ijinkan kami membawanya pulang, persoalan apapun kami akan anggap beres dan tidak akan dipersoalkan lagi"
Hoa Toa-koh memutar biji matanya berulang kali, tiba-tiba ujarnya:
"Adikku, kalau tidak salah aku hanya pernah berkata kalau ditempat kami nampaknya ada seseorang macam begitu, bukankah aku tidak pemah berjanji akan melepaskannya bukan?"
Paras muka Gi Peng-bwee seketika berubah hebat, selapis hawa dingin menyelimuti wajahnya.
Tapi Hoa Toa-koh berlagak seolah tidak melihat, ujarnya lebih jauh:
"Kalau nona Gi suka bicara blak-blakan maka Hoa Toa-koh pun tidak suka bicara berbelit-belit, ketika Kui bo cianpwee minta orang, seharusnya kami segera menyerahkan orang tersebut, tapi asal usul pemuda ini sedikit rada aneh, setiap orang menganggapnya sebagai harta yang tidak ternilai harganya, maka kami pun merasa agak berat hati untuk membiarkannya pergi, bila aku mengabul¬kan permintaan nona Gi, bagaimana pula pertanggungan jawabku terhadap mereka?"

Pendekar Panji Sakti - Gu LongWhere stories live. Discover now