Heroes - BnHA Fanfict (Comple...

Galing kay slayernominee

63.5K 7.6K 607

Midoriya tidak menyesali dirinya yang merupakan seorang quirkless. Penyesalan seumur hidupnya justru terletak... Higit pa

Prolog
•1•
•3•
•4•
•5•
•6•
•7•
•8•
•9•
•10•
•11•
•12•
•13•
•14•
•15•
•16•
•17•
•18•
•19•
•20•
•21•
•22•
•23•
•24•
•25•
•26•
•27•
•28•
•29•
•30•
•31•
•32•
•33•
•34•
•35•
•36•
•37•
•38•
--First Route--
--Second Route--
**Vote Room**
•••••
-New VillainDeku-

•2•

2.5K 286 21
Galing kay slayernominee

.
.
.
.
.

Midoriya mengernyit mendengar apa yang barusan villain itu katakan. Villain league? Dia tidak pernah tahu soal itu. Dia tidak tahu jika villain memiliki semacam kelompok. Dia pikir semua villain berulah secara autodidak.

Namun yang dia dapat pahami, dia mendapat tawaran untuk bergabung dalam kelompok mereka.

"tidak. " tolaknya.

"haha, lucu sekali. Kau bahkan menolak sebelum tahu apa itu villain league. Kau penasaran, ya kan? "

"aku tidak memintamu menjelaskan, dan aku menolak apapun itu. "

"hm, dia memang sulit diyakinkan." villain itu menghela nafas. "hei, apa kau ingin melupakan soal ibumu? "

Manik hijau midoriya melebar ketika ibunya disebut.

Villain itu tersenyum. "kau tidak lupa jika ibumu masih ada di tangan kami, bukan? "

Sudut bibir midoriya berkedut kesal. Mereka memiliki kelemahannya. Dia tidak bisa berkutik jika disangkut pautkan dengan ibunya.

"baiklah. Sekarang aku akan jelaskan dulu apa itu villain league. Soal kau bergabung atau tidak itu belakangan."

Mau tidak mau, midoriya mendengarkan kata demi kata yang terucap. Penjelasan mengenai hal yang belum dia ketahui selama ini.

Entah apa yang villain rencanakan, midoriya jelas semakin tidak tertarik ketika dia mendengar soal villain league.

"nah, begitulah. " ujar villain.

Midoriya diam tak mengerti. Rasanya wajah2 villain didepannya menandakan bahwa masih ada sesuatu yang akan dikatakan.

Villain didepannya mengerti maksud tatapan bingung midoriya. "kau tahu aku belum selesai. "

Midoriya mengernyit saat raut wajah villain berubah.

"jadi, maukah kau bergabung? "

"tidak. "

"ah, ya, sudah kuduga. Bodoh sekali aku kembali menanyakannya pada dirimu yang sama. "

"apa maksudmu? "

"aku tahu kau selama ini menyembunyikan perasaan pahit, midoriya. " villain itu maju merendahkan kepalanya tepat didepan wajah midoriya. "kau kecewa.

"aku tahu kau menyimpan impianmu yang selama ini susah payah kau pertahankan dengan pikiran sepositif mungkin, meski tubuhmu tidak bisa mengimbanginya."

Midoriya melihat manik mata villain itu menatap tepat padanya.

"kemudian... " seringaian muncul di wajahnya. "...seorang hero menghancurkan harapanmu dalam sekejap. Hanya karena sebuah tatapan keraguan, bukankah begitu? "

Manik hijau midoriya bergetar. "bagaimana kau... "

"sejak saat itu kau ragu apakah dia masih menjadi idolamu. Heromu, sang manusia perkasa, all might... "

"tidak... aku tidak... "

"ya. Kau ragu. Kau begitu berharap all might akan mengatakan dirimu jelas masih bisa menjadi pahlawan, namun yang kau dapat adalah tatapan keraguan. Seakan dia secara tak langsung berkata: tidak, kau tidak akan bisa. Sejak itu kau tidak lagi bisa memandangnya sebagai cita2 tertinggimu. Kau hanya bisa memandang punggungnya yang meninggalkanmu dibelakang dan meremehkanmu. "

"tidak... "

"hei, midoriya. Apakah kau masih ingin menjadi seorang hero? Bukankah impianmu sudah lenyap semenjak hari itu? "

Midoriya terdiam. Dia tak bisa menampiknya.

Benar, tatapan keraguan all might yang dia dapatkan telah meruntuhkan rasa kagumnya pada hero number one itu.

Kekagumannya sejak kecil sirna dengan mudahnya pada waktu yang singkat. Hanya karena sebuah tatapan.

Sebenarnya mata all might nampak sama seperti yang dia lihat di segala hal yang memuat tentang dirinya.

Namun karena dia benar2 ada di depan hero itu, benar2 menatap matanya tanpa perantara setipis apapun, dia tahu sorot mata all might yang hanya sepersekian detik itu jelas berbeda.

Bukan pandangan percaya diri saat dia menolong orang, bukan pandangan yang memberikan semangat, namun itu pandangan yang merendahkannya.

Dan itu menghancurkan hatinya. Selama ini dia bertahan karena berpikir panutannya akan menjadi orang terakhir yang mendukungnya saat dunia memunggunginya. Namun dia salah.

Semua sama saja.

"wah, kau tidak menyanggah perkataanku? Berarti aku memang benar? "

Midoriya tidak lagi menatap mata villain itu, dia tertunduk mengingat semua yang telah dia alami.

"apa kau lelah menjadi seorang quirkless? "

Bisikan itu membuat manik hijau midoriya seolah berpendar saat dia melebarkan matanya.

"lelah dihiraukan oleh dunia, lelah diremehkan, lelah berusaha mendiamkan mereka yang mengejekmu. Kau lelah berpura2 tetap kuat?"

Tangan midoriya yang terikat mengepal kuat.

"bukankah kau sadar jika semua yang kau lakukan selama ini sia2? Tidak ada yang akan benar2 menerimamu diluar sana kecuali kau bukanlah manusia quirkless.

"meski kau berkata akan menyerahkan hidupmu untuk melindungi mereka dengan tubuh tak berkekuatanmu, mereka tetap akan tak mempedulikanmu. "

Midoriya menggigit bibirnya kuat.

"bahkan jika kau mati didepan mereka sebagai sebuah pengorbanan, mereka hanya akan bertindak seolah tidak ada yang terjadi.

Mereka tidak peduli kau ada atau tidak.

Jika kau menghilang, tidak akan ada yang berubah dari mereka. Semua tetap akan menikmati hari2 normal mereka tanpa hambatan. "

Seringaian lebar muncul di wajah villain itu. "bukankah itu menyakitkan? Bukankah itu sangat kejam? " bisiknya.

"kejam... " gumam midoriya. Pikirannya mulai terpengaruh.

"ya, benar. Kejam, semua diluar sana adalah manusia kejam. Hanya karena satu perbedaan mereka membuatmu mereka tersiksa selama ini. Mereka adalah iblis. "

"mereka... menyiksa... "

"benar, kau selama ini tidak hidup bahagia. Kau hanya mencoba bertahan untuk melewati hari demi hari yang menyiksa. Namun kemudian kau sadar hari2mu itu tidak akan pernah berakhir jika kau masih ada di antara mereka. "

"apa... " midoriya bergetar saat matanya mulai tergenang. "...yang harus kulakukan...? "

"jika kau ingin hidup bebas, lupakan mereka semua. Tinggalkan tempat kejam itu. "

"kemana... aku harus pergi..? "

"apa yang kau katakan? Hidup barumu ada tepat didepanmu. "

Midoriya sedikit mengangkat kepalanya.

"ya, kami, semua yang ada disini, tidak peduli kau adalah quirkless atau bukan. Siapapun dirimu, pasti memiliki sebuah kelebihan yang hanya dimiliki dirimu seorang. "

"kelebihan..? "

"kau cerdas, midoriya. Semua yang ada di otakmu adalah pemikiran strategi berguna. Bukankah itu gunanya kau mengumpulkan data quirk seluruh hero?

Sayang sekali orang sepertimu kehilangan tempat untuk pulang diantara mereka yang ada diluar tempat ini.

Kau ingin kembali memiliki rumah? "

"pulang... "

"ya, kami semua menerimamu apa adanya sebagai keluarga. Kami bisa menjadi rumahmu yang baru, tempat untukmu pulang. "

Midoriya mengangkat wajahnya. Manik hijaunya telah setengah menggelap.

Villain itu tersenyum puas. "aku adalah pemimpin mereka, shigaraki tomura. Midoriya izuku, selamat datang di dunia barumu. "

.
.
.
.
.
.

Pria tua tetangga apartemen midoriya sudah memanggil polisi yang datang bersama dua hero.

Mereka memeriksa rumah midoriya yang porak poranda.

"pencurian? " tanya seorang hero.

"barang2 dirusak dengan sengaja. Entah ada yang hilang dari tempatnya atau tidak. Sementara ini bisa dikatakan sebagai pencurian. Kita perlu memeriksa lebih jauh. " ujar salah satu polisi.

Pria yang memanggil mereka dengan ragu masuk kedalam. "maaf, apa kalian menemukan seorang anak perempuan dan ibunya. Rambut mereka sama2 hijau, mereka penghuni apartemen ini... "

"tidak ada siapapun didalam. Rumah ini kosong. "

"apa? Tapi tadi saya sempat bertemu dengan si anak perempuan dan memberitahunya soal rumah ini. Dia kemudian berlari pulang untuk mengecek keadaan ibunya. "

Hal itu membuat para polisi dan hero disana saling tukar pandang.

"ini... kasus penculikan!"

.
.
.
.
.

Berita soalnya hilangnya seorang ibu dan anak setelah rumah mereka diserang beredar dengan cepat pada linimasa media pemberitaan.

Karena disiarkan pada saluran berita yang paling terkenal dan hampir setiap hari dilihat oleh semua orang, berita itu tidak perlu waktu lama untuk diketahui hampir semua masyarakat.

Foto dua korban yang menghilang juga turut hadir dalam layar berita.

Bagi mereka yang tidak mengenal, hal itu dianggap sebagai serangan villain biasa, namun mereka yang mengenal dua korban tersebut sangatlah terkejut.

Mitsuki, yang mengenal mereka sejak midoriya kecil hampir tak mempercayai apa yang dia lihat. "anata, kau lihat itu?? " tanyanya pada sang suami, masaru.

"ya, aku melihat beritanya dengan jelas. "

"bagaimana ini bisa terjadi?! Inko-san... juga izuku-chan... mereka diculik villain! Bagaimana ini?! "

"mitsuki, tenang dulu..."

"bagaimana aku tenang jika temanku dan anaknya menghilang entah kemana?? "

"tidak ada yang bisa kita lakukan, kita harus mempercayakan masalah ini pada polisi dan hero yang ada. "

Mitsuki menghela nafas dan memijat keningnya. Masaru berusaha menenangkan istrinya sebaik mungkin.

Di lain sisi, bakugou yang ada di kamarnya melihat berita dari ponselnya secara online.

Dia masih melihat sosok yang terpampang di dalam foto tadi saat hari kelulusan, namun begitu dia tiba dirumah gadis itu dikabarkan menghilang beserta dengan ibunya.

Sesaat, dia terkejut karena itu memang sangat tiba2 dan tidak terduga. Namun kemudian, bakugou menutup saluran berita dan meletakkan ponselnya diatas meja belajarnya.

Dia kemudian kembali melakukan aktivitas seolah tak peduli dengan apa yang terjadi.

.
.
.
.
.

"shigaraki, apa kita perlu melakukan ini? " tanya mr.compress.

"hm? Ya, tentu. Perkataanku tadi hanya bisa mencuci separuh pemikirannya. Dia bisa kembali menjadi orang baik jika sampai mengingat akan hal2 menyenangkan di masa lalunya. Maka dari itu kita harus melakukannya agar dia sepenuhnya berpihak pada kita. "

Mr compress melihat pada sebuah obat yang terletak di atas meja bar.

"kenapa? Kau ragu melakukannya? "

"yah... aku hanya tidak ingin menyakiti anggota baru. "

Shigaraki mendecih. "toga. "

"ha'i??" respon perempuan bergigi taring itu dengan riang.

"kau yang berikan obatnya pada midoriya. "

.
.
.
.
.

"knock knock! "

Midoriya menoleh ketika toga masuk dan berseru riang.

"mido-chan! " villain itu memeluk midoriya dengan gemas. "gomen, apa ruangan ini terlalu gelap untukmu? "

"tidak juga... "

Midoriya memang ditempatkan pada satu ruangan khusus yang hanya diterangi cahaya remang setelah shigaraki berhasil meyakinkannya untuk bergabung. Karena tempat persembunyian villain league selalu merupakan tempat tertutup dan gelap, midoriya sedang diupayakan untuk cepat terbiasa dengan kegelapan.

"benarkah? Baguslah. "

"ada apa... kau datang kemari..?" tanya midoriya dengan raut datar. Pupil hijaunya sudah tidak lagi bersinar terang seperti saat hari2 biasanya.

"shigaraki memintaku mengantarkan obat padamu. "

"obat..?"

"ya, untuk membuatmu semakin terbiasa dengan tempat ini. Kau pasti masih tidak nyaman, bukan? "

Midoriya melihat pada obat yang toga pegang. "sebenarnya aku kurang suka obat. "

"ini mungkin pertama dan terakhir kami memintamu meminum obat. Mido-chan, aku akan menemanimu sampai kau selesai minum. "

"baiklah.. " midoriya menerima butiran obat yang toga berikan dan segelas air. Dia meminumnya dan menyerahkan gelas air yang kosong pada toga.

Toga hanya tersenyum dan menerima gelas.

"kau tidak pergi? Aku sudah selesai minum. "

"sebentar lagi. " ujar villain itu.

Midoriya menatap tak mengerti, namun tak lama kemudian dia merasakan hal aneh.

Dia merasakan seolah isi kepalanya meletup kecil. Menyerang hampir seluruh sisi kepalanya.

"a, apa yang terjadi? " tanyanya saat mulai kesakitan.

"tenang, ini hanya sebentar. "

Midoriya sudah jatuh berlutut dan memegangi kepalanya, menjambak rambutnya dan mengerang pelan. Erangannya mulai menjadi teriakan keras yang memenuhi ruangan gelap itu.

Toga memperhatikannya dari sudut ruangan. Melihat bagaimana obat pencuci otak itu bekerja perlahan pada rekan barunya.

Midoriya kini terjatuh karena tak bisa menahan kakinya untuk berdiri. Dia menggeliat kesakitan dan berteriak sekeras mungkin.

Teriakannya terdengar hingga keluar ruangan. Tempat para villain lainnya berkumpul di depan meja bar.

Mereka diam mendengarkan proses midoriya akan menjadi sepenuhnya rekan mereka.

Lima menit bertarung dengan kesakitan di kepalanya yang menjalar hingga seluruh tubuh, akhirnya efek samping obat mereda.

Midoriya terengah dan dipenuhi peluh dalam keadaan terbaring di lantai dingin.

Toga mendekatinya dan memyingkirkan rambut hijau yang menghalangi mata gadis itu. "kau bisa beristirahat, kau akan lebih baik saat bangun nanti.

.
.
.
.
.

Sekitar dua jam setelah toga meninggalkan ruangan, midoriya keluar dan datang ke ruangan utama.

Sebagian besar villain yang tengah tidak keluar, menoleh saat gadis itu melangkah masuk.

"oh, hai, midoriya. " sapa mr compress.

Shigaraki menatap dari balik telapak tangan yang ada di wajahnya.

Saat gadis itu balas menatapnya dengan manik hijau yang sepenuhnya menggelap, shigaraki tersenyum puas.

"berlian kasar sepertimu masih perlu dipoles. Namun, sekali lagi selamat datang. Midoriya izuku. "

.
.
.
.
.

To be continue--

Buat waktu apdet minimal seminggu sekali atau dua kali.

Btw, ada yang lebih suka versi male midoriya buat jadi villain? It's ok bilang aja ke author. Kalo banyak, mungkin nanti author bisa buat satu buku lagi yg barengan sama buku ini. Tapi g bisa janji bakal dibuatin cepet2 ya. Versi male midoriya engga ada romancenya, buat ngingetin kalian aja.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

21.4K 2.3K 32
UDAH END BUKAN BERARTI KAGAK MINTA VOTE!!!! "Aku memberimu berkat hidup abadi. Bukan umur panjang dimana kau akan ditinggalkan oleh orang-orang yang...
538 150 19
"Halo semua." Vlad King memberi hormat pada ekspresi kaget Kelas A. "Uh ..." Iida adalah orang pertama yang melepaskan diri dari keterkejutan, menga...
9.7K 1.4K 13
Lahir dari hubungan gelap, terjebak hidup bersama ibunya yang pemabuk, Midoriya tidak pernah merasakan kebahagiaan di rumahnya. Orang-orang yang tahu...
5.7K 401 50
Tada~ Cerita Ini Adalah Cerita Pertama Author Di Akun Baru Author Disini Isinya Ship Rimuru Tempest x Guy Crimson dan Tentunya Ada Sudut Pandang Dari...