4. Gadis Sendu di Lembah Kehampaan

2.2K 40 1
                                    

Pada saat yang bersamaan, Thiat Tiong-tong justru sedang mengalami kehidupan dalam badai ketidak tenangan, kehidupan yang dipenuhi pergolakan, ketegangan serta ketidak pastian.

Waktu itu anak muda tersebut masih berbaring di dasar jurang, setelah berada dalam keadaan tidak sadarkan diri berapa saat, lambat laun telinganya mulai dapat menangkap suara nyanyian.

Suara nyanyian itu merdu merayu, tapi lagu yang dinyanyian hanya mengulang kata yang selalu sama:
"Siapa namamu? Kau berasal dari mana? Mengapa hanya tidak sadarkan diri? Cepatlah mendusin, ketahuilah, aku sedang menantimu.... aku sedang menanti dengan penuh kecemasan!"

Seorang gadis berambut panjang duduk bersila disamping Thiat Tiong-tong, dia sedang menengadah mengawasi awan yang bergerak di udara sambil melantunkan nyanyiannya, dia seolah sedang terbuai oleh nyanyian sendiri, terbuai hingga lupa daratan.

Thiat Tiong-tong yang memandang dari bawah tidak sempat menyaksikan raut mukanya, dia hanya melihat pakaian yang dikenakan perempuan itu terbuat dari kain goni yang kasar, baju itu kotor lagi banyak berlubang, ternyata saat ini dia sedang berbaring dengan berbantal diatas lututnya.

Dalam terkesiapnya dia cepat memiringkan tubuh dan berguling menjauhi lutut gadis itu.

Nyanyian gadis itu seketika terhenti, kemudian dia menundukkan kepalanya.

Ternyata walaupun suara nyanyiannya amat merdu merayu, suaranya manis menawan, dia memiliki raut muka yang kotornya luar biasa, seakan akan sudah cukup lama tidak pernah dicuci dengan air, hanya sepasang matanya yang tampak jeli.

Thiat Tiong-tong sangat keheranan, belum sempat dia bertanya, gadis itu telah bersenandung kembali:
"Siapa namamu? Kau berasal dari mana?"

Thiat Tiong-tong semakin terkesima, tanpa sadar dia hanya mengawasi gadis itu dengan wajah termangu.

Gadis itu segera memutar biji matanya berulang kali, sementara mulutnya masih bersenandung:
"Aku bertanya kepadamu, mengapa kau tidak menjawab? Apakah kau tidak pandai bicara? Apakah kau seorang bisu?"

Meskipun keheranan dalam hati kecilnya, Thiat Tiong-tong merasa amat kegelian, segera tegurnya:

"Nona, sebetulnya kau sedang berbicara atau sedang menyanyi, aku benar-benar dibuat kebingungan"

Gadis itu ikut tertawa, senandungnya:

"Menyanyi bagiku adalah berbicara, kau tidak menjawab berarti tidak sudi berbicara, kalau kau tidak menjawab pertanyaanku lagi, akan kukembalikan dirimu biar tergantung diatas tebing!"
Diiringi suara tertawanya yang merdu, ternyata dia benar-benar membopong kembali tubuh Thiat Tiong-tong.

Anak muda itu sadar, tampaknya gadis yang agak miring otaknya ini selain nakal, diapun mampu melakukan semua yang diucapkan, buru-buru sahutnya dengan lantang:

"Aku dari marga Tong bernama Tiong!"

Dia memang seorang pemuda yang cermat lagi sangat berhati-hati, sebelum mengetahui asal-usul yang sebenarnya dari gadis itu, dia enggan memberitahukan nama sesungguhnya.

Gadis itu segera tertawa terkekeh:
"Aku bernama Sui Leng-kong, sejak kecil sudah hidup di tempat ini"

Dasar jurang itu dikelilingi tebing curam yang sangat tinggi, empat penjuru hanya ada akar rotan yang bergelantungan, selain itu diseputar sana pun dipenuhi dengan tanah rawa-rawa, tempat dimana mereka berada sekarang merupakan sebidang tanah berbatu berwarna hijau.

Di tempat semacam inipun ada kehidupan? Bagaimana dia hidup? Bagaimana dia mencari makanan?

Sekilas perasaan sedih kembali melintas diwajah gadis itu, kembali dia bernyanyi:

Pendekar Panji Sakti - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang