7. Terjadi Perubahan

2.6K 40 0
                                    

Langit yang sangat cerah dengan sinar matahari berwarna kuning emas.

Tapi suasana dalam gedung utama keluarga Li yang bermandikan cahaya matahari justru dicekam dalam ketegangan yang berat dan meenyesakkan napas, bahkan setiap orang merasa napasnya jadi berat.

Semua meja sudah terisi penuh manusia, semua orang duduk dengan perasaan kebat kebit, wajah serius. Beratus pasang mata sama sama tertuju ke wajah Li Lok-yang.

Waktu itu Li Lok-yang sambil bergendong tangan, berkerut kening, berjalan mondar mandir diantara kerumunan orang banyak, beberapa kali dia menengok keluar pintu gedung sambil bertanya:

"Apakah semuanya telah hadir?"

Setiap orang duduk dengan pikiran yang kalut, bahkan Phoa Seng-hong pun duduk saling berhadapan dengan Hay Tay-sau, siapa pun yang mendonggakkan kepalanya, dia akan segera terbentur dengan sorot mata lawan yang penuh dengan kebencian.

Tiba-tiba terlihat seorang pemuda berbaju pulih yang berwajah sedih, berpakaian lusuh dan memegang sebilah pedang melangkah masuk dengan sempoyongan, dia memandang sekeliling ruangan sekejap kemudian duduk kembali kebangkunya, penampilan orang ini pada hakekatnya seperti dua orang yang berbeda bila dibandingkan berapa hari berselang.

"Ada apa dengan bajingan itu?" pikir Suto Siau dengan kening berkerut, dia semakin keheranan ketika tidak melihat Un Tay-tay berada bersamanya.

"Blaaam!" tiba-tiba Im Ceng meletakkan pedangnya diatas meja keras keras, lalu teriaknya:
"Hey tuan rumah, apa punya arak? Aku ingin minum sampai mabuk"

"Harap hengtay tunggu sebentar" jawab Li Kiam-pek sambil mendekat.

Tiba-tiba dia saksikan paras muka pemuda itu berubah hebat, dari balik matanya seakan memancar keluar sinar berapi api.

Li Kiam-pek agak tertegun, tapi dengan cepat dia sadar kalau kemarahan pemuda berbaju putih itu bukan tertuju kepadanya, tapi diarahkan ke belakang tubuhnya.

Ketika berpaling, dia pun saksikan kakek aneh itu muncul bersama perempuan cantik pasangan pemuda berbaju putih itu.

Suto Siau terlebih kaget lagi, tanpa terasa dia melompat bangun sambil melotot besar.

Un Tay-tay sama sekali tidak melirik kearahnya, diapun tidak memandang ke arah Im Ceng, malah sambil menggandeng tangan kakek aneh itu berjalan menuju ke tempat duduknya.

Jarang ada yang tahu hubungan sesungguhnya dari berapa orang itu, kebanyakan orang hanya merasa agak kaget bercampur keheranan setelah melihat sikap Suto Siau dan Im Ceng yang lepas kendali.

Pelayan keluarga Li yang berdiri dipintu gerbang sudah mulai mencocokkan para tamu yang telah hadir dalam ruangan dengan daftar tamunya, kemudian sambil memberi hormat dia melaporkan:
"Semua tamu telah hadir!"

Li Lok-yang seketika menghentikan langkah kakinya, kemudian dengan suara berat katanya:

"Aku merasa tidak enak karena sepagi ini sudah mengganggu ketenangan anda semua"

Para tamu tahu pasti ada kelanjutan dari perkataannya itu, maka semua orang hanya pasang telinga tanpa menimbrung.

Setelah menghela napas panjang, lanjutnya:
"Anda sekalian jauh-jauh datang kemari, sebagai tuan rumah sudah seharusnya aku melayani kalian dengan sebaik-baiknya, tapi sekarang, mau tidak mau terpaksa aku harus mempersilahkan anda semua untuk segera pulang ke rumah masing-masing"

Salah satu diantara Ouyang hengte segera bangkit berdiri, teriaknya:

"Waktu selama sepuluh hari belum lewat, kenapa tuan rumah sudah mengusir tamunya?"

Pendekar Panji Sakti - Gu LongWhere stories live. Discover now