Irene mengerjabkan matanya pelan, sebelum menengok kesamping di sana ia dapati Taehyung yang masih tertidur.
Jika dipikir-pikir setelah pertengkaran mereka kemarin, ia merasa Taehyung sedikit beberbeda.
Yah.. lelaki itu tampak lebih lebih lebih memerhatikannya, atau karena dia hamil ya?
Entahlah itu karena pertengkaran atau karena ada baby.. Irene tidak akan susah-susah memikirkannya, yang terpenting disaat ia terbangun seperti ini Taehyung ada di hadapanya. Hehe
Namun dalam sekejab ia terpikir sesuatu.. Dia bertanya-tanya tentang perusahaan Taehyung, bagaimana keadaan perusahaan itu? Taehyungkan tidak pernah bekerja lagi semenjak ia hamil.
Dalam beberapa minggu ini.
Irene berpikir keras hingga tanpa di sadari tangannya bergerak tak bisa diam, menarik-narik baju tidur Taehyung.
Taehyung yang merasa tentu saja terganggu dengan pergerakan itu.
Ia membuka matanya, sedikit menunduk untuk melihat Irene yang sedang memainkan kancing bajunya disana.
Taehyung tersenyum tipis, tangan kirinya yang di gunakan Irene sebagai bantalan bergerak kecil untuk mengusap rambut si wanita.
"Uh Tae, terbangun?" Irene mendongak melihat Taehyung yang tersenyum dengan menatapnya.
"Maaf kau pasti terbangun karenaku" Yah Irene yang hamil kini lebih sering meminta maaf.
"Tidak" Taehyung merapatkan tubuhnya pada Irene, mengeratkan pelukannya. "Apa yang kau pikirkan?"
Irene terlihat menggeleng "Hanya sesuatu yang tidak penting"
"Katakan"
Tch.. Taehyung ini tau sekali dirinya.
"Aku.. Ak.. Itu..."
"Apa?"
"Kemarin aku melihat-lihat di internet" Irene berkata pelan, takut-takut jika Taehyung tidak memperbolehkannya lagi.
"Lalu?"
"Aku ingin memesannya, yang warna ungu." suara Irene makin memelan.
"Apa? Jangan berbelit-belit" Taehyung itu tegas ingat.
"Hermes, dia mengeluarkan produk tas baru."
"Kenapa harus bertanya? Langsung beli seperti biasa kan bisa"
"Apa boleh?"
"Tentu saja, apapun untukmu."
Irene memandang Taehyung dengan tampang sedihnya, "Itu.. Harganya aga-"
"Berapa?" Taehyung langsung memotong, terlampau hafal dengan isi benak Irene ini.
"Hmm $3 juta.."
"Tiga juta dolar?" Taehyung bertanya balik.
"Hmm"
"Tinggal pesan, kenapa harus sedih?" Taehyung dengan lembut mengusap pipi Irene yang sedikit memerah.
"Masalahnya mereka tidak mengeluarkan warna ungu, aku maunya warna ungu. Tidak yang lain" Irene tampak sedikit merengut disana.
Taehyung tersenyum kecil dibuatnya, "Nanti aku pesankan" ia kelewat santai menjawab sebelum membubuhkan sebuah kecupan pada dahi Irene.
"Benar?"
"Hm.."
"Hehe gomawo"
Senyuman Irene merekah lebar, menandakan seberapa senangnya ia.
Namum ketika merasa sesuatu bergejolak di sekitar area perutnya Irene cepat-cepat menutup mulut dan berlari menuju kamar mandi.
Taehyung yang melihat Irene sudah tidak ada di pelukannya, langsung mengikuti wanita itu. Ia hampir tertidur lagi tadi.
"Hei tak apa?"
Irene mengalami mual seperti yang di alami wanita hamil biasanya, Taehyung sudah cukup mengerti dengan hal-hal seperti ini. Jika mengingat sudah puluhan buku yang ia baca tentang kehamilan.
"T-Tae.." Irene melirih dengan memegangi perutnya, lemas sekali dirinya.
Taehyung dengan sigap menahan tubuh Irene di antara kedua tangannya, sehingga wanita itu dapat bersandar dengan nyaman.
"Tak apa, itu tandanya baby akan tumbuh disini." Berharap rasa mual Irene sedikit mereda dengan usapan yang ia beri di perut si wanita, supaya calon baby tidak terlalu membuat calon mommy-nya lelah.
"Tidur.." Irene mengelungkan kedua tangannya pada leher Taehyung, kepalanya otomatis bersandar di bahu tegap milik Taehyungnya.
"Sarapan ya?"
Irene mengangguk, pagi-pagi begini ia memang sering kelaparan.
"Ingin apa hari ini?" membawa Irene pada gendongannya, Taehyung akan menaruh si wanita itu pada sofa disana.
"Dakjuk" Suara lemas Irene menjawab pertanyaan dari Taehyung.
Taehyung menurunkan tubuh Irene dan mendudukkannya disana, sebelumnya ia sudah mengambil remot dan menghidupkan tv untuk di tonton Irene.
"Tunggu disini sebentar" Taehyung tidak langsung duduk dengan Irene, ia akan mengambil macbook miliknya terlebih dahulu di ruang kerja.
Tadi malam Hoseok mengirim pesan, jika dirinya harus meninjau kembali laporan akhir periode perusahaan yang telah Hoseok selesaikan.
Setelahnya Taehyung kembali ketempat Irene.
Macbook yang sedari sudah ia hidupkan di sepanjang jalan, kini ia taruh di pangkuannya.
Mulai fokus pada data yang dikirim Hoseok itu.
Sedangkan Irene mengalihkan perhatiannya dari tv semenjak Taehyung duduk di sampingnya.
Ia menatap pada Taehyung lama.
"Tae"
"Hm?" Taehyung tidak menengok, ia sedang fokus melihat berapa banyak jumlah angka dari laba perusahaan yang ia dapatkan.
"Ponsel.." Irene menengadahkan kedua tangannya pada Taehyung.
"Dimana?" Taehyung yang mengira Irene meminta untuk diambilkan ponsel akan bersiap berdiri sebelum Irene kembali menyela.
"Tidak tidak.. Ponselmu saja"
Maka Taehyung kembali duduk, dan memberikan ponsel miliknya pada Irene.
Irene hanya tersenyum senang saat ponsel itu sudah berada di tangannya, terlebih senyumannya makin mengembang saat melihat walpaper yang ditampilkan di layar tipis itu.
Itu fotonya hehe.
Tidak ada yang dilakukan Irene pada ponsel itu, selain menonton beberapa hal yang kurang menarik di salah satu aplikasi.
Pada akhirnya ia memilih untuk mematikan ponsel itu, lalu menghadap pada Taehyung yang masih tampak sibuk.
"Taengie-yaa" wanita itu menyandarkan tubuh kecilnya pada tubuh tegap milik suaminya.
Taehyung yang mendengar nada manja itu cepat-cepat mematikan laptopnya, dan memiringkan tubuhnya untuk mengahadap pada Irene.
"Kenapa lama sekali.. Aku sudah lapar"
Tepat setelah perkataan terakhirnya, bel terdengar dari dalam kamar tersebut.
Taehyung mengambil remot di samping sofa, lalu menekan salah satu tombol untuk membuka pintu kamar yang berada agak jauh di depan sana.
Setelah itu beberapa pelayan datang dengan sebuah nampan di kedua tangannya.
"Permisi.. Tuan Nyonya" dengan begitu lembut sang pelayang menaruh beberapa makanan di atas meja yang ada di hadapan Irene dan Taehyung.
"Gomawo" Irene dengan riang berterimakasih pada pelayan yang akan keluar.
Pelayan disana membungkuk sebentar pada Irene dan Taehyung sebelum benar-benar pergi keluar.
"Oke.. Makan" Irene mangambil mangkok yang berisi dakjuk pesanannya dengan senang.
"Minum dulu susu mu" Taehyung menahan tangan Irene yang sudah bersiap untuk menyuap.
"Nanti setelah makan"
"Berapa kali aku sudah memberi tau, jika susu ini diminum sebelum makan?"
"Tapi aku maunya nanti" Walau menggerutu tak suka, Irene tetap mengambil susu yang di maksud Taehyunh tadi. Lalu meminumnya hingga habis.
Jangan sampai Taehyung kembali berceloteh, hanya karena susu.
Taehyung mencondongkan sedikit tubuhnya kedepan, menekan salah satu tombol di meja itu sehingga terdengar suara 'Pip' kecil.
Dalam sekejab meja itu berubah, menambah meja kecil lainnya yang mendekat pada sofa yang mereka duduki.
"Taruh disana, jangan taruh di pahamu."
Irene dengan patuh memindahkan mangkuk yang tadinya berada diantara kedua pahanya kini berpindah ke meja tersebut.
Irene membuka penutup mangkuk, asap yang mengepul dari sana membuatnya makin tidak sabar untuk mencicipinya.
Taehyung juga melakukan hal yang sama dengan Irene, yang membedakan hanya makannya.
Entah mengapa Taehyung sangat ingin Ramyeon pagi ini, dengan beberapa makanan tradisional yang ikut melengkapi meja.
Irene hanya berfokus pada miliknya, sebelum di suapan kedua ia mulai melirik kecil pada makanan milik Taehyung.
"Kenapa sarapan dengan Ramyeon?" sebenarnya dia hanya ingin, lagi pula tidak ada yang salah dengan memakam ramyeon di pagi hari.
Taehyung tidak menjawab jika ada makanan di dalam mulutnya, dia hanya menyumpit sedikit ramyeon dan menyodorkannya pada Irene.
Irene yang diberi tentu membuka mulut, menerima suapan tersebut.
"Hmm enak sekali.." Irene mengunyahnya sepenuh hati.
"Sudah sekarang habiskan punyamu" Taehyung menunjuk bubur Irene.
"Tentu"
"Setelah ini ikut dengaku"
Tbc.
ginaemilia15