Mora & Megan 2

By dewisavtr

331K 9.9K 6K

Mora dan Megan terpaksa harus menjalani Long Distance Relationship saat Mora harus menempuh S2 di Kota Jakart... More

Cast
Mora & Megan 2 "Rewrite"
Prolog
Chapter 1 - Jakarta
Chapter 2 - Namanya Alivio
Chapter 3 - Hari Pertama
Chapter 4 - Soal Renatha
Chapter 5 - Jakarta Malam Ini
Chapter 6 - Kembali Lagi
Chapter 7 - Awal yang buruk
Chapter 8 - Salah Paham
Chapter 9 - Terlalu Kecewa
Chapter 10 - Terpaksa
Chapter 11 - Bicara pada Mora
Chapter 12 - Cukup sampai disini?
Chapter 13 - Akhir Cerita Cinta
Chapter 14 - Semua tentang Alivio
Chapter 15 - Tak Ada Pilihan Lain
Chapter 16 - Tak Mampu Pergi
Chapter 17 - Persiapan Pernikahan
Chapter 18 - Aku Sungguh Cinta Kamu
Chapter 19 - Bahagia Bersama yang Lain
Chapter 20 - Ada aku yang sayang padamu
Chapter 21 - Sahabat Terbaik
Chapter 22 - Kesempatan
Chapter 23 - Bandung Kota Sejuta Kenangan
Chapter 24 - Ulang Tahun Megan
Chapter 25 - Kamu tidak akan mengerti
Chapter 26 - Menjagamu
Chapter 27 - Menyatakan Perasaan
Chapter 28 - Jawaban
Chapter 29 - Reuni (1)
Chapter 31 - I Can't Without You
Chapter 32 - Gara-gara Mora?
Chapter 33 - Berjuang
Chapter 34 - Pilihan
Chapter 35 - Seseorang yang mengerti dirimu
Chapter 36 - Tidak pernah bisa cinta lagi
Chapter 37 - Bimbang
Chapter 38 - Pulang
Chapter 39 - Perasaan Buruk
Chapter 40 - Pertemuan Terakhir?
Chapter 41 - Gundah

Chapter 30 - Reuni (2)

2.2K 222 297
By dewisavtr

Renatha membuat kebahagiaan itu menghilang seketika. Mora yang ketika itu sedang memeluk Megan kontan saja langsung melepaskan pelukannya, merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan. "Sorry, Ren. Gue—"

Plak! Belum saja Mora menyelesaikan ucapannya, Renatha telah sukses menampar Mora hingga semua orang mengarahkan pandangannya pada Renatha sekarang. "Dasar perempuan murahan! Kamu pikir kamu siapa bisa memeluk calon suami orang sembarangan? Hah?!" Seru Renatha marah, Megan yang melihat semua itu pun geram, lantas ia menarik kerah blazer yang sedang Renatha pakai hingga membuat Renatha bergidik ketakutan. Belum pernah ia melihat Megan yang semarah itu padanya.

"Berani lo nampar Mora? Hah?!" Teriak Megan hingga membuat semua teman-teman Destroyernya datang berusaha melerai, "Kalau lo bukan perempuan! Udah gue bunuh lo malam ini juga!"

Sementara itu, Mora yang masih berada disana hanya bisa memegangi pipinya yang panas dan memerah. Alivio kontan saja datang untuk menolong Mora, "Ra? Kamu nggak apa-apa kan? Mana yang sakit?" Tanya Alivio, namun tidak ada jawaban apapun dari Mora. Alivio yang juga geram pun lantas menumpahkan kemarahannya pada Megan.

"Lihat? Ini semua gara-gara cewek lo, anjing!" Seru Alivio sembari memukul Megan hingga jatuh ke belakang.

Tak mau kalah begitu saja, Megan langsung saja beranjak dari tempatnya sembari menghapus darah yang sempat mengalir di bibirnya. Megan dengan sangar langsung menghampiri Alivio dan menarik kerah kemejanya. Kemudian, ia menyeringai, "Heh anjing! Mora itu punya gue dari dulu, membelanya seperti itu seakan-akan dia milik lo itu malu-maluin diri lo sendiri!" Megan lalu dengan sekuat tenaga ia membalas pukulan Alivio dengan satu tangannya hingga Alivio pun terjatuh. Megan yang begitu menggebu lantas dengan liar berkali-kali memukuli Alivio ketika Alivio tergeletak tak berdaya.

Kelvin dan teman-temannya yang melihat itu pun langsung menarik Megan darisana, "Gan! Cukup! Lo mau bunuh anak orang disini, hah?!" Seru Kelvin menyadarkan Megan.

"Heh bajingan! Jangan pernah lagi lo taro kaki lo di Bandung, karena gue bakalan jadi orang pertama yang bikin lo babak belur!" Teriak Megan dengan pakaian yang sudah kusut.

Alivio pun berusaha bangkit dari tempatnya dan menoleh ke arah Renatha, "Ini semua gara-gara lo! Jangan cuma diem setelah apa yang lo lakuin! Cewek kayak lo, nggak pantes di cintai, karena lo nggak punya hati!" Serunya lagi sebelum akhirnya Mora menggotong tubuhnya dan membawa Alivio keluar dari tempat itu, berusaha menjauhkannya dari Megan. Semoga Megan akan mengerti, batin Mora.

Megan masih berdiri disana, memandangi Renatha dengan napas yang naik turun, kedua tangannya mengepal sempurna seakan siap menelan Renatha hidup-hidup. Renatha yang melihat itu pun hanya menangis dan bediam diri. Ia bahkan takut pada Megan, ia tidak ingin melihat Megan sekarang. Lelaki itu begitu menakutkan.

"Megan.. kenapa kamu kayak gini sama aku? Aku tuh calon istri kamu! Kenapa kamu malah bela dia?" Renatha membela diri, "Megan—"

"Jangan pernah sebut nama gue, brengsek!" Teriak Megan. Sementara semua teman-temannya berusaha membuat Megan tenang. Mereka membawa Megan kembali duduk ke tempatnya, meninggalkan Renatha yang masih berdiri disana sembari menangis. Alumni lain yang tadi sempat menonton masalah itu pun kembali duduk di tempatnya masing-masing. Acara kembali berjalan sebagaimana mestinya walaupun Mora sudah tak lagi kembali ke tempatnya. Pembawa acara kembali mencairkan suasana setelah tadi sempat ada ketegangan di ruangan itu.

Renatha yang tidak ingin berada di restaurant ini pun lantas melangkahkan kakinya pergi sambil menangis. Ia tidak ingin melihat lagi Megan yang semarah itu padanya. Di dalam batinnya ia bertanya-tanya, memangnya apa salahnya? Renatha hanya tidak ingin Mora menyentuh calon suaminya. Renatha sungguh takut jika Megan akan kembali pada Mora setelah tadi mereka sempat bertemu. Renatha benar-benar takut semua ini akan berakhir. Kini, perempuan itu hanya bisa menangis sembari memikirkan apa yang selama ini menjadi ketakutannya. Entah dengan apa ia harus pulang, ia hanya masih takut jika Megan akan kembali menyakitinya lagi.

Sementara itu, Mora dan Alivio kini sudah berada di tempat yang aman. Mereka berdiam diri di apotik terdekat di sana, Mora berusaha mengobati luka yang ada di wajah Alivio. Wajah itu kini penuh dengan luka lebam akibat pukulan Megan tanpa henti. Entah kenapa sekarang Mora merasa menyesal karena telah membawa Alivio datang ke reuni itu. "Vi.. sorry, ya?" ujar Mora dengan wajahnya yang merasa bersalah.

"Maaf tentang apa, Ra?" Tanya Alivio sembari tersenyum.

"Kalau aja lo nggak ikut gue ke reuni ini, lo nggak akan babak belur.."

Alivio kontan tertawa, "Ini tuh bukti, Ra."

"Bukti?"

"Iya, bukti kalau Megan memang cowok yang patut lo kejar." Jawab Alivio membuat Mora tersenyum.

"Kenapa memangnya?"

"Lo nggak lihat tadi? Betapa marahnya dia ketika gue pukul soal Renatha yang nampar lo. Dia juga seketika bilang, kalau lo adalah miliknya sedari dulu. Ini bukti kalau dia memang masih cinta sama lo, dia nggak peduli sama Renatha. Dia bahkan pukulin gue karena mungkin dia nggak pengen ada orang yang so jadi super hero buat lo kecuali dia sendiri," Papar Alivio menjelaskan.

"Yah, sebenarnya gue setitik lega. Karena hari ini, gue dan Megan sama-sama jujur soal perasaan kita berdua— walaupun nggak banyak! Seengganya hari ini dia tahu, kalau gue masih cinta sama dia," Balas Mora dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, "Semoga setelah ini, kita saling berjuang. Nggak ada lagi hanya diam dan membiarkan semuanya berakhir percuma. Gue yakin, setelah ini Megan pasti nggak akan tinggal diam."

"Iya, baguslah kalau hadirnya lo hari ini ngebuat dia ikut berjuang," ujar Alivio meyakinkan, "Entah— gue harus sedih apa harus seneng lihat lo yang sekarang ini. Tapi, makasih banyak ya, Ra. Berkat lo dan juga Megan, gue jadi tahu apa itu cinta yang sesungguhnya. Gue berharap, gue bisa nemuin orang yang seperti lo nanti.."

Mora tertawa kecil seraya memukul Alivio pelan, "Apa sih, Vi! Lo harus dapet yang lebih baik dari gue!"

Alivio mengangguk menyetujui. "Okay! Nah sekarang kita harus nunggu kereta sekarang di stasiun. Aduh, malu bener muka gue babak belur begini."

"Beli masker sana!" ucap Mora menahan tawanya sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jaket, "Gue pesen taksi ya!"

**

"Ya amplop! Ini bibir darahnya nggak berhenti-berhenti!" ujar Kelvin yang sedang mengobati luka di bibir Megan. Mereka masih berada di depan restaurant itu malam ini ketika semua orang sudah bubar pada jam 11 malam. Tidak ada siapapun lagi yang ada disana kecuali mereka dan security. Sebenarnya, acara seharusnya selesai jam 12 malam, namun karena satu dan berbagai hal akhirnya acara di persingkat untuk reuni pertama yang diadakan Kelvin dan kawan-kawan hari ini.

"Ini mah kayaknya ada masalah sama bibirnya," sahut Ramon sembari memainkan game di ponselnya.

"Apaan?" Tanya Kelvin tidak mengerti.

"Ya elah masa nggak tahu? Itu loh, bibirnya Megan tuh perlu di... di kasih asupan gitu," Balas Ramon, akan tetapi Kelvin masih bengong tidak mengerti.

"Asupan apa sih, Mon? Vitamin?"

"Bukan bego, itu loh si paketu kan udah lama mungkin nggak ci... jadi berdarah terus!"

"Ci? Apaan? Cireng? Cilok? Ci apaan sih?" Tanya Kelvin masih juga tak mengerti. "Megan udah lama nggak makan cireng?"

"Halah udahlah susah," Sela Claveron kesal, "Heran tuh ceweknya kenapa cinta mati banget nih sama si kutu kupret satu! Udah gitu bego lagi."

"Udah udah, lebih baik sekarang kita pulang, udah malem nih, yuk! Sebelum bokap gue bikin ulah lagi!" ujar Megan seraya merogoh saku celananya mencari kontak mobilnya. "Untung aja dia izinin gue hari ini gara-gara bawa Renatha."

"Yuk, kasian tuh cewek-cewek udah pada capek, malah tidur di mobil!" Claveron mengiyakan sembari melirik ke arah mobil Ramon dan juga dirinya, dimana Rachel dan Clara sudah tertidur pulas di mobil pacarnya masing-masing.

"Ngomong-ngomong soal pulang nih, bro. Tadi kan lo kesini sama si nenek gayung, sekarang tuh nenek kemana ya?" Kelvin bertanya, "Kan tadi dia pergi sama lo. Cuma gara-gara kejadian tadi, dari situ dia udah nggak kelihatan lagi."

"Bodo amat! Gue nggak peduli! Dia punya handphone, dia bisa telepon bokapnya buat jemput, simple!" Seru Megan sembari memasukan tubuhnya ke dalam mobil berwarna merah pekat miliknya. Mendengar itu, Kelvin, Ramon dan Claveron yang masih berada disana hanya mengiyakan dan langsung menaiki mobilnya masing-masing untuk pulang ke rumah.

Satu persatu mobil itu keluar dari area restaurant dan berpisah di jalan Dago atas, mengingat keempatnya memiliki rumah yang berbeda arah. Megan lanjut menelusuri jalanan Dago atas menuju pulang dengan hati yang sumringah. Walaupun wajahnya terluka, tapi malam ini ia tidak menyangka bahwa ia akan mendengar semua kata-kata itu dari mulut Mora. Megan begitu bahagia, bukan main.

Bahkan ia tak masalah jika Mora harus pergi bersama Alivio tadi, karena Megan tahu kalau Mora masih tetap mencintainya, bukan Alivio. Hati Mora masih untuknya, tidak ada orang lain. Mendengar pernyataan itu dari mulut Mora begitu membuatnya bersemangat. Ia bahkan berjanji untuk berjuang agar pernikahan itu tidak akan terjadi. Pernikahan itu harus batal, dan Megan lah yang akan membatalkannya.

Megan begitu senang karena kali ini, Megan mempunyai alasan kenapa ia harus berusaha untuk membatalkan pernikahan itu. Alasan itu adalah karena Mora. Perempuan yang selama ini membuatnya putus asa dan sendiri ternyata berbohong, dia berbohong soal telah mencintai orang lain. Hari ini semuanya terbukti, dengan mata dan telinga Megan sendiri. Bahwa perempuan itu, masih memiliki perasaan yang sama dengan Megan. Bahkan, dia tidak ingin Megan pergi lagi. Suatu hari yang begitu sempurna!

Malam ini ia akan memberikan Mora pesan lewat ponsel Ramon yang sudah ia pinjam. Pasalnya, selama sang Ayah mengekangnya, ponsel Megan selama ini disita. Megan tidak boleh menghubungi Mora ataupun teman-temannya selama ia tidak bisa menyetujui pernikahan itu. Maka itu sebabnya, Megan jarang sekali bisa memainkan ponselnya. Kalaupun bisa, itu adalah hasil dari mengambil secara diam-diam. Dan pada akhirnya, ponsel itu tetap kembali pada Ayahnya. Tapi Megan sudah cukup lega malam ini karena Ramon sudah berbaik hati mau meminjamkan ponselnya sampai besok. Setidaknya malam ini ia akan kembali mengobrol dengan Mora!

Sesampainya Megan di rumah, semua lampu sudah mati. Kedua orang tuanya sudah tertidur pulas di kamarnya. Megan hanya berlari pelan memasuki kamarnya yang berada di atas, untuk cepat-cepat memberikan Mora pesan.

LINE

Ramon Geraldy : Hai raa

Ramon Geraldy : Ini Megan, pake hp nya Ramon hehe. Seneng bisa ketemu kamu hari ini

Ramon Geraldy : Banyak yg hrs Megan ceritain sama kamu raaa

Ramon Geraldy : Kamu lagi di jln pulang ke Jkt ya?

Ramon Geraldy : Kalau gitu, hati-hati ya raaaa kabarin Megan kalau udah sampe Jakarta. Raa, jangan nangis lagi yaaa. Kalau mora bilang jangan tinggalin lagi, megan juga nggak bakal tinggalin orang yang paling megan sayang. Megan selalu sayang sm kamu raaa, nggak pernah berganti jd org lain. Dan satu hal yg perlu kamu tau!

Ramon Geraldy : Kalau megan memang ingin menikah, sudah pasti orang yang megan akan lamar itu kamu ra. Megan akan cari kamu walaupun kamu sejauh planet pluto karena megan cuma mau nikah sm kamu :)

Ramon Geraldy : I love you!

***

UDAH PUAS BELUM HARI BAHAGIANYA?

+250 comments dan votes jangan lupa!!! Lanjut ke chapter 31! Thank you all! I love you!🥰

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

565K 3.2K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
6.5M 336K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...