Fate Of Tania

By Katalia03_

8.1M 768K 105K

[Yuk follow dulu sebelum baca❤] Rank #1 in Fiksi remaja [26-11-2020] Rank #1 Romance [30-11-2020] Rank #1 in... More

Prolog
1. She Is Tania
3. Deep Trauma
4. He is Danger
5. Hopes And Wounds
6. Hope Only Dream
7. Change
8. Bad Day
9. Is He Jealous?
10. Miss You Mom
11. Palpitation
12. Suprised
13. Star And Moon
14. Hope
15. Lunch
16. Broken
17. Alex Mother
18. Ruckus
19. Scarllet Birthday [1]
20. Scarllet Birthday [2]
22. Searching
21. I Will Protect You
23. Unexpected
24. Announcement
25. A Beautifull Day
26. With You
27. A Problem
28. Win And Lose
29. A Matter Of Taste
30. Taste Revealed
31. Secrets Exposed
32. Together
33. Holiday
34. Chaos
35. Unrelenting Pain
36. Forever
37. Retaliation
38. Which Actually
Squel!!
HAPPY-HAPPY!!!
Vote Cover & Giveaway
Fate Of Tania💙
Open PO!!

2. Who Is He?

212K 22.6K 1.9K
By Katalia03_

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Tania menatap sekeliling kantin yang nampak ramai. Tania bisa melihat bagaimana mereka nampak nyaman dengan temannya masing-masing.

Teriakan, gurauan, tawa menyambut telinga Tania, ketika gadis itu sampai didepan pintu kantin. Tania meremas tangan gadis disampingnya, hingga gadis berponi itu menoleh dan ia menemukan raut gugup dan takut di wajah cantik Tania.

"Lo kenapa?" Nata mengerutkan keningnya saat menatap raut wajah Tania.

"Emm kantinnya rame banget," jawab Tania berbisik pelan, nyaris tak terdengar.

"Ya iyalah Tania, namannya juga kantin ya pasti rame lah! Kalau mau sepi ya lo ke kuburan sana!" Ketus Nata dengan memutar bola matanya malas.

"Aku dikelas aja deh," Baru saja Tania ingin membalikan tubuhnya, Nata segera menahan tangan gadis itu hingga membuat Tania hampir saja terhuyung jika ia tidak bisa mengimbangi diri.

"Lo kenapa sih?" tanya Nata heran.

"Aku nggak terbiasa sama keramaian," gumam Tania.

"Ya ampun Tania, cuma itu doang alasan lo? Udah ah pokoknya kita makan dikantin. Makanan dikantin enak-enak loh, nyesel kalau lo nggak ngerasain," seru Nata dengan penuh semangat, dan menarik Tania guna mencari bangku kosong untuk mereka duduki.

Pilihan Nata jatuh pada bangku yang berada di ujung hingga menampilkan kaca pembatas antara kantin siswa dan kantin siswi. Membuat mereka bisa melihat jelas kantin para lelaki.

"Duduk disini aja ya, sekalian cuci mata." kata Nata.

"Lo tunggu sini aja biar gue yang pesenin. Lo mau pesen apa?" tanya Nata.

"Terserah kamu, sama kaya kamu juga boleh."

Tania terlihat sangat tidak nyaman sekali. Namun Nata adalah Nata, gadis keras kepala yang tak menerima bentuk penolakan apapun.

Setelah Tania mengatakan itu Nata berlalu untuk memesan makanan.

Tania mengedarkan pandang ke sekelilingnya. Kantin sekolah ini nampak ramai walau hanya diisi oleh murid perempuan saja.

Apalagi jika digabungkan dengan kantin sebelah, Tania meringis ngeri saat membayangkan ratusan orang bergerumul demi mendapatkan makanan.

Kantin disini merupakan kantin 2, sedangkan kantin 1 khusus untuk para lelaki. Kantin berdesain modern dengan ruangan kaca itu mampu membuat para murid nyaman dengan segala fasilitas yang ada. Tania rasanya ingin sekali berkeliling sekolah untuk sekedar melihat seisi sekolah mewah ini.

Pemilik sekolah ini juga tak tanggung- tanggung dalam menyiapkan segala fasilitas keperluan murid. Semua yang diperlukan murid sudah tertata rapi ditempatnya masing-masing.

Memang biayanya tidak murah untuk masuk ke sekolah ini. Tetapi semua akan terbayar dengan segala keindahan, kenyamanan, dan kemewahan yang ada disekolah ini.

Rata-rata yang sekolah di SIHS merupakan anak-anak kalangan atas, yang diberi kekayaan melimpah, hingga mampu bersekolah disini.

Prestasi? Jelas SIHS kerap sekali membawa piala kejuaraan dan beberapa piagam pengharagaan lainnya.

Walau mereka berada dikalangan atas namun tak menampik bahwa mereka diberkati otak-otak yang cerdas hingga bisa mengharumkan nama sekolah. Haruskah Tania bersyukur bisa sekolah disini?

"Makanan datang!" Nata kembali dengan wajah cerianya. Ia mulai meletakan hidangan dengan tampilan lezat dan pastinya harganya mahal dalam satu porsi makanan.

Tania tersenyum kikuk. "Eh aku belum kasih uang ke kamu,"

Nata menyeruput minuman yang tadi ia beli, "Santai kalau sama gue mah."

"Aku ganti di kelas aja ya?" Tania mulai menikmati hidangan yang memang memanjakan lidah para murid disini. Sedangkan Nata, menggangguk mengiyakan.

"Gue lihat lo kok kaku banget sih?" tanya Nata.

"Emang aku orang nya kaku, kan belum kebiasa sama lingkungan sekitar." jawab Tania sekenannya.

"Tuh kan! lo aja masih pake aku-kamu." tukas Nata.

Tania meringis kecil, "Dari kecil aku udah biasa kayak gini, kan aku anak Homescholing."

"Emang kenapa sih lo milih Homescholing? Kenapa nggak sekolah biasa aja? Kan enak tuh, kayak gini contohnya, rame, nggak monoton." Nata berkata dengan nada semangat, yang disambut kekehan geli Tania.

Tania sangat bersyukur bisa menemukan gadis cerewet didepannya ini, walau nampak menyebalkan namun gadis itu selalu berusaha membuat suasana yang tadi canggung kini tergantikan dengan candaan yang mengalir, hingga mampu membuat Tania tersenyum senang.

Sesaat Tania menghentikan kegiatan memakan 'chess burger' nya. Ia merasakan ada 'seseorang' yang tengah memperhatikannya. Ia melirik ke seluruh penjuru kantin namuan tak menemukan sesuatu yang aneh.

"Lo kenapa?" tanya Nata melihat raut bingung Tania.

Tania menoleh, "Aku ngerasa ada yang merhatiin," bisik Tania.

"Yaelah namanya juga banyak orang, perasaan lo aja kali." ucapan Nata memang terdengar masuk akal.

Namun, entah kenapa Tania benar-benar merasa di intimidasi oleh seseorang. Saat ia menoleh ke kaca pembatas, ia bisa melihat seseorang tengah mengamatinya dari jarak jauh. Tidak terlihat jelas wajahnya. Matanya semakin menajam, berusaha mengenali wajah itu.

Belum sempat 3 detik ia melihat orang tersebut, wajahnya sudah tertahan dengan tangan Nata yang kini nampak menutupi sebagian wajahnya yang membuat ia terkejut.

"Jangan dilihat!" bisik Nata didepan wajah Tania.

Tania bergumam pelan, "Kenapa?"

Nata semakin mendekatkan wajahnya pada Tania, "Pokoknya lo jangan lihat sekumpulan anak disana, jangan lihat, jangan tatap, dan jangan lirik!" perintah Nata dengan nada seriusnya.

"Ya tapi kenapa?"

"Nanti gue jelasin!"

Tania hanya bisa menghela nafas lalu lanjut memakan makanannya.

"Nata," panggil Tania yang membuat gadis berponi itu mendongak, "Nanti temenin aku keliling sekolah ya?" pinta Tania.

"Boleh nanti jamkos kok, sekalian gue mau jelasin semuanya."

-o0o-

Setelah istirahat telah usai, Nata mengajak Tania untuk memulai keliling sekolah. Tania kerap sekali berdecak kagum kala melihat seisi sekolah.

Benar kata Mama-nya, dunia luar lebih indah dari dunia-nya selama ini yang hanya berisi kegelapan dan kesedihan. Tak sia-sia Alena memilihkan tempat sebagus ini untuknya. Ingatkan Tania untuk berterima kasih pada Alena!

"Nah disini juga ada ruangan khusus untuk kelas musik dan disampingnya juga ada kelas dance," terang Nata dengan menunjuk dua bangunan yang nampak elegant dengan desain modern.

"Nah setelah ini lo mau ikut kelas apa?" tanya Nata.

Tania menoleh dan menatap Nata, "Kalau kamu ikut kelas apa?"

Bukannya menjawab, Tania malah melempar tanya balik pada Nata.

"Gue ikut kelas basket. Lumayan buat cuci mata. Kan sering tuh basket cowok ditemuin sama basket cewek," ucap Nata.

"Jadi?" Tania menatap hamparan lapangan ' out dor ' yang nampak ramai, karena adanya beberapa siswi yang tengah melakukan 'cheerleader'.

"Ah, Lo mau ikutan kelas cheerleader?" tanya Nata setelah mengikuti arah pandang Tania.

Tania menoleh kearah Nata, lalu mengendikan bahunya dan tersenyum lembut.

"Aku nggak tau. Nanti aku pikirin lagi," sahut Tania.

"Eh tapi di pikir-pikir lo emang cocok sih ikutan kelas itu, cewek-cewek yang hobinya teriak-teriak, loncat- loncat sampe guling-guling gak jelas itu." Dari sini Nata bisa melihat aksi akrobat yang tengah di tunjukan para anggota cheerleader.

Tania terkekeh melihat wajah aneh Nata.

Nata menatap seluruh badan gadis yang kini menjadi temannya atau lebih tepat sahabatnya? Entahlah.

Tania memang memiliki badan yang bagus untuk ukuran perempuan yang telah mengalami pubertas. Tubuhnya tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, tingginya juga sama seperti perempuan seusianya.

Wajahnya yang selalu menampilkan raut wajah sayu dan terkesan polos itu, entah kenapa membuat kecantikan yang ada pada diri gadis itu menguar begitu saja.

"Nah kan, lo punya segalanya Tania, lo tinggal daftar aja, pasti langsung diterima kok sama si Angel."

Tania hanya bisa menggeleng- nggelengkan kepalanya, seolah dia belum tau keputusan apa yang ia ambil dalam menentukan minat bakatnya. Yang sekarang ia fokuskan adalah bagaimana caranya agar ia bisa membuat bangga Mama-nya.

"Lihat aja nanti,"

Tania menoleh saat ia melihat segerombolan lelaki tengah memasuki pintu masuk gedung ini.

"Nata, dia it--" Belum sempat Tania melanjutkan ucapannya, mulutnya sudah dibekap oleh Nata hingga membuat ia terkejut.

Dengan tergesa-gesa Nata menarik tangan temannya, menuju ke tempat yang lebih tertutup. Dan Nata memutuskan untuk menggeret Tania menuju Taman belakang.

"Kamu kenapa?" tanya Tania dengan raut wajah bingung.

"Lo yang kenapa?!" sebal Nata, "Gue kan udah bilang jangan lihat, tatap ataupun lirik dia, Tania."

Nata mencubit pipi Tania gemas. Sangking gemasnya Nata ingin sekali mencopot pipi gadis didepannya ini.

"Aw--- udah Nat," Tania melepaskan tangan Nata yang bertengger di pipi- nya, setelah itu ia mengelus pelan pipi-nya, yang kini nampak memerah karena ulah Nata.

"Emang kenapa sih?" tanya Tania penasaran.

"Yang lo lihat tadi itu, adalah raja disekolah ini, dan disini memang diperintahkan untuk nggak menatap atau sekedar melirik 'dia' dan lebih parah bermasalah sama 'dia'. Karena kalau sampai itu terjadi abis deh kita," Jelas Nata dengan nada menggebu.

"Segitu bahayanya ya dia?" tanya Tania pelan.

"Tania sayang, dia itu lebih berbahaya dari pada Mr. Teddy berkumis kuda itu. Dia itu bagaikan penguasa di sekolah ini, dia punya segalanya Tan, dan lo harus tau, semua yang kita tempati sekarang itu juga milik dia," jelas Nata.

"Dan kita itu cuma dianggap sebagai rakyat yang harus menghormati raja, bahkan guru-guru pun pada angkat kaki kalau udah berurusan sama dia." lanjut Nata.

"Terus teman--"

"Nah kalau itu lebih ke arah pawang-pawangnya yang perfect-able, liat aja penampilan mereka segitu kerennya. Dan kalau lo baca cerita tentang fantasy, 'dia' itu bagaikan lord dan teman-nya itu cuma bawahan yang nggak sebanding sama dia!" jelas Nata.

"Nata kamu kesannya kayak hiperbola tau," gumam Tania.

Kenapa ungkapan Nata terdengar seperti di lebih-lebihkan? Teman, masa dibilang bawahan?

"Ini bukan sejenis hiperbola atau operbola Tania, ini nyata. Karena kalau sekali lo berurusan sama dia, artinya lo harus siap terjun dari lantai atas gedung ini," Tutur Nata dengan nada yang dibuat seserius mungkin.

Wajah lucu itu terlihat sangat serius.

"Because he is danger," Bisik Nata pada telinga Tania.

Tania meringis. Berbahaya apa yang dimaksud Nata?

"Jadi kalau lo mau aman? Yaudah turuti apa kata gue," ujar Nata.

Tania kini hanya diam, lidahnya terasa kelu kala mendengar semua penjelasan Nata. Ia ingin percaya atau tidak, itu terlalu membingungkan, semua itu akan terasa aneh karena ia belum melihat kebenarannya.

"Nah itu mereka," Seruan Nata membuat Tania menoleh dan menatap ketiga lelaki yang nampak gagah tengah melewati koridor yang nampak sepi.

Karena semua orang lebih memilh menyingkir dan menundukan kepalanya masing-masing. Segitu hormat kah mereka pada para lelaki itu?

"Gue kasih tau namanya ya, Yang pinggir yang agak iteman dikit itu namanya Resaka David Alfarenzo, dia lebih sedikit ramah sih walau galak, tapi seenggaknya dia pernah nglemparin senyum walau cuman beberapa kali." Jelas Nata.

"Nah, yang pakek kaca mata itu, namanya Nathaniel Andreas, cowok lemah lembut karena bicaranya selalu pelan, kalau sama perempuan. Karena menurutnya perempuan itu adalah sosok yang harus dihormati," Sambungnya. Jelas sekali ada binar cerah di mata Nata. Hal itu mampu membuat Tania mengernyit bingung.

"Dan yang tengah itu,"

Sebelum melanjutkan ucapannya, Nata meneguk ludahnya. Karena tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering saat melihat tatapan tajam itu. Walau bukan mengarah kepadanya, tapi ia serasa di tusuk oleh tatapan tajam milik lelaki itu.

"Alexander Kevin Aldebaran. Dan itu adalah orang yang tadi gue ceritain sama lo." lanjut Nata pelan.

Tania hanya bisa terdiam, seraya menatap lelaki yang dimaksud Nata.


#Vote🌟&Comment💬

Continue Reading

You'll Also Like

5.3M 205K 44
"Ups, sorry gue gak sengaja" Hanna menghampiri Hanif yang sedang memegang 'anu'nya. "Alah, gak sengaja tapi niat kan?!" Hanif menaikkan suaranya dua...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 49.3K 22
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
4.1M 313K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
1.8M 76.1K 66
Audira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di...