Mora & Megan 2

By dewisavtr

331K 9.9K 6K

Mora dan Megan terpaksa harus menjalani Long Distance Relationship saat Mora harus menempuh S2 di Kota Jakart... More

Cast
Mora & Megan 2 "Rewrite"
Prolog
Chapter 1 - Jakarta
Chapter 2 - Namanya Alivio
Chapter 3 - Hari Pertama
Chapter 4 - Soal Renatha
Chapter 5 - Jakarta Malam Ini
Chapter 6 - Kembali Lagi
Chapter 7 - Awal yang buruk
Chapter 8 - Salah Paham
Chapter 9 - Terlalu Kecewa
Chapter 10 - Terpaksa
Chapter 11 - Bicara pada Mora
Chapter 12 - Cukup sampai disini?
Chapter 13 - Akhir Cerita Cinta
Chapter 14 - Semua tentang Alivio
Chapter 15 - Tak Ada Pilihan Lain
Chapter 16 - Tak Mampu Pergi
Chapter 17 - Persiapan Pernikahan
Chapter 18 - Aku Sungguh Cinta Kamu
Chapter 19 - Bahagia Bersama yang Lain
Chapter 20 - Ada aku yang sayang padamu
Chapter 21 - Sahabat Terbaik
Chapter 22 - Kesempatan
Chapter 23 - Bandung Kota Sejuta Kenangan
Chapter 24 - Ulang Tahun Megan
Chapter 25 - Kamu tidak akan mengerti
Chapter 26 - Menjagamu
Chapter 27 - Menyatakan Perasaan
Chapter 29 - Reuni (1)
Chapter 30 - Reuni (2)
Chapter 31 - I Can't Without You
Chapter 32 - Gara-gara Mora?
Chapter 33 - Berjuang
Chapter 34 - Pilihan
Chapter 35 - Seseorang yang mengerti dirimu
Chapter 36 - Tidak pernah bisa cinta lagi
Chapter 37 - Bimbang
Chapter 38 - Pulang
Chapter 39 - Perasaan Buruk
Chapter 40 - Pertemuan Terakhir?
Chapter 41 - Gundah

Chapter 28 - Jawaban

2.2K 199 277
By dewisavtr

Met malam minggu, all!

Hari ini triple updates! Seneng nggak? Selamat membaca dirumah! Dirumah aja ya jangan kemana-mana🥰

Happy reading! xx

***

Mora sempat terdiam beberapa saat setelah mendengar apa yang Alivio ucapkan padanya. Alivio bahkan tidak melepas genggamannya pada tangan Mora. "Gue serius, Ra. Karena gue nggak bisa tahan perasaan gue sendiri. Rasanya sakit tiap kali lo terus memikirkan tentang dia. Lo nggak pernah lihat gue yang selalu ada di samping lo, Ra." Papar Alivio sembari menitikkan air matanya.

"Lo emang selalu ada buat gue, Vi. Lo ada di samping gue di saat gue butuh seseorang, lo pendengar yang baik, lo nggak pernah mengecewakan gue sama sekali," ujar Mora, "Tapi— kalau lo minta gue untuk benci Megan dan mencintai lo? Sorry, gue nggak bisa, Vi. Selain nggak ada tempat untuk orang baru di hati gue, gue nggak mau ambil resiko soal lo, Vi. Gue nggak mau kehilangan teman sebaik lo."

"Hanya itu alasannya?"

"Sebenarnya, gue masih berharap suatu saat gue dan Megan akan kembali seperti dulu. Tapi lo tahu apa? Satu bulan lagi dia bakal jadi suami orang lain. Dan lo tahu? Gue ini bodoh! Terakhir Megan temui gue, dia bilang kalau dia cinta sama gue, dia mau gue berjuang buat dia. Bodohnya gue? Gue bilang gue cinta orang lain. Lo bayangkan, gue bikin hati dia patah hari itu, Vi. Dan gue menyesal. Gue menyesal, Vi.."

Mora menangis di tengah-tengah hujan yang masih menghujam Jakarta hari itu. Alivio sudah bisa mengambil kesimpulan, kalau Mora masih ingin kembali pasa Megan. Tapi, sayang semuanya sudah terlambat. Tinggal menghitung hari, Megan sudah sah menjadi milik orang lain. Dan Alivio mencoba mengerti betapa sakitnya itu. Mungkin Mora tidak bisa menerima cintanya sekarang, tapi siapa yang tahu nanti?

Tak tega melihat Mora menangis, Alivio langsung saja menarik Mora ke dalam dekapannya, "Megan adalah laki-laki beruntung. Entah apa yang dia lakukan waktu itu untuk dapetin lo. Jangan sedih, Ra.. kalau dia mau lo berjuang, maka sekarang lo harus berjuang buat dia. Karena penyesalan selalu datang di akhir. Lo nggak mau kan menyesal seumur hidup lo karena hanya diam dan berlagak bodoh di saat laki-laki yang lo cintai butuh lo?"

"Gue harus apa, Vi? Gue bahkan nggak tau—"

"Susul dia kesana, Ra. Lo harus buktikan kalau lo dateng buat dia, lo mau perjuangin dia, dan jangan biarin dia mikir kalau lo selama ini nggak peduli sama dia," Jelas Alivio, "Lo udah tolak cinta gue hari ini. Jangan sampai gue ngamuk ya, Ra karena lo pun nggak memperjuangkan Megan. Gue bahkan nggak mikirin hati gue demi lo perjuangin orang yang lo cintai."

"Makasih ya, Vi.. Lo emang teman yang baik, gue bersyukur bisa kenal sama lo, gue nggak tahu gimana kalau lo nggak ada buat gue sekarang," ujar Mora sembari melepaskan pelukan itu dan menghapus air matanya, "Lusa sebenarnya sekolah gue dulu ada reuni kecil-kecilan. Gue yakin Megan dan teman-temannya datang kesana. Dan gue udah putusin sekarang kalau gue pun bakal datang kesana! Gue mau ketemu Megan! Gue harus ketemu dia!"

"Butuh teman? Gue bisa kok temani lo lusa? Ya takutnya kan lo butuh gue disana?" Alivio mencoba menawarkan diri.

"Boleh, lusa temani gue ya!" Seru Mora menjadi semangat. Setidaknya ia akan bertemu Megan di reuni lusa nanti. Dia rindu wajah Megan, rindu segalanya. Dan lagipula, Mora sudah lama rasanya tidak pulang ke Kota asalnya, Bandung. Sudah lama Mora tidak pulang, dan ini saatnya dia untuk pulang, untuk bertemu seseorang yang di cintai.

Setelah berada di halteu itu cukup lama, akhirnya Mora dan Alivio pun pulang bersama dengan menggunakan taksi karena hujan yang tak kunjung juga berhenti. Selama di perjalanan, Mora tidak ada hentinya mengukir senyuman di wajahnya. Ia begitu terlihat bahagia, mengingat lusa kemungkinan Mora akan bertemu dengan Megan.

Alivio bisa merasakan hal itu. Dia tidak pernah melihat wajah Mora yang seperti ini sebelumnya. Dari sinilah dia yakini, kalau Mora memang sangat mencintai Megan. Sebenarnya, sedari tadi Alivio sedang menahan kesedihannya. Dia sedih karena ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia tidak bisa memiliki Mora karena Mora tidak mencintainya. Alivio hanya bisa menahannya, dia tidak ingin Mora tahu kalau dia sangat ingin menangis karenanya.

Setelah sampai di kost mereka, Mora langsung saja masuk ke dalam kamarnya setelah mengucapkan terimakasih. Alivio hanya mengiyakan dan pintu kamar Mora pun tertutup, meninggalkan Alivio yang masih ada di luar sana berdiri dalam kesedihan. Tak lama, Alivio kemudian masuk ke dalam kamarnya dan langsung menangis sejadi-jadinya. Alivio tidak pernah patah hati sesakit ini. Mora adalah patah hati yang paling menyakitkan untuk Alivio.

"Sial! Patah hati itu sungguh nggak enak!" Gumam Alivio, "Mending sakit gigi deh kalau tahu gini rasanya!"

Alivio kemudian menarik gitarnya yang berada tak jauh dari tempatnya. Patah hati ini harus ia lampiaskan segera, jika tidak sakitnya akan terasa sampai berhari-hari lamanya. Alivio mulai memainkan gitarnya dan bernyanyi..

Maafkan aku, jadi suka sama kamu..

Awalnya curhat, lama-lama ku cemburu..

Maafkan aku, yang mengharapkan cintamu..

Bila masih bersama, kutunggu kau putus..

"SIAL! KOK MALAH NYANYI LAGU ITU SIH!" Seru Alivio seraya melemparkan kembali gitarnya ke lantai dan kembali menangis. Baru kali ini Alivio menangis hanya karena perempuan. Perasaannya pada Mora begitu besar, hanya saja mungkin adalah salahnya sendiri memang mencintai orang yang mencintai orang lain. Entah perasaan ini harus di sesali atau tidak, Alivio bahkan bingung memikirkannya.

Sementara itu, di Kota yang berbeda. Semua anak-anak Destroyer tengah berkumpul dan membuat pesta BBQ di rumah Kelvin. Berhubung Megan berada disana dan bebas, maka mereka melakukan hal ini. Megan bahkan kini sudah sehat, tidak lagi lemas dan sudah sangat banyak makan. Mungkin memang inilah yang Megan butuhkan setelah Mora dan orang tuanya begitu membuatnya tertekan.

Kelvin— sahabat Megan bisa merasakan itu. Megan sudah kembali bisa tertawa saat ia di kelilingi oleh semua sahabat terdekatnya. Tidak ada pembahasan soal pernikahan, tidak ada soal Renatha dan Om Tegar, dan tidak ada soal Mora walaupun Kelvin tahu betul Megan sedang mengingatnya sekarang. Tapi, Kelvin bersyukur, setidaknya hari ini Megan aman dan tidak perlu merasa khawatir lagi. Semua sahabatnya bahkan tidak menyukai Megan yang penuh dengan ke putus asaan.

Ting! Tiba-tiba bel rumah Kelvin berbunyi. "Vin! Ada tamu tak di undang tuh!" Teriak Ramon hingga membuat semua orang menoleh padanya.

Kelvin yang sedang duduk sambil menikmati beberapa cokelat favoritnya pun langsung bangun dari tempatnya, membuka pintu dengan perasaan harap-harap cemas— takut jika Ayah Megan menemukan keberadaan sahabatnya itu. Begitu pintu terbuka, seorang pengantar pizza langsung tersenyum padanya, "Misi, mau antar pizza mas atas nama Kelvin Bagaskara?" Tanya mas-mas itu.

Kelvin hanya mengernyitkan dahinya lalu menjawab, "Saya? Pesen pizza sebanyak itu? Salah orang kali, mas?"

"Gue yang pesan!" Seru Claveron, "Megan yang suruh, tapi pake duit lo dulu katanya."

Kelvin kontan saja membulatkan matanya, "Berapa emang mas, semuanya?" Tanya Kelvin sembari mengeluarkan dompetnya dengan perasaan cemas.

"Total semuanya satu juta seratus dua puluh lima ribu," Jawab mas pizza dengan entengnya.

"BERAPA?!" Seru Kelvin kaget, "Wah ngerjain gue nih monyet-monyet!"

Semua teman-teman Destroyer yang sedang berada disana pun hanya pura-pura tidak mendengar dan langsung membuka semua pizzanya untuk mereka santap. Bahkan Ramon yang tak kuat menahan tawanya hanya cekikikan di belakang tubuh besar Claveron.

Kelvin lalu mengeluarkan jumlah uang yang di sebutkan oleh pengantar pizza itu dengan kesal, "Nih mas! Jangan dateng lagi ya! Nanti saya nggak makan lagi satu minggu!"

"Bohong, mas! Kelvin banyak duitnya!" Seru Alex sembari tertawa terbahak-bahak. Sementara mas pengantar pizza nya hanya tersenyum sembari melengos pergi.

"Enak bener ye lo pada!" Seru Kelvin marah, "Besok-besok pada ngungsinya dirumah Ramon ya! Biar dia yang bokek tuh seminggu!"

"Dih gitu balas dendaman! Jangan gitu, Vin.. kita ini keluarga lo juga, kan?" ucap Gideon sembari menepuk bahu sahabatnya itu pelan.

"Iye, keluarga paling nyusahin!" Seru Kelvin membuat semua orang tertawa lebar, termasuk Megan. Semua teman-temannya hanya bisa bersyukur ketika melihat Megan yang sekarang mulai kembali seperti dulu.

Setelah puas menghabiskan pizza, mereka pun lanjut menghabiskan stok bir yang di simpan oleh Kelvin dalam lemari khususnya. Tapi Kelvin, sekarang lebih diam, tidak banyak komentar soal apa yang teman-temannya lakukan. Paling tidak, Megan akan kembali merasakan hidup. Lagipula, tidak setiap hari semua ini di lakukan mereka. Untung saja, tidak ada bir memabukkan yang mereka ambil untuk di minum di rumah ini, jadi tidak mungkin mereka mabuk hanya karena meminum bir itu.

"Buah, buah apa yang ditakuti mahasiswa??!" Tanya Claveron sembari memejamkan matanya hampir tertidur.

"Apaan?" Dengan bodohnya Bastian pun menyahut.

"Belimbingan skripsi..." Jawab Claveron sendiri sembari tertawa terbahak-bahak.

"Apasih anjing!" Sahut Bastian lagi kesal.

"Gue ada lagi nih! Buah, buah apa yang paling mantap sejagat raya?!" Seru Ramon sembari menselanjarkan tubuhnya di sofa.

"Apa?" Tanya Rio dengan matanya yang sudah mulai menyipit karena mengantuk.

"Gue tahu!" Seru Kelvin semangat, "Buah dada!" Jawabnya.

"ANJRIT SEMANGAT BENER!" ucap Ramon sembari tertawa lebar, "Otaknya nggak beres! Tapi boleh juga! Besok gue teraktir lo beli cilok kesukaan lo!"

"ASIKKKK!!" Teriak Kelvin kegirangan. Sementara Megan hanya ikut tertawa mendengarkan teman-temannya.

Setelah puas makan malam, bercanda-canda, dan bermain game, mereka— semua teman-teman Kelvin yang berada disana pun akhirnya tertidur di lantai utama. Ada yang tidur di sofa, di karpet, di lantai, bahkan di meja makan. Semunya tertidur di satu lantai yang sama. Hingga tak terasa, udara pagi yang dingin pun mulai menusuk kulit, matahari hampir memperlihatkan cahayanya dan mereka pun mulai tidur sembari menggigil kedinginan.

Ting! Tiba-tiba bel rumah Kelvin berbunyi lagi. Namun, kali ini bunyi itu sampai berulang kali, membuat beberapa dari mereka akhirnya terbangun dengan mata yang masih mengantuk.

"Duh, siapa lagi nih yang pesan pizza?!" Seru Kelvin sembari membuka pintu, "Maaf mas! Nggak ada yang pesan pizza!"

"Kelvin. Selamat pagi."

Mendengar suara itu, kedua mata Kelvin langsung saja terbuka lebar. Dan benar saja, suara itu adalah suara David—Ayah Megan. "Oh, shit!"

"Don't shit me! Dimana Megan?"

"Ng— Megan? Nggak tau om, nggak ada disini tuh!" Jawab Kelvin gugup.

"Jangan bohong Kelvin, saya tahu anak saya berada di sini!"

Sadar akan Ayahnya telah datang. Megan pun langsung terbangun dari tidurnya, termasuk Ramon dan Claveron yang sama terkejutnya. Ramon pun langsung saja membangunkan teman-temannya yang lain, untuk membantu Kelvin menghadapi Ayah Megan yang tiba-tiba saja datang pagi ini.

"Om tahu darimana?" Tanya Kelvin.

Lalu, David pun menunjuk ke arah halaman rumah Kelvin. Begitu mata Kelvin terarah pada halamannya, matanya langsung terbelalak sempurna ketika ia melihat dua orang security rumah Megan yang babak belur sedang memandang ke arahnya, "Maaf, bos.." ucap mereka berdua.

"Mereka berdua jujur setelah saya paksa mereka untuk bicara, sekarang dimana Megan?" ucap David dengan tegas. Kelvin sudah kebingungan entah apalagi yang akan dia jawab, pasalnya Megan memang sedang berada di rumahnya.

"Megan nggak ada disini, om!" Seru Ramon, ikut membantu Kelvin bicara. Tapi tiba-tiba saja, Megan memunculkan keberadaannya.

"Megan disini, Pa. Tolong jangan apa-apakan teman-teman, Megan," ucap Megan pasrah, membuat Kelvin maupun semua teman-temannya yang lain terkejut.

"Papa tahu kamu disini. Ayo kita pulang sekarang!" Seru David sembari menyeret Megan untuk mengikutinya masuk ke dalam mobil.

"Om!" Teriak Kelvin membuat David kembali menoleh padanya, "Jangan paksa Megan untuk melakukan sesuatu yang dia nggak mau, om! Dia tertekan! Jangan kontrol hidupnya! Dia nggak tenang ada di rumah itu karena om selalu mengontrol hidupnya!"

"Tahu apa kamu soal anak saya?" Tantang David dengan kedua matanya yang menatap Kelvin tajam.

"Yang perlu om tahu, saya lebih mengenal anak om daripada om mengenal anak om sendiri!" Seru Kelvin sembari menutup pintu rumahnya dengan keras. Semua yang Kelvin katakan tadi kontan saja membuat David menjadi diam. Dia hanya berusaha tidak mempedulikan itu dan masuk ke dalam mobilnya bersama dengan Megan.

"Buset! Keren banget lo, bro! Berani lo lawan si tua bangka itu!" ucap Ramon sembari menepuk-nepuk pundak Kelvin merasa bangga.

"HIIIII NGERIII!!!" Seru Kelvin sembari bergidik ketakutan, "Nggak mau lagi ketemu om David! Bisa-bisa gue di cekik!"

Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh, akhirnya  mobil itu pun sukses mengantarkan Megan dan David sampai ke rumahnya. Begitu mobil itu terparkir, Megan langsung saja turun darisana dan berjalan menuju kamarnya, tanpa bicara apapun pada Ayahnya. Tapi, David tidak ingin melepaskan anaknya begitu saja. David lalu ikut berjalan cepat menyusul Megan. "Megan! Ada apa dengan kamu?! Kenapa kamu kabur dari rumah, hah?!" Seru David dengan keras, membuat Renatha dan Stella yang berada disana langsung saja mengalihkan pandangannya pada mereka.

"Kenapa? Papa pikir saya nyaman berada di rumah ini? Engga! Saya nggak nyaman! Saya benci di rumah ini! Saya benci orang tua saya sendiri!" Jawab Megan dengan emosi membuat David terpaku.

"Dengar Pa, sudah berulang kali saya katakan! Saya nggak mau pernikahan! Kapan Papa atau Mama mau mengerti apa yang saya mau? Kalian orang tua egois!" Lanjut Megan, kemudian pandangannya terarah pada Renatha, "Lagipula, saya tidak mau perempuan itu selalu ada di rumah ini!"

Renatha kemudian menghampiri Megan dengan matanya yang berkaca-kaca, "Megan? Kamu kenapa?"

"Heh kamu!" ucap Megan menantang Renatha, "Kamu pikir kamu lebih baik dari Mora? Baik. Ayo buktikan! Apa kamu lebih baik? Saya rasa nggak!"

Megan kemudian berjalan pergi ke lantai atas dengan marah, meninggalkan Renatha, David, dan Stella yang berada disana terdiam. "Apa sebenarnya yang teman-temannya katakan hingga Megan seperti ini!" Gerutu David sembari membuka dasi di kerah kemejanya dengan kesal.

***

Siapa kesel sama David? Hahahah!

Dan

SIAPA DUKUNG KELVIN?! AKUUU🤣

Diantara Ramon-Kelvin-Claveron siapa hero kalian?

Ups, ada bocoran next update tuh! Hihi apa hayooo? Kalau jeli pasti tahu next chapter ada apa:))

+200COMMENTS dan +150VOTES juga kali ini beneran ku tunggu sampai tembus target hihi  jangan lupa! See u di next chapter!

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 37.2K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
770K 49.9K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
3M 152K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
690K 34.2K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...