NARAMA

By divagstn_

20.9K 3.6K 17.3K

Nara Pramudita Nareswari, cewek gila yang mempunyai kepercayaan diri di atas rata-rata. Bertekad ingin mendap... More

Nara Pramudita Nareswari
Rama Aditya Pratama
1-Cewek gila dan cowok dingin
2-Karena terpaksa
3-Pulang bareng
4-Pingsan bohongan
5-Selamat pagi Rama!
6-Kejadian tak terduga
7-Another girl
8-Ubah strategi
9-Strategy failed!
10-Rasa yang berbeda
Cast NARAMA
11-Hari bersejarah
12-Berubah?
14-Bangga jadi Bucinnya Rama!
15-Benci dulu baru cinta
16-Dia tidak mencintaimu
17-Antara mulut dan hati
18-Will you be my girlfriend?
19-kesalahpahaman dan kepergian
20-Awal perubahan
21-Terlanjur mencinta
22- Jangan terima!
23- Ada apa dengan Rama?
24-Strange influence
25-In My heart
26-Kita Pacaran.

13-Bersalah

642 90 527
By divagstn_

Jangan ragukan cinta dan setiaku. Aku sudah sejauh ini menunggu, walaupun rinduku kau balas dengan bisu.

-Nara Pramudita Nareswari

____

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun koridor SMA Nusa Pratama masih cukup ramai oleh murid-murid yang berlalu-lalang.

"Permisi," Cewek mungil itu menyalip di antara kerumunan. Langkah kakinya memang pendek namun gerakannya yang gesit membuatnya unggul dari yang lain.

Cewek itu bernapas lega ketika orang yang sedari tadi di kejarnya sudah terlihat.

"RAMA YUHUUU! AY KAMBEK!"

Teriakan cewek itu membuat Rama menoleh sesaat. Rama bergidik ngeri, kemudian kembali mempercepat langkahnya.

"Buset! silau banget! Kayak masdep gue!" Ucap Nara kemudian cengengesan.

Nara tak mau kalah dari Rama, ia juga mempercepat langkahnya.

"RAMA, STOP!"

"KAU MENCURI HATIKU!"

Teriakan itu terdengar nyaring di koridor namun cowok itu tetap berjalan, tidak terpengaruh sama sekali.

"RAMAAA!"

"RAMA BERHENTI DONGGG! KALO GAK BERHENTI JODOHNYA KEK CIMOY!"

"EH AMIT-AMIT GUSTI! MASA GUE KALAH SAING SAMA CIMOY! ITU MELUKAI HARGA DIRIKU!"

"RAMA KASEP, BERHENTI DULU DONGGG!"

"EH EH-"

Bruk.

"PAPAHHH, SAKIIITT!"

Saking semangatnya, Nara tidak sadar bahwa tali sepatunya terlepas. Sebelumnya Nara baik-baik saja namun kini dirinya jatuh mengenaskan.

Langkah Rama langsung terhenti, ia meringis melihat Nara yang jatuh tengkurap di lantai. Rama melihat kaki dan siku Nara lecet serta berdarah karena terkena tepian ubin yang tajam.

Rama segera menghampiri Nara yang masih tengkurap mengenaskan di lantai lalu berjongkok untuk membantu Nara duduk.

"HUAAA, SAKIT RAMAA," Jerit Nara di sela isakannya.

Dengan sigap Rama menyelipkan tangannya di bawah lutut Nara, tangan kanan Nara ia lingkarkan pada lehernya sebelum mengangkat tubuh mungil  Nara ke dalam gendongannya. Rama akan mengobati Nara di UKS terlebih dahulu.

"Jangan cari kesempatan dalam kesempitan," bisik Rama.

Namun Nara tidak menggubris ucapan Rama, masih sempat-sempatnya Nara meraba wajah Rama yang mulus tanpa cela.

"Rama pake skincare apa sih? Kok bisa glowing gini?" Tanya Nara seraya tersenyum lebar.

"Nara!" Peringat Rama, ia menatap Nara tajam.

"Belum di jawab."

"Pake air wudhu," jawab Rama asal.

"Wawww! Kamu terlalu subhanAllah buat aku yang astagfirullah! Sholeh banget masa depanku!" Jerit Nara kemudian meringis kesakitan setelahnya.

Rama tidak menyahut, ia mempercepat langkahnya. Semakin cepat langkahnya maka ia juga semakin cepat terlepas dari Nara.

Nara beralih memperhatikan bibir ranum dan tipis milik Rama. "Kok bibir Rama bisa pink gitu? Pake lip balm, lip ice, lip gloss, lip tint, atau pake semuanya?"

"Ini alami, Nara! Sekali ini bisa enggak ngoceh?" Jawab dan tanya Rama sedikit kesal.

Nara mendengus pelan. "Pelit ih!"

Karena di larang berbicara oleh Rama, dengan menyebalkannya Nara mendekatkan kepalanya ke dada bidang Rama dan menghirup aroma parfum cowok itu dalam-dalam. "Hmmm, bau-bau cogan."

Namanya juga Nara, ia masih sempat-sempatnya nyari kesempatan waktu sakit.

Rama bergidik ngeri ketika merasakan napas Nara berhembus begitu dekat.

"Berhenti lakuin itu atau gue turunin lo!" Ancam Rama tanpa melihat Nara sedikitpun.

Nara mengerucutkan bibirnya kemudian kembali mengaduh kesakitan. Bahkan air matanya sampai menetes.

Begitu sampai di depan pintu UKS, Rama langsung mendorong pintu dengan bahunya. Kemudian, Rama meletakkan tubuh Nara dengan pelan di atas bed dengan sprei putih.

Rama langsung mengambil kotak P3K yang terletak di meja kecil. Dengan rivanol dan kapas, Rama menepuk pelan luka di siku tangan Nara.

"Aw! Sakit Ram, Lebih pelan dikit," Ucap Nara mengaduh kesakitan.

"Iya, ini lebih pelan," sahut Rama yang kemudian beralih mengobati luka di kaki Nara.

"Makanya, lain kali jangan lupa ikat sepatunya sebelum lari-larian! Bandel sih lari-lari ngejar gue, udah gue bilang jangan ngejar-ngejar gue lagi!"

Setelah mengoleskan rivanol, Rama langsung memakaikan perban di luka Nara. "Lukanya cukup parah, besok jangan sekolah dulu ya. Atau perlu ke rumah sakit?"

Mulut Nara terbuka lebar sesaat. Nara mengulum senyumnya, ternyata Rama perhatian juga. "Enggak perlu Ram, di obati sama Rama langsung sembuh kok."

Rama tidak menjawab, ia hanya tersenyum kecil. Saking kecilnya, nyaris tak terlihat.

"Kabari Bima dulu kalau lo lagi di UKS," ucap Rama pelan.

Tanpa menjawab perkataan Rama, Nara langsung mengeluarkan ponsel di tasnya. Bener saja, ada 30 panggilan tak terjawab dari kontak yang bernama Bimoli. Sedaritadi ponsel Nara di silent rupanya.

Nara menepuk pelan keningnya, ia melupakan Bima begitu saja. Pasti Bima sedang mencak-mencak di luar gerbang atau mungkin mencarinya di sekitar sekolah.

Semenjak kejadian di kuncinya Nara di gudang, ayahnya memperketat penjagaannya. Bodyguard Nara di tambah 2 orang karena Bima di anggap lalai menjalani tugasnya.

Baru saja hendak menelepon Bima, sudah ada panggilan masuk darinya.

Nara mengangkat telepon tersebut.

"KAMU DIMANA, NARA? SAYA SUDAH MENCARI KAMU DI BEBERAPA RUANGAN NAMUN TETAP TIDAK MENAMUKANMU. JANGAN MEMBUAT SAYA KHAWATIR!"

Teriakan Bima terdengar nyaring di telinga Nara, ia sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Gue atit Bimmm, tadi jatuh tengkurap di koridor. Sekarang gue lagi di UKS, sini-sini kalo kangen." Sahut Nara dramatis lalu terkekeh geli setelahnya.

"Saya kesana."

Setelah itu panggilan telepon di putuskan secara sepihak oleh Bima.

"Ya ampun Nara! Luka kamu cukup parah. Apa  kamu masih kesakitan?" Bima langsung menduduki kursi di samping Rama ketika sampai di ruangan UKS. Sedangkan dua bodyguard lainnya hanya sekedar mengamati.

"Udah agak mendingan kok," jawab Nara sambil menyengir.

"Kita ke rumah sakit saja ya."

"Eh, enggak perlu. Udah enggak sakit kok Bim," sahut Nara sangat cepat.

"Ya sudah kalau begitu."

Bima beralih menatap Rama lekat-lekat. "Kenapa kamu ada disini?"

"Tadi Nara jatuh karena lari ngejar saya," jawab Rama jujur.

Bima diam beberapa saat dan mengucapkan kalimat yang tak terduga "Sepertinya kamu selalu memberikan pengaruh buruk kepada Nara."

"Tempo hari lalu, Nara di kunci di gudang akibat fans kamu. Nara selalu uring-uringan memikirkanmu dan tidak fokus sekolah. Walaupun Nara tidak terbilang pintar tetapi Nara termasuk orang yang rajin dan dia malas ketika kembali mengenalmu. Dia juga pernah menangis semalaman karena kamu. Dan kini Nara jatuh juga karena kamu."

Bima menyunggingkan senyumnya. "Ini bukan sekedar tebakan tetapi memang kenyataannya begitu bukan?"

Bima menepuk pelan pundak Rama dan menatapnya datar. "Bisakah kamu menjauhi Nara? Kamu selalu memberikan pengaruh buruk dan saya tidak mau hal itu terjadi."

"Apaan sih Bim! Lo enggak berhak ngatur hidup gue! Gue capek terlalu di kekang kayak gini! Gue pengen bebassss!" Jerit Nara kesal, napasnya naik-turun.

"Saya sama sekali enggak pernah mendekati Nara, Nara sendiri yang selalu mendekati saya tanpa lelah." Sahut Rama yang tidak terima di sudutkan.

"Gue pulang dulu, udah ada Bima," pamit Rama pada Nara.

Sebelum pergi, Rama menatap Bima lekat-lekat. "Saya akui, mungkin saya bawa pengaruh buruk untuk Nara. Saya bisa saja menjauhi Nara, tapi jangan salahkan saya jika Nara yang memaksa masuk ke kehidupan saya."

***

Nara berdecak sebal, ayahnya tidak mengizinkan berangkat ke sekolah untuk beberapa hari sampai lukanya mengering. Disini lah Nara sekarang, berdiam diri di rumah dengan segala kerinduan. Sungguh tersiksa, hidupnya terasa ada yang kurang tanpa melihat Rama.

Nara memilih meraih laptopnya di atas nakas, ia mengubah posisi nya menjadi tengkurap. Nara memutar drama Korea berjudul "The world of the married" yang sedang viral.

Nara menangis tersedu-sedu, tak terhitung berapa banyak hewan yang sudah di absennya. Padahal Nara baru menonton 2 episode, namun Drakor ini sudah menguras air mata Nara. Buktinya, satu kotak tisu nyaris tak tersisa.

Tok tok tok.

"Ayah masuk ya," ucap seseorang dari luar.

Nara terkesiap, ia segera mendudukkan tubuhnya. "Bentar yahhh, jangan dulu kesiiinii."

Nara menyimpan laptopnya di tempat semula, bisa gawat jika terciduk menonton Drakor. Nara juga mengelap sisa air matanya dengan tisu.

"Masuk yah," ucap Nara setelah dirasa sudah beres.

Pria paruh baya itu duduk di tepian kasur, ia mengelus rambut hitam Nara lembut. "Kenapa makanannya belum di makan, sayang?"

"Nara kan udah bilang yah, Nara enggak mau makan! Sebelum Rama datang kesini!" Bersikeras Nara.

"Nanti Rama datang kesini kok, kamu makan dulu," sahut Nares- ayah Nara.

"Enggak! Aku tahu ayah bohong."

Nara tahu, Bima pasti sudah melapor pada ayahnya bahwa Rama yang menyebabkan dirinya terluka.

Nares menghembuskan napasnya pelan. "Ya udah, ayah janji Rama akan datang."

Nara mendekati Nares, matanya berbinar mendengar ucapan ayahnya. "Sekarang yah?"

Nares terkekeh pelan melihat respon Nara. "Ya enggak sekarang dong. Rama belum pulang sekolah."

Nara mengerucutkan bibirnya. "Ya udah deh."

Jari kelingking Nares terangkat ke atas. "Janji! kalo Rama datang, kamu makan."

Nara menautkan kelingkingnya pada Nares. "Janji!"

***

"Gimana luka lo? Udah baikan?"

Nara menoleh ke samping, ia melihat Rama yang masih memakai seragam sekolah berjalan ke arahnya.

Nara menopang dagunya seraya tersenyum lebar. "Selama ada Rama, Nara selalu baik-baik aja."

"Nih," Rama menyodorkan buku tulis miliknya. "Catatan hari ini di sekolah."

Nara tersenyum dan menerima buku itu setelahnya. "Rama yang nulis?"

"Ya," jawab Rama singkat.

Beberapa detik kemudian, bibir Nara terangkat sempurna. Senang sekali melihat Rama peduli padanya.

"Cie, peduli," goda Nara yang asik mencolek lengan Rama.

"Lo makan dulu, jangan nyusahin ayah lo," ucap Rama mengalihkan pembicaraan.

"Nanti aja! Kita ngobrol-ngobrol dulu. Kangennnn!"

"Nara! Makan dulu!" Tegas Rama.

Nara mendengus sebal sebelumnya. "Ambiliiin."

Rama menurut, ia mengambil makanan yang sudah di siapkan di atas nakas.

"Suaapiiin...." Rengek Nara manja.

"Manja banget sih lo! Nyusahin aja!"

"Tangan Nara masih sakiiit tau!" Elak Nara.

Dengan berat hati, Rama menyuapi Nara. "Buka mulutnya."

Nara membuka mulutnya lebar-lebar dan mengunyah makanan tersebut. "Kwalo Rwama ywang nywapin, mwakanannywa lewb-"

Uhuk uhuk

Dengan sigap, Rama meminumkan air mineral pada Nara. "Kalau makan, jangan ngomong dulu."

Nara mengangguk patuh, ia melanjutkan aktivitas makannya tanpa mengoceh.

Setelah dirasa sudah selesai, Rama berdiri dan menyampirkan tas di pundaknya. "Gue pulang, kewajiban gue udah selesai."

Nara mencekal pergelangan tangan Rama. "Eitsss, ada kewajiban yang belum di penuhi."

"Apa?"

"Kewajiban mencintai Nara."

"Tenang aja, Nara termasuk orang yang sabar kok. Jadi Nara akan tunggu sampai Rama suka sama Nara."

"Udah ngomongnya? gue mau pulang."

Nara mempererat cekalan tangannya. "Rama boleh pulang kalau udah Selfie bareng Nara."

Rama menggeser tubuhnya, menjauh dari Nara yang sudah mendekat kepadanya.

"Kali ini aja, kita foto bareng. Nara cuma punya foto candid Rama yang di ambil diem-diem."

Rama tidak menyahut, ia melepaskan cekalan tangan Nara dengan mudah dan bersiap melarikan diri. Namun Nara pantang menyerah, ia mengunci pintu kamarnya dari dalam.

Nara mengarahkan ponsel ke hadapannya. Nara menampilkan senyum terbaiknya sedangkan Rama diam tak berekspresi.

"Senyum dikit!" Ucap Nara memaksa.

"Nggak!"

Karena gemas dengan Rama, Nara memeluk cowok itu sambil menyengir. Rama tersentak kaget.

Foto mereka terabadikan.

_____

Jangan lupa tinggalkan jejak gaes! Voment kalian berpengaruh^^

Aku lagi di posisi males nulis, maunya rebahan, nonton Drakor, makan, gitu aja terus:(

Salam sayang dari Diva:*

Continue Reading

You'll Also Like

53.9M 4.4M 69
Serial adaptasi kini sudah tayang di Vidio! Gini rasanya jadi ISTRI seorang santri ganteng mantan badboy>< buruan lah mampir, siapa tau suka. F...
761K 36.5K 56
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
3.3M 272K 46
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
310K 16.9K 32
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...