Taruhan [END]

By vialivi_wdh

70K 5K 2.3K

Menjadi Taruhan antara beberapa Gengster untuk balas dendam itu sangat menakutkan. Tapi, tidak ada yang menya... More

Prolog
Segment 1. A news
Segment 2. Black Jacket
Segment 3. Beautiful Girl
Segment 4. Kantin
Segment 5. New Game
Segment 6. Polos
Kenapa Hari Kamis...?
Segment 7. Tamu Kurang Ajar
Segment 8. Pulang Bareng
Segment 9. Noda Tanggung Jawab
Segment 10. Rooftop
Segment 11. Penasaran
Segment 12. Mini market
13. Bersalah
14. Ketemu Mantan
15. Jadian
16. Minta Jatah
17. Buku Badboy
18. Raden Carmuk
19. Perfect
20. Pesta Dansa
21. Kolam Rahasia
22. Cemburu
23. Salah Paham
24. Merantas
25. Skors
26. Gangster
27. Ancaman Sepupu
28. Muka topeng
29. Bully
30. Something
31. Taruhan
32. Gadis Taruhan
33. Feeling
34. Gadis Penakut
35. Terahasiakan
36. Trauma
37. Tak Disangka (Bertemu)
38. Aldi (Brengsek)
39. Ucap Terima Kasih
40. Utusan Tuhan (Mengaku)
41. Bolos
42. Bukit
43. Mantan berulah (Aldi)
44. Perjanjian
45. Pacar Ajaib
47. Penentuan (OM)
48. Papi Pulang
49. Balas Dendam
50. Menjauh (Kata Papi)
51. Sebelum Terlambat
52. Dikurung
53. Kejadian dibingkai jendela
54. Balapan
55. Pada Akhirnya
56. Menempati Janji
57. Sudah Berakhir
58. Ortu Raden
59. Mama
Epilog
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 4

46. Persaingan

806 37 44
By vialivi_wdh


"Belajarlah menjadi tenang. Karena emosi pernah membuatku kehilangan banyak hal."

>Raden<

***

Akhirnya yang ditunggu datang. Satu bulan setelah perjanjian, Aldi dan Raden berdiri didepan Dewan Juri.

Teman teman Raden termasuk Luvia sudah berada disana untuk memberikan semangat. Tidak hanya teman teman Raden saja, teman teman Aldi juga mendukung.

Sebelum masuk ke gedung, kedua pihak sekolah saling menatap sinis serta meremehkan. Dengan seragam kebanggaan, mereka saling menghujat satu sama lain.

Dari SMA Herbert, Amel paling berisik. Itu sangat diperlukan agar mereka bisa menandingi SMA Leuve.

Mereka tidak diam saja melihat hebohnya sekolah saingan. SMA Leuve juga banyak mengeluarkan cewek yang pandai dalam hal bicara dengan suara keras.

Diloby, mereka sudah membuat onar. Satpam sudah kewelahan untuk menenangkan kedua sekolah yang saling membenci.

Perjanjian yang dibuat Aldi dan Raden terdengar sampai pihak sekolah. Kecuali, balapan yang hadiahnya adalah Luvia.

Ayah Raden juga mengetahui hal itu, dia sangat bangga dengan putranya. Tapi Burhan hanya bisa tersenyum diruanganya. Dia tidak datang untuk menyaksikan bahkan menyemangati.

Masih banyak pekerjaan yang diberikan oleh Husain. Tidak ada waktu untuk menyaksikan Raden bertanding, dia hanya bisa nonton lewat telefisi saja.

Dia sangat yakin kalau anaknya pasti juara mengalahkan anak dari kakak kandungnya sendiri.

Dirumah Raden sudah banyak pekerja yang berkumpul didepan televisi dapur terutama Bik Suti, dia sudah berada dibarisan paling depan dari pekerja yang lain.

Dia terus mengucapkan doa agar Raden bisa memenangkan Olimpiade kali ini. Waktu lalu bisa bisanya Raden kalah dari kakak sepupunya.

Di tempat Luvia berada, dia hanya duduk disebuah ruangan lain dibawah panggung. Luvia tidak ikut bersama teman temannya yang berdiri di kursi penonton, saling menyemangati serta menyanyikan yel yel agar tidak kalah dari reporter SMA Leuve.

Bukanya tidak mau bergabung. Tapi, dia adalah Taruhan dari acara itu dibuat. Luvia tidak boleh menampakkan diri diatas panggung, begitu perjanjian yang tertulis.

Gadis itu duduk di sofa lengkap dengan telefisi yang memperlihatkan kehebohan teman temannya diatas sana. Dia terus berdoa untuk Raden agar bisa memenangkan Olimpiade ini.

Tidak hanya Luvia saja yang berharap seperti itu. Banyak yang mengaharapkan Raden bisa memenangkannya.

Doa yang dipanjatkan dari semua orang bisa dirasakan oleh Raden, kini dia sudah siap untuk dipanggil ke atas panggung.

"Jangan cemas. Kamu tidak perlu kawatir." Kata Raden memegang pundak Luvia.

Raden masih ada disini, duduk disamping Luvia untuk menengkan gadis itu. Pikiran negatif Luvia sudah berkeliaran, itulah gunanya Raden untuk menghilangkan pikiran negatif itu.

Luvia menggenggam tangan Raden, "Aku takut."

Raden tersenyum manis, tangannya mengeusap pucuk kepala Luvia sayang, "Tidak perlu takut. Aku akan menang."

"Aku harap seperti itu. Kamu harus menang." Kata Luvia.

"Iya sayang. Aku akan menang." Luvia tersenyum mendengarnya.

"Simpan senyuman manis itu. Setelah ini kamu akan terus tersenyum diatas panggung untuk memberikan hadiah padaku." Disaat seperti ini Raden masih bisa menggoda.

Dari arah berlawan ada sebuah tangan yang melepas genggaman tangan Raden dan Luvia. Aldi datang memisahkan mereka berdua.

"Jangan terlalu percaya diri. Kita masih awal dalam Taruhan ini." Kata Aldi membuat mereka berdiri.

"Kita lihat saja. Gue akan mempermalukan lo!" Kata Raden menatap tajam Aldi.

Aldi memasang senyum jahat, "Belum tahu hasilnya sudah sombong."

"Simpan tenaga lo untuk melihat kenyataan yang tidak sejalan dengan pikiran lo itu." Kata Aldi mendekat.

Raden juga seperti itu dengan tatapan yang jauh dari kata normal sangat tajam menusuk kedepan, "Seharusnnya gue yang bicara seperti itu."

"Sampai kapan pun, gue tidak akan membiarkan milik gue diambil oleh orang lain. Apalagi dengan orang seperti lo!"

"Tidak. Akan. Pernah." Kata Raden penuh penekanan.

Keadan diruang ini semakin memanas, jika suara dari Host tidak terlebih dulu memanggil nama mereka.

Luvia menatap Raden. Cowok itu tersenyum dan mengangguk yakin.

"Berjuanglah!" Kata semangat Luvia.

Raden sudah siap dengan seragam serta siap untuk naik ke atas panggung.

.
.
Suasana diatas panggung...

"Tolong para suporter dari dua pihak sekolah untuk tenang. Kita akan memulai acara pada malam hari ini!" Ucap host laki laki sangat keren dalam membawakan acara.

"Sebelum acara ini dimulai, mari kita tundukkan kepala sejenak untuk berdoa setelah itu dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan yang dipimpin oleh Orkestra yang sudah siap disana." Sambung host perempuan sangat cantik dengan balutan gaun berwarna merah.

Setelah semua itu dilakukan, acara dimulai dengan Raden berdiri dipodium serta Aldi juga berdiri dipodium samping Raden.

"Wah! Peserta kali ini sangat berbeda dari sebelumnya ya, Kak Tera?" Kata host perempuan yang terpincut dengan ketampanan dari kedua perserta.

"Jelaslah Kak Cita. Mereka itu cowok yang paling terkenal disekolah mereka masing masing."

"Anak SMA sering menyebut mereka sebagai Most Wantad. Bener tidak teman teman?!" Ucap Tara menatap para suporter.

"BENARR!!!"

"WOWW!!!"

Seperti itulah keadaan diatas panggung, saling melempar teriakan.

"Sepertinya benar, Kak. Mereka sangat terkenal. Lihat semua pendukungnya, heboh banget!!! Jadi semangat aku jadi Hots kalau seperti ini." Kagum Cita.

"Selain itu Kak Cita. Mereka itu juga jago dalam segala hal." Kata Tara membuat Cita penasaran.

"Wah! Apa itu?" Tanya Cita mendekat.

"Ada yang jago tenis sampai tingkat Nasional. Jago bulu tangkis ditingkat Nasional juga loh. Sudah banyak kejuaraan yang mereka raih. Hebat 'kan?"

"Gila! Ini sungguh gila! Pertandingan ini sangat ketat ya Kak?"

"Itu sudah jelas. Mereka harus berusaha keras untuk mengenakan Olimpiade ini. Siapa yang lengah, siap kehilangan poin."

Cita membenarkan perangkat telinga, dia menerima sesuatu dari tim mengatur acara ini.

"Tunggu sebentar Kak. Ini aku baru dapat kabar kalau bukan hanya mereka saja yang mendapatkan hadiah."

"Siapa itu?" Tara sudah tahu, dia sengaja membuat panggung penasaran.

"Mereka yang berteriak teriak disana juga dapat hadiah loh!" Cita menunjuk para suporter.

Tara senang, "Wah! Benarkah?"

"Tunggu apa lagi? Ayo! Teriak yang heboh dan dukung teman kalian yang ada disini. Nanti dipenghujung acara akan dipilih suporter paling heboh!"

"Teriak kalian tidak sia sia. Ayo kalian terus teriak yang heboh!"

Mereka semakin gencar membuat kondisi panggung sangat heboh sampai suara mereka menyamai suara mikrofon dari para host.

"Mereka ini semangat sekali rupanya. Baiklah kita akan memulai acara ini." Mereka berdua mulai fokus untuk Olimpiade.

Begitu juga dengan Raden dan Aldi, mereka juga sudah siap. Jangan lupa tatapan tajam sangat sangar dari keduanya.

"Olimpiade ini berbebeda dari sebelumnya. Sangat sulit bagi peserta untuk bisa memenangkannya." Ucap Tara.

"Kontes kali ini terdiri dari tiga babak penentuan." Tambah Cita menatap kamera.

"Pertama, masing masing peserta harus mencawab soal sebanyak banyaknya dari soal yang kita baca dalam durasi waktu satu menit." Ucap Tara sesekali menatap kertas elastic yang dia bawa dari tadi.

Giliran Cita yang berucap, "Kedua. Peserta harus menjawab soal dan harus bisa menarik garis lurus dari pertanyaan yang sudah dijawab dengan benar."

"Babak yang terakhir adalah soal rebutan. Dari kalian harus cepat cepat berebut soal untuk mengumpulkan poin agar kalian bisa memenangkan Olimpiade ini." Akhir kata dari Tara.

"Kedengarannya sangat susah ya, Kak Tara."

"Bener banget Kak Cita. Tapi tidak dengan mereka yang sudah mempersiapkan ini sejak lama untuk memenangkan Olimpiade ini."

"Apa ada hadiah lain lagi selain yang ada disana?" Tanya Cita menunjuk piala besar, penghargaan dan papan nama sebagai juara.

"Entahlah, hanya mereka yang tahu." Jawab Tara tidak tahu.

Babak pertama sudah dimulai dengan Aldi yang paling dulu. Aldi mendengarkan semua pertanyaan yang dibacakan oleh Host dan langsung dia jawab tanpa coretan terlebih dahulu.

Durasi waktu 60 detik, Aldi bisa menyelesaikan 30 soal yang berhasil dia jawab dengan benar dan banyak juga soal yang dia lewati.

Sekarang giliran Raden. Host juga ikutan tegang dalam membacakan soal matematika yang sulit dibaca. Untungnya Raden paham apa maksud dari soal yang dibacakan.

60 detik berlalu dan hasilnya membuat orang melongo. Bagimana tidak, jumlah skor yang berhasil mereka kumpulkan dibabak pertama ini hanya selisih 10 poin saja.

Raden lebih unggul 10 poin dari Aldi.

Dia berhasil menang dalam babak pertama, Raden tidak boleh lengah. Dia tahu bagimana jalan pikiran Aldi.

Aldi memiliki banyak cara agar dia bisa mengejar poin, ini masih babak pertama masih ada dua babak lagi yang harus Raden menagkan.

"Wow! Kak Tara. Aku merinding melihat persaingan dari kedua perserta ini. Sangat sengit." Kata Cita merinding.

"Lihat itu Kak Tara! Hanya selisih 10 pion saja. Hebat bukan?"

"Dalam sejarah aku menjadi hots Olimpiade, baru kali ini aku melihat begitu sengitnya kedua peserta ini. Ini sungguh fantastik!"

"Apalagi dengan para suporter yang dari tadi terus berteriak menyemangati para peserta. Semakin seru!"

"Jelas Kak. Mereka masih heboh 'kan dapat hadian nanti." Ucap Tara mengingatkan sekali ini.

Setelah beberapa waktu merefising otak, babak kedua segera dimulai.

Dilayar paling besar dibelakang panggung menayangkan bagimana cara babak ini bisa diselesaikan oleh perserta Olimpiade Matematika.

Dilayar itu muncul gambar 16 kotak yang tersusun rapi dengan panjang 4 kotak dan lebar juga 4 kotak.

Para perserta harus pintar dalam memilih kotak yang nanti dibelakangnya terdapat soal wajib dijawab. Jika benar, poin dari kotak tersebut akan dikalikan dua kali lipat.

Selain mengumpulkan poin, mereka juga ada tantangan lain yaitu menarik garis lurus dari semua soal yang berhasil mereka jawab dengan benar, entah itu vertikal, horisontal ataupun diagonal.

Durasi waktu pada babak kedua ini adalah 3 menit saja. Kebayangkan bagaimana susahnya babak kedua ini?

Raden lebih dulu memilih kotak sebagai pemenang dari babak pertama. Menjawab soal dan benar lalu skor yang dia dapat bertambah lebih banyak lagi.

Dilanjutkan oleh Aldi yang menatap tidak suka pada Raden. Dia juga bisa, tidak hanya Raden saja.

Sesuatu muncul dikepala Aldi. Dia hanya menghalangi kotak Raden yang sudah berhasil dia jawab agar dia tidak bisa menarik garis lurus.

Host dan Dewan Juri mengetahui maksud dari Aldi membuat suasana disini semakin sengit. Ditambah suporter dari SMA Herbert meneriaki suporter SMA Leuve dengan beberapa kata yang sangat keras.

Suporter SMA Leuve justru bangga dengan apa yang dilakukan Aldi. Pikiran mereka sangat naif untuk menyaksikan rencana licik dari Aldi.

Sampai waktu habis, mereka tidak ada yang berhasil membuat garis lurus. Raden kesal dengan cara main Aldi seperti ini, sangat licik.

Dia juga senang sebab Aldi juga tidak bisa membuat garis. Dia sibuk menghalangi garis Raden.

Jumlah skor yang dia miliki bertambah pesat namun kali ini juga sama saja dengan skor Raden.

"Kak Cita. Cubit aku!" Kata Tara mengulurkan tangan untuk dicubit.

Dengan senang hati Cita mencubit tangan Tara. "Aw! Sakit. Ini benaran nyata Kak? Aku tidak lagi mimpi 'kan ini?"

Cita tertawa, "Ini sangat nyata Kak Tara. Emang dari tadi kamu tertidur?"

"Bukan itu, takutnya aku itu tertidur saat Live seperti ini."

"Aku juga seperti itu. Apa kita semua sedang bermimpi? Melihat skor dari mereka berdua?"

"Wow! Ini bener benar. W O W!"

"Skor dari mereka."

"SERI!!!"

"Ini bener bener pertandingan yang sebenarnya!"

"Mereka tidak mau kalah dari yang lain. Ini sungguh pertandingan yang luar biasa!"

"Lihat Dewan juri, mereka bingung bagaimana menilai mereka dan siapa yang harus jadi juara."

"Kita tidak butuh juara disini. Mereka semua adalah juaranya dan dihatiku juga." Kagum Cita.

"Kak Cita ini bukan saatnya untuk merayu oke? Fokus pada acara ini!"

"Tidak masalah iya 'kan Pak menejer?" Tanya konyol Cita pada menejernya.

Bukan hanya tanya, dia juga menyindir menejer. Masih muda serta belum menikah.

"Siapa tahu selesai acara ini bisa mendapatkan gadis SMA. Kita mana tahu." Ucap bar bar Cita.

"Hei! Kau ini sudah bosan hidup? Setelah ini kamu akan dipecat."

"Mana mungkin menejer melakukan itu padaku. Justru mereka yang harus menambahkan honar pada kita. Benar 'kan?"

"Wak! Wah! Wah! Kamu sangat bar ber!"

Beberapa ocehan tidak penting dari host yang memecah ketegangan akhirnya selesai.

Sekarang adalah babak dimana babak terakhir yang harus mereka lewati akan segera dimulai.

Babak terakhir sebagai penentu. Tidak tahu siapa yang menang, entah itu Raden ataupun Aldi. Keduanya sangat pandai dalam hal Matematika.

Dewan Juri sibuk memperhatikan bagaimana cara mereka membuat strategi. Hal itu juga menjadi salah satu faktor yang menuntun mereka menjadi juara.

Mereka terdiri dari Guru Metematika yang jenius. Ada 4 Juri nanti akan membacakan soal, mereka sendiri yang membuatnya. Dalam kata lain, soal itu sangat susah untuk dikerjakan.

"Dewan Juri pada acara ini juga sangat tegang rupanya, walaupun tegang tapi mereka sangat serius untuk memilih salah satu dari mereka yang untuk menjadi pemenang." Kata Tara tersenyum pada kamera.

"Mana nih para pendukungnya? Kasih semangat dong! Masih kuat 'kan kalian? Mana suaranya?!!" Teriak Cita pada para pendukung.

"WWWOOWWWWWW!!!!"

Paduan suara antara SMA Herbert dan SMA Leuve menjadi satu dan langsung menggembarkan panggung.

"Ternyata kita salah Kak Cita. Mereka masih terus semangat!"

"Pastinya. Agar para peserta bisa kembali bersemangat lagi untuk bersaing."

"Bisa kita mulai babak yang penuh ketegangan ini?"

"Bagaimana? Mulai gak? Aku jadi takut Kak Tara, walaupun hanya host disini, rasa takutnya bisa sampai aku rasakan loh kak Tara."

"Aku kira hanya aku saja yang merasakannya. Kamu juga?"

"Jelas dong. Lihat mereka saja rasanya hatiku itu berdebar beder ingin membantu mereka."

"Kayaknya diatas sana kita sudah banyak mendapatkan sumpah serapah karena tidak mau memulai acara kita yang terakhir ini." Semua orang tertawa

"Baiklah kita akan mulai. Para Dewan Juri, apakah sudah siap?" Kata Cita kepada Dewan Juri.

Mereka mengangguk mantap tandanya sudah siap semua.

Aldi melirik kearah Raden, aura jahatnya keliat, "Gue yang akan memengkan Luvia."

"Kita lihat saja disini!"

"Sepertinya para peserta juga sedang berbisik sedikit disana. Ada apa dengan mereka ini?" Kata Cita tertawa.

"Biarkan saja mereka Kak Cita. Hanya mereka yang tahu."

"Apa kalian sudah siap?" Keduanya mengangguk mantap.

"Peraturan pada babak ini adalah kalian saling berebut soal yang nanti akan dibacakan oleh Dewan Juri." Kata Tara.

"Jika kalian menjawab salah maka peserta lain diberikan kesempatan untuk menjawab." Sambung Cita.

"Serta, dari kalian yang menjawab salah maka poin akan dikurangi 10. Jika benar maka poin setiap soal akan dikalikan 3 kali lipat!" Kata Tara bergantian dengan Cita.

"Baiklah. Soal pertama akan dibacakan oleh Bapak H. Dr. Darmawan S.Mtk, M.Kom. Dipersilahkan!"

Babak ketiga ini juga tidak kalah sengitnya pada babak sebelumnya justru babak ketiga ini yang semakin memanggangkan.

Mereka saling memencet tombol saat Dewan Juri sudah selesai membacakan soal, sejauh ini kondosi masih terkendali terutama perasaan Raden.

Waktu itu, dia kalah karena perasaan emosi dihati kecilnya. Sekarang dia membuang rasa itu untuk fokus dalam pertandingan.

Dia tetap tenang dengan tangan yang terus mencoret coret kertas, tangan satunya stay diatas tombol. Telinganya sangat tajam untuk mendengarkan pertanyaan demi pertanyaan yang dibacakan.

Aldi juga sama seperti itu, dia juga fokus saat melihat kemampuan Raden jauh lebih pesat dari pada yang dulu pernah dia lawan.

Kali ini Raden bersungguh sungguh ingin memengkan Olimpiade ini dan tidak membiarkan Aldi menang. Bagaimana pun juga dia harus menang demi Luvia.

Sekarang giliran Aldi yang memiliki sifat emosi yang bersarang dihati kecilnya. Dia terlalu ambisi untuk bisa mengalahkan Raden.

Penambahan dan pengurangan poin mulai terjadi diantara mereka berdua. Soal yang dibacakan sangat sulit untuk di uraikan, bahkan mereka pun sedikit ragu untuk membacakan jawaban.

Walapun begitu mereka akan tetap berusaha untuk memenangkan kompetisi ini.

"Para Dewan juri dimohon untuk berhenti." Semua kebingungan dengan instruksi dari Host.

"Waktu juga ikut dihentikan!" Kata Tara tiba tiba membuat suasana tegang menjadi bingung dan berbisik bisik.

Terutama dengan Raden ada Aldi yang sudah siap untuk memencet bel disisa sisa waktu yang diberikan hampir habis.

Semuanya semakin bingung menunggu intruksi dari Host yang memancarkan wajah tegang dalam membawakan acara.

"Alangkah lebih baik waktu yang dihentikan ini ditiadakan saja karena disini sudah tidak membutuhkan interfal waktu."

"Soal yang ada dimeja Dewan Juri hanya tinggal satu soal lagi." Lanjut Cita membaca kertas yang dari tadi dia bawa.

"Semuanya dimohon tenang. Karena kompetisi ini akan menentukan siapa pemenang dari kedua perserta." Kata Tara lembut mantap.

"Dilihat dari skor yang sejauh ini sudah dikumpulkan oleh para perserta dari babak pertama sampai sekarang adalah seri."

"Ananda Aldi mengumpulkan poin sebesar 4.970 poin dan Ananda Raden juga sama besarnya yaitu 4.970 poin." Kata Cita yang tadi bar bar kini sampai serius.

Tara menatap kedua perserta, "Maka dari itu, soal yang nanti akan dibacakan adalah penentu dari mereka siapa yang menang dan siapa yang kalah."

"Siapa yang cepat memecahkan soal tersebut dan jawabnya benar maka dialah pemenangnya!"

"Siapa diantara mereka berdua yang pantas dalam memenangkan kompetisi Olimpiade tingkat Nasional ini?!" Kata Cita tegas.

"Peraturannya masih sama saat para perserta menjawab namun salah bisa direbut oleh perserta lain."

"Untuk menyingkat waktu pada malam hari ini, kita persialahkan perwakilan Dewan Juri untuk berdiri dan membacakan soal terakhir!" Instruksi Tara menatap Dewan Juri.

Salah satu dari keempat Dewan Juri berdiri. Mereka merasakan pertandingan ini sangat sengit. Melihat semua poin yang didapat disetiap babak oleh kedua perserta.

"Anak anakku. Kalian adalah para generasi penerus bangsa, saya mengucapkan banyak berterimakasih!"

"Kalian tidak perlu kecil hati, karena kalian semua adalah sudah yang terbaik dari yang terbaik melalui kompetisi ini."

"Saya akan membacakan satu kalimat soal yang nantinya akan menjadi penentu siapa pemenang Olimpiade kali ini."

"Kalian sudah siap?"

Dewan Juri tersebut perlahan membacakan soal, baru kata pertama Aldi maupun Raden sudah memasang telinga baik baik dengan tangan terus menghitung angka yang dibacakan.

TETTT!!

Vialivi_Wdh










.
.
Tbc....

Siapa yang mencet bel!
Wah! Via minta dipukul!

Hehehe...
Via jangn di pukul. Sakit...
Ditutup sampai sini aja deh! Via takut kalian semakin gemes ma Via...

Siapa yang menang dalam Olimpiade Matematika ini...?

Tetap lanjut, Oke.....
Jangan lupa vote dan komen....
Via akan kasih tahu hasilnya hari kamis mendatang....

Ig: @Vialivi_Wdh

See you.....

Continue Reading

You'll Also Like

5.4K 372 50
End✔ "Cewek baik-baik kok ngajak pacaran!"
29.1K 755 13
"Bani!!! kamu tega beneran tinggalin aku?"tanya si gadis dengan cemberut dan mata berkaca-kacanya, mau menangis. Seorang cowok bernama Bani itu meng...
178K 13.2K 23
"GILA! LEPAS!" Anessa memberontak namun cengkeraman itu semakin kencang dan membuat kesadaran Anessa kepada jalanan yang sekarang dia lewati hilang...
138K 9.4K 24
menceritakan seorang pemuda yang lagi membaca novel yang ia beli di toko buku tapi dia tidak menyangka kalo novel yang ia beli ini tidak seperti yang...