CHANGE • Felix Lee

By AvrilDominic

18.9K 1.4K 1.9K

Suara Khas yang dimiliki keduanya membawa mereka pada takdir yang sama. Takdir yang membawa perubahan besar b... More

Change 1
Change 2
Change 3
Change 4
Change 5
Change 7
Change 8
Change 9
Change 10
Change 11
Change 12
Change 13
Change 14
Change 15
Change 16
Change 17 (NC+21)
Change 18
Change 19
Change 20 (NC+25)
Change 21 (NC+21)
Change 22
Change 23
Change 24
Change 25
Change 26
Change 27
Change 28
Change 29
Change 30
Change 31
Change 32
Change 33
Change 34 (NC+21)
Change 35
Change 36
Change 37
Change 38
Change 39
Change 40 (NC+21)
Change 41
Change 42 (NC+25)
Change 43
Change 44
Change 45
Change 46
Change 47
Change 48
Change 49 (NC+17)
Change 50
Change 51
Change 52
Change 53
Change 54
Change 55
Change 56 (NC 21+)
Change 57
Change 58
Change 59
Change 60

Change 6

315 34 35
By AvrilDominic

Vote tanda Bintang diujung kiri bawah ya Readers :)

****
<<

Enam bulan kemudian,
Alians Baba School…

Jie menitikan air matanya saat mendengar Felix berhasil lulus dari alians baba school dengan nilai yang sangat memuaskan

"Kau tidak ingin menemuinya?"

Jie segera mengusap air matanya saat mendengar ucapan Hwasa
"Sebaiknya kita pulang"

Hwasa menahan pundak Jie saat ia akan meninggalkan auditorium alians baba school
"Temuilah dia sebentar"

"Tidak ada alasan untukku menemuinya"
Ucap Jie sembari menatap tangan Hwasa yang ada dipundaknya

"Jie____"

"Bagaimana aku bisa menemuinya, jika tanganku tidak bisa menyentuhnya. Aku tidak mau membuatnya takut"
Jie melepas tangan Hwasa dari pundaknya dan segera pergi dari sana

Hwasa sekilas menoleh keratusan siswa yang ada diruang auditorium lalu memanglingkan wajahnya kembali menatap punggung Jie yang semakin menjauh
"Jadi untuk apa kita kemari?"
Gumannya bingung lalu segera mengejar Jie

Sesampainya diparkiran, Jie berjalan kesisi kemudi mobilnya
"Aku yang akan menyetir"
Ucapnya pada sang sopir

"Tapi nona___"

Jie tersentak dilihatnya jari-jajarinya yang kaku. Ia lupa jika jari-jarinya tidak bisa ia gunakan lagi, ia terperosok kelantai dan menangis sesenggukan meratapi nasibnya, ia juga memukuli dadanya yang terasa sesak

Hwasa menitikkan air matanya memandnagi Jie yang terlihat sangat menyedihkan, ia segera mengusap air matanya dan berjalan mendekati Jie
"Ayo bangun nanti Felix melihatmu, kau tidak ingin Felix melihatmu seperti ini kan?"
Hwasa meraih lengan Jie dan membantunya berdiri, diusapnya air mata dipipi cantik Jie dengan jemarinya
"Jangan menangis, kau sudah melewatinya sejauh ini"

Jie kembali tenang setelah mendengar ucapan sahabatnya itu
"Ayo kita pulang"

Hwasa mengangguk dan segera membukakan pintu untuk Jie

®®®

Hwasa memperhatikan Jie yang sejak tadi melihat keluar jendela mobilnya seakan pemandangan diluar sangat menarik untuknya

Sesampainya dirumah megahnya, Hwasa membantu Jie melepaskan peyangga punggungnya, karena Jie masih belum bisa berjalan tanpa penyangga tulang punggungnya

"Istirahatlah, kau pasti lelah"

Perlahan Hwasa membantu Jie berbaring diranjang lalu menyelimutinya sebatas dada

"Sudah kukatakan untuk menyewa perawat saja"
Ucap Jie pada Hwasa yang sedang memperbaiki selimutnya

"Kau bukan pasien, untuk apa seorang perawat"

"Tapi ini juga bukan pekerjaanmu"

"Aku tidak menganggap ini sebagai pekerjaan"

"Lantas?"

Hwasa menghela nafas panjang lalu menatap Jie yang berbaring diranjang
"Rasa empati! kau tau rasa empati!"
Ucap Hwasa kesal sembari memukul-mukul selimut Jie dengan jari-jarinya

Jie tersenyum melihat kekesalan Hwasa padanya

"Jika aku yang mengalami hal ini, apa kau akan meninggalkan aku?"
Tanya Hwasa dengan tatapan curiga pada Jie

Jie menggeleng cepat
"Tentu tidak"

"Eishhh,,aku tidak yakin"

Seketika Jie tertawa melihat ekspresi wajah Hwasa membuat Hwasa juga ikut tertawa bersamanya

Zico tersenyum sembari melipat tangannya didepan dada saat menyaksikan kedua sahabatnya dapat tertawa kembali pasca kejadian mengerikan yang menimpa Jie sembilan bulan yang lalu

****
<<

Jie melangkahkan kakinya menuju ruang lukisnya yang sudah sembilan bulan tidak ia datangi, terakhir ia melukis wajah Felix disana sebelum kejadian mengerikan itu merenggut mimpinya

Jie memandangi satu persatu hasil lukisannya dengan tatapan lirih, Jie mengangkat tangannya untuk menyentuh lukisan mendiang Ayahnya namun jemarinya bergetar dan membuat easel penyangga lukisan itu terjatuh

Prankkk

Lukisan yang telah dibingkai kaca itu terjatuh dan pecahan kacanya berserakan dilantai, Jie terkejut dan segera berjongkok dilantai untuk mendirikan kembali easel itu namun tangannya tidak dapat diajak bekerja sama, jari-jarinya sama sekali tidak bertenaga, membuat Jie putus asa dan terduduk dilantai

Jie menangis memandangi lukisan Ayahnya yang tergeletak dilantai, ia memaksa jari-jarinya untuk menyentuh lukisan itu
"Aakkhhhh"
Pekiknya tertahan saat pecahan kaca menggores jari telunjuknya

"Nona!"
Teriak Zico panik saat melihat Jie terduduk dilantai
"Apa yang kau lakukan?!"
Zico mendekati Jie dan segera berjongkok untuk membantu Jie bangkit berdiri

"Aku hanya__"

"Lihat tanganmu!"
Zico tampak frustrasi melihat darah dijemari Jie, ia segera menghisap telunjuk Jie untuk menghentikan darah yang keluar dari tangannya

Jie menatap Zico dan tersenyum padanya
"Aku bukan anak kecil lagi"
Ucap Jie sembari menarik tangannya dari mulut Zico

Zico menghembuskan nafasnya kasar
"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku hanya ingin melihat-lihat saja"

"Setidaknya ajak seseorang untuk menemanimu"

"Aku tidak mau menyusahkan orang___"

"Apa menurutmu sekarang kau tidak menyusahkan? lihatlah! siapa yang akan membersihkan pecahan-pecahan ini?"

"Kau"
Ucap Jie cepat sembari tersenyum nakal

Zico ikut tersenyum mendengar jawaban Jie
"Duduklah disini"
Zico menarik kursi dan mendudukan Jie dikursi itu
"Punggungmu belum kuat jika terlalu lama tanpa peyangga, jadi selagi aku membersihkan pecahan kaca itu, kau duduklah dengan tenang disini, oke!"

"Okey"
Jie tersenyum pada Zico yang juga tersenyum padanya

Zico menegakkan kembali easel berkaki tiga itu dan meletakkan kembali lukisan mendiang Ayah Jie disana
"Besok aku akan mengganti bingkainya"
Ucapnya tanpa menoleh kearah Jie

"Apa menurutmu aku masih bisa melukis?"

Zico terdiam saat mendengar pertanyaan Jie

"Apa menurutmu masih bisa?"
Tanya Jie lagi saat Zico tidak menjawab pertanyaanya

"Tentu saja"
Jawab Zico cepat sembari melanjutkan membersihkan pecahan kaca yang berserakan dilantai

"Kau pembohong yang buruk"

"Aku tidak berbohong"

"Bagaimana aku bisa melukis sedang jariku__"

"Kau masih punya kaki dan mulut"

"Yak!"
Teriak Jie kesal mendengar jawaban Zico

"Selesai!"
Zico mengebas-ngebaskan tangannya saat ia selesai mengumpulkan pecahan kaca itu lalu setelahnya ia mendekati Jie dan berjongkok dihadapan Jie
"Kau akan melukis lagi, dengan tangan ini"
Ucap Zico sembari menggenggam kedua tangan Jie
"Bukankah dokter mengatakan masih ada harapan, jadi berpeganglah pada harapan itu agar kau bisa meraih impianmu yang sempat tertunda"

Jie tersenyum mendengar ucapan bijaksana Zico
"Jika tidak ada kau, Lucas, dan Hwasa,aku tidak tau bagaimana aku melanjutkan hidupku"

"Kau akan baik-baik saja tanpa kami, karena kau memiliki jiwa yang kuat, kau telah menyelamatkan hidup dan mimpi seseorang, Tuhan tidak akan sekejam itu membiarkan mimpimu terkubur, percayalah padaku"

Jie menganggukkan kepalanya yakin
"Maukah kau memelukku?"

"Tentu saja"
Zico memeluk Jie dengan hangat sembari menepuk-nepuk lembut punggungnya
"Kau akan menggapai impianmu nona"

Jie mengangkat tangannya dan melingkarkannya dipunggung Zico
"Terimakasih Zico"
Jie merebahkan kepalanya diceruk leher Zico sembari memejamkan matanya

****
<<

Elizabeth Hospital…

"Kau lelah?"
Tanya Hwasa cemas saat melihat dahi Jie penuh dengan peluh

Jie menggelengkan kepalanya dan melanjutkan fisioterapynya agar jari-jarinya segera berfungsi kembali

"Jangan terlalu memaksakan dirimu Jie"
Ucap Hwasa khawatir saat melihat Jie melakukannya terlalu keras

"Aku harus segera melukis lagi"
Jawab Jie yakin sembari berusaha menggenggam besi bulat ditangannya yang diberi aliran listrik
"Aakhhh"
Pekik Jie kuat saat besi itu terjatuh dari tangannya

Hwasa segera bangkit dari duduknya saat mendengar teriakan Jie

"Tidak apa, kita ulangi lagi"
Ucap sang terapys dengan senyum ramah
"Pelan-pelan saja nona"
Pesan terapys itu pada Jie membuat Jie menganggukkan kepalanya patuh

Jie mulai menggerakkan kembali jemarinya untuk menggenggam besi bulat yang ada ditelapak tangannya, ia tersenyum saat jari telunjuknya mulai bergerak menggenggam besi bulat itu
"Kau lihat! lihatlah Hwasa!"

Hwasa segera mendekat dan melihat secara langsung jari telunjuk Jie mulai bergerak
"Aku melihatnya"
Ucap Hwasa dengan tersenyum bahagia

Air mata jatuh dari pelupuk mata Jie dan mengalir kepipi cantiknya
"Aku pasti bisa melukis lagi" Batinnya senang

Tanpa sadar Hwasa juga menitikkan air matanya saat melihat kemajuan dijari telunjuk Jie
"Kau akan segera melukis lagi"
Ucapnya yakin

Jie mengangguk cepat mendengar perkataan Hwasa

Hwasa tersenyum bahagia melihat secerca harapan pada kesembuhan tangan sahabatnya

****
<<

Zico dan Lucas menyambangi kediaman Jie saat mendapat telepon dari Hwasa bahwa jari telunjuk Jie sudah bisa digerakkan

Zico memeluk erat Jie begitu ia tiba disana
"Terimakasih telah berpegang pada harapan itu Jie"
Zico melepaskan pelukannya dan menatap mata Jie yang basah karena air matanya
"Mulai saat ini jangan menangis lagi"
Ucapnya sembari mengusap jejak air mata dipipi cantik Jie

Jie mengangguk mengiyakan perkataan Zico

Lucas tersenyum bahagia sembari merangkul Hwasa yang berdiri disebelahnya

Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi keempat sahabat itu, persahabatan yang telah mereka bangun sejak mereka duduk dibangku menegah atas, mereka selalu bersama dan akan selalu menguatkan satu sama lain, bahkan saat Jie kehilangan memori ingatannya sepuluh tahun lalu karena sebuah kecelakaan, Zico dan Hwasa memilih menjadi bagian dari hidup Jie dan menyamar sebagai sekretaris dan juga pengacara pribadi Jie, tanpa Jie ingat bahwa Zico dan Hwasa adalah sahabatnya sejak mereka bersekolah di Alians Baba School hingga detik ini

"Maaf nona Jie"
Ucap seorang pelayan sopan pada Jie membuat mereka berempat menatap sang pelayan bersamaan

"Ada apa bi?"
Tanya Jie pada pelayan itu

"Diluar ada yang mencari nona"

"Mencariku?"
Ucap Jie bingung sembari menatap satu persatu sahabatnya

"Siapa bi?"
Tanya Hwasa penasaran

"Pria itu mengatakan namanya adalah Felix Lee"

Jie tersentak mendengar nama itu, nama yang sangat ia rindukan, nama yang mengisi hati dan fikirannya selama sembilan bulan ini

Hwasa dan Zico saling menatap satu sama lain
"Apa kau mau aku mengusirnya?"
Tanya Zico pada Jie

Jie terlihat panik, tangannya bergetar begitu ia mendengar nama Felix Lee

Zico segera menggenggam tangan Jie
"Tidak apa, semua akan baik-baik saja"
Ucapnya untuk menenangkan Jie

"Dia akan takut jika melihatku seperti ini"

"Hei,,kau bukan monster, bagaimana mungkin dia takut melihat wanita secantik dirimu"

"Bagaimana jika dia tau bahwa aku memakai penyangga punggung dan jariku tidak bisa digerakkan, dia pasti takut, dia pasti akan lari, dia pasti akan___"

Ucapan Jie terhenti saat ibu jari Zico menempel dibibirnya
"Apa kau melepas harapanmu lagi?"
Zico tersenyum pada Jie yang terlihat panik
"Temuilah dia, setidaknya sekali saja agar dia bisa melanjutkan hidupnya kembali "

Jie mengigit bibirnya ragu

"Percayalah padaku nona"
Ucap Zico meyakinkan Jie

Akhirnya Jie setuju untuk bertemu dengan Felix dipelataran samping kediamannya yang berhadapan langsung dengan kolam renang

®®®

Jie tampak gugup menunggu kedatangan Felix, ia meletakkan tangannya diatas pangkuannya agar tidak terlihat jika jarinya tidak bisa digerakkan, ia juga menyenderkan punggungnya disofa agar tidak terlihat jika ia sedang memakai penyangga dipunggungnya

"Apa aku mengganggumu?"

Deg

Suara itu, suara yang sangat ia kagumi, suara yang sangat ia rindukan, suara yang selalu menjadi kekuatannya, suara itu, suara Felix
"Tidak, duduklah"
Ucap Jie dengan senyum dipaksakan, Jie berusaha menyembunyikan kegugupannya

Felix duduk tepat disofa yang berhadapan langsung dengan sofa yang diduduki Jie
"Kau baik-baik saja?"
Tanya Felix begitu ia mendaratkan bokonya disofa

"Tentu saja"
Jawab Jie cepat sembari menahan tangannya yang terus bergetar dipangkuannya

"Aku senang mendengarnya"

Jie tersenyum getir mendengar jawaban Felix
"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja, sekarang kau bisa lega dan melanjutkan hidupmu seperti sebelum kau mengenalku"

Terlihat kekecewaan diraut wajah Felix saat mendengar ucapan Jie

"Sekarang kau pulanglah, dan jangan datang kemari lagi karena__"

"Aku ingin memberikan sesuatu padamu"
Sela Felix memotong ucapan Jie

Jie menatap bingung kepada Felix

"Sebentar"
Felix membuka ranselnya dan mengeluarkan piala dari dalam ranselnya lalu berdiri mendekati Jie
"Ini untukmu"
Felix menyodorkan piala itu pada Jie
"Ambillah aku memberikan piala ini padamu, ini milikmu"
Ucapnya lagi saat Jie tidak juga mengambil piala itu dari tangannya

Tangan Jie bergetar saat Felix mendesaknya untuk mengambil piala itu dari tangannya, Jie tidak ingin Felix tau jika jemarinya tidak bisa ia gerakan sehingga ia menekan tangannya dengan sangat kuat

"Aku akan pergi setelah kau menerima piala ini"
Ucap Felix sembari memandangi Jie yang hanya terdiam disofa
"Ayo ambillah"
Desak Felix lagi pada Jie

Jie menggeleng cepat, ia sangat panik sampai seluruh tubuhnya ikut bergetar, dan tanpa ia duga Felix meraih tangannya dan meletakkan piala itu dikedua tangannya

Prankkk

Jie tersentak saat piala itu terjatuh dari tangannya dan pecah menjadi beberapa bagian, ia segera menurunkan tangannya kembali saat Felix terus memperhatikan tangannya, ia mencoba untuk tetap tenang namun tidak dengan jemarinya yang terus bergetar

Lutut Felix menghantam lantai yang keras saat melihat jari-jari Jie tidak bisa menggenggam piala yang ia berikan

Jie panik dan terus menggelengkan kepalanya saat mata kebiruan Felix menembus pupil matanya

"Kau tidak baik-baik saja"
Ucap Felix dengan tatapan lirih

"Aku baik-baik sa__"

Terkejutnya Jie saat Felix meraih tangannya dan meletakkannya dipipi Felix
"Kalau begitu pegang wajahku"
Printah Felix kepada Jie

Jie menggeleng dan mencoba menarik tangannya

"Pegang wajahku!"
Pekik Felix kuat membuat Jie tersentak dan berhenti menarik tangannya

"Kau tidak dengar? kubilang pegang wajahku!"
Pekiknya lagi
"Cepat pegang wajahku!"
Jie semakin tertekan mendengar teriakan Felix

"Aku tidak bisa"

"Kenapa kau tak bisa?!"

Jie mengalihkan tatapannya kearah lain saat mata elang Felix mengintimidasinya
"Pergilah ke Amerika dan raih impianmu, kau telah berhasil meraih piala olimpiade aku akan menepati janjiku padamu, YJ Gallery akan menjadi sponsormu dan menangung semua biaya kuliah dan juga hidupmu selama di Amerika"
Ucap Jie tanpa menatap mata Felix

"Impian?"
Felix berdecih mendengar kata itu dari mulut Jie
"Impian yang mana? siapa kau mengetahui impianku! hah!"
Pekik Felix kuat
"Lihat aku"
Felix meraih dagu Jie agar Jie menatapnya
"Kau mau tau impianku?"
Felix menarik satu lagi tangan Jie dan meletakkannya dipipinya yang sebelah lagi sembari menatap dalam mata keabuan milik Jie
"Impianku adalah dirimu"
Ucapnya dengan tulus

Jie begitu bahagia mendengar jika dirinya adalah impian Felix, namun ia sadar Felix mengatakan itu hanya karena rasa bersalah Felix padanya, bukan karena Felix benar-benar tulus mencintainya

"Aku akan menjadi tanganmu, kakimu, matamu, mulutmu, jantungmu, hatimu dan juga nafasmu jika itu bisa membuatmu hidup kembali"

Jie menarik kasar tangannya dari pipi Felix
"Jangan bicara sembarangan! cepat pergi dari sini aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Ucap Jie emosional sembari bangkit dari duduknya
"Akkhhhhh"
Pekik Jie saat peyangga punggungnya bergeser karena ia tidak berhati-hati saat berdiri

Felix segera menahan lengan Jie yang kehilangan keseimbangan

"Lepaskan aku!"
Teriak Jie sembari mencoba melepas tangan Felix dilengannya

Alih-alih melepaskan Jie, Felix malah melingkarkan tangannya dipunggung Jie

"Apa yang kau lakukan! lepaskan__"
Jie seketika terdiam saat Felix memeluknya, tangannya yang tadi mendorong Felix kini terkulai lemah dikedua sisi tubuhnya

"Aku juga akan menjadi peyangga punggungmu"
Ucap Felix lirih sembari mengeratkan pelukannya



****
<<



Tbc…

****
>>





Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 11.4K 48
⚠️WARNING!! n: sengaja di reupload karena sempat kena banned! Bara Winston seorang laki laki yang di cap cabul oleh seisi kampus nya dengan memanfaat...
8.6M 175K 134
18++ adult content, teenage story Claudya POV Hai! Aku Claudy, aku punya dua sahabat kecil yang dekat sekali denganku. Kenzo dan Daniel. Sebenarnya a...
1K 431 11
❞𝑨𝒌𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒍𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒖 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒓𝒊𝒎𝒖. ❞ 𝑳𝒆𝒆 𝑱...
1.7M 25.4K 43
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...