Mora & Megan 2

By dewisavtr

331K 9.9K 6K

Mora dan Megan terpaksa harus menjalani Long Distance Relationship saat Mora harus menempuh S2 di Kota Jakart... More

Cast
Mora & Megan 2 "Rewrite"
Prolog
Chapter 1 - Jakarta
Chapter 2 - Namanya Alivio
Chapter 3 - Hari Pertama
Chapter 4 - Soal Renatha
Chapter 5 - Jakarta Malam Ini
Chapter 6 - Kembali Lagi
Chapter 7 - Awal yang buruk
Chapter 8 - Salah Paham
Chapter 9 - Terlalu Kecewa
Chapter 10 - Terpaksa
Chapter 11 - Bicara pada Mora
Chapter 12 - Cukup sampai disini?
Chapter 13 - Akhir Cerita Cinta
Chapter 14 - Semua tentang Alivio
Chapter 15 - Tak Ada Pilihan Lain
Chapter 16 - Tak Mampu Pergi
Chapter 17 - Persiapan Pernikahan
Chapter 18 - Aku Sungguh Cinta Kamu
Chapter 19 - Bahagia Bersama yang Lain
Chapter 20 - Ada aku yang sayang padamu
Chapter 21 - Sahabat Terbaik
Chapter 22 - Kesempatan
Chapter 23 - Bandung Kota Sejuta Kenangan
Chapter 24 - Ulang Tahun Megan
Chapter 26 - Menjagamu
Chapter 27 - Menyatakan Perasaan
Chapter 28 - Jawaban
Chapter 29 - Reuni (1)
Chapter 30 - Reuni (2)
Chapter 31 - I Can't Without You
Chapter 32 - Gara-gara Mora?
Chapter 33 - Berjuang
Chapter 34 - Pilihan
Chapter 35 - Seseorang yang mengerti dirimu
Chapter 36 - Tidak pernah bisa cinta lagi
Chapter 37 - Bimbang
Chapter 38 - Pulang
Chapter 39 - Perasaan Buruk
Chapter 40 - Pertemuan Terakhir?
Chapter 41 - Gundah

Chapter 25 - Kamu tidak akan mengerti

1.9K 173 218
By dewisavtr

LINE

Kelvin Bagaskara : MEGAN HAMPIR MATI RA

Membaca pesan masuk dari Kelvin hari ini sungguh membuat hati Mora berkecamuk. Mora tahu hari ini adalah hari ulang tahun Megan. Namun, yang tidak Mora mengerti adalah, ada apa sebenarnya? Kenapa di hari spesial Megan, Kelvin memberikan pesan seperti itu padanya? Padahal, kalau saja Mora masih bersama Megan hari ini, laki-laki itu sudah pasti akan merasa senang seharian.

Mora ingat sekali, sebelum mereka menjalani LDR, Megan selalu ingin menghabiskan waktu bersama berdua di hari ulang tahunnya. Katanya, hari spesial itu hanyalah untuk orang yang Megan cintai dan sayangi. Megan juga tidak pernah meminta kado apapun, karena katanya Mora adalah kado terindah yang diberikan Tuhan untuknya. Walaupun begitu, Mora tetap saja memberikan Megan sesuatu, agar Megan selalu ingat padanya. Tapi— kenapa sekarang seperti ini? Batin Mora mulai bertanya-tanya.

Tanpa pikir panjang, Mora langsung saja menghubungi Kelvin malam ini dengan perasaan yang tidak tenang. Mora begitu takut sesuatu terjadi pada Megan. Sempat lama menunggu, akhirnya Kelvin pun mengangkat telepon Mora. "Halo? Vin? Lo dimana? Maksud lo tadi tuh apa sih? Jangan bikin gue khawatir deh!" Seru Mora.

'Ra.. gue nggak maksud bikin lo khawatir. Dia udah aman sekarang. Tapi— Megan beneran hampir mati hari ini. Dia—' Jawab Kelvin terpenggal-penggal dari dalam telepon.

"Dia apa, Vin?! Dia kenapa? Megan kenapa?"

Kelvin terdengar menghela napasnya sejenak sebelum menjawab, 'Gue mau jujur dulu tentang sesuatu. Tapi lo harus janji, lo nggak boleh panik dan khawatir dulu soal ini.. Megan— selalu.. Dia— Dia selalu coba untuk bunuh diri, Ra..'

Mendengar itu, Jantung Mora rasanya berhenti seketika. "Kenapa— kenapa Megan lakukan itu? Bohong! Ini semua nggak bener kan, Vin?! Gue nggak kenal Megan yang kayak gini!"

'Gue nggak bisa bilang semua halnya ke lo sekarang, yang jelas dia depresi, Ra. Dia bener-bener butuh lo sekarang!' ujar Kelvin dengan suara yang bergetar. 'Kalau aja lo tahu, gimana rasanya lihat Megan depan lo dan udah nggak bernapas lagi.. Ra— gue nggak pengen Megan kayak gini.'

Mora langsung mematikan ponselnya tanpa ingin menjawab apapun. Ia benar-benar ingin melihat keadaan Megan. Tapi, bagaimana bisa? Mora bahkan tidak berani menampakkan dirinya tepat di hadapan orang tua Megan. "Bagaimana ini? Aku harus bagaimana?" Batin Mora kebingungan dan ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya.

Mora lalu kembali ke dalam rumah makan, dimana disana terdapat Alivio yang tengah menunggunya selesai menghubungi seseorang. Malam ini, mereka memang sedang makan malam bersama. Mora mengiyakan ajakan Alivio malam ini karena tidak ingin memikirkan Megan dan juga Renatha di hari ulang tahun Megan. Tadinya Mora berpikir, Megan akan berbahagia malam ini bersama Renatha dan Mora tidak ingin mendengar itu. Tapi ternyata, semuanya tidak sesuai dengan apa yang Mora pikirkan.

Mora kembali duduk di hadapan Alivio sembari memikirkan tentang Megan. Mora masih tidak bisa menyangka kalau selama ini Megan melakukan hal ini. Bagaimana Mora akan menghentikannya? Mengapa Renatha tidak bisa menjaga Megan? Mengapa semuanya jadi seperti ini?

"Ra? Lo nggak apa-apa kan? Ada yang lagi lo pikirin?" Tanya Alivio heran.

"Ng— nggak kok!" Seru Mora lalu kembali melahap dimsum favoritnya.

"Kenapa? Apa ini semua tentang Megan lagi?" Tanya Alivio kedua kalinya, memancing Mora untuk bicara tentang apa yang terjadi sebenarnya.

"Iya, gue kepikiran Megan, Vi.. ada sesuatu yang terjadi sama dia—"

"Kenapa sih, Ra? Kenapa dia selalu menguasai pikiran lo? Sekarang dia ngelakuin apa lagi sih? Sampai lo kepikiran dia lagi?" ujar Alivio memotong pembicaraan Mora.

"Nggak, Vi.. sekarang tuh beda, dia—"

"Kenapa? Dia tuh selalu cari perhatian sama lo biar lo nggak pernah bisa move on dari dia, Ra.."

Mora menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, "Lo nggak usah nuduh Megan yang bukan-bukan ya, Vi. Gue nggak suka! Yang ngerti keadaan Megan sekarang cuma orang-orang terdekatnya, dan lo nggak termasuk! Jadi, gue minta tolong ya sama lo, tolong lo kurang-kurangin deh sok tahu nya lo itu!"

Alivio menyadari bahwa dia salah bicara. Entah kenapa emosinya langsung saja naik ketika Mora lagi-lagi membicarakan Megan, "Hey.. sorry, nggak gitu maksud gue, Ra.."

"Lo nggak ngerti apa-apa, Vi. Lo bukan dia dan juga bukan gue.." ujar Mora berusaha meredam amarahnya, "Lo pernah nggak, mencintai orang sedalam itu? Lo pernah nggak melakukan apapun untuk orang yang lo cintai? Lo pernah nggak merasa putus asa saat orang yang lo cinta ternyata nggak di takdirkan buat lo?"

"Jujur aja, gue nggak pernah, Ra.." Jawab Alivio, "Tapi kalau melakukan apapun untuk orang yang gue cintai.. gue pernah ngerasain itu. Itu yang gue rasain setelah gue kenal sama lo."

"Vi, gue udah bilang.."

"Gue nggak berharap apa-apa kok, Ra. Gue cuma jawab apa yang lo tanya sama gue tadi."

"Vi, kayaknya kita harus pulang. Ada yang harus gue urus sekarang ini," ujar Mora langsung bangkit dari duduknya. Alivio pun mencoba mengerti dan membawa Mora pulang dari sana.

Di perjalanan pulang, Mora mencari-cari nomor Renatha yang pernah menghubunginya waktu itu. Sepulangnya nanti, Mora ingin menghubungi Renatha dan menanyakan kabar Megan. Mungkin lebih baik ia bertanya langsung kepada Renatha, daripada melalui Kelvin yang sama-sama tidak bisa melakukan apapun sekarang ini. Semoga aja nomornya masih aktif! Batin Mora.

Jalanan Jakarta begitu sepi hari ini, hingga memudahkan Mora untuk segera pulang. Begitu sampai di depan kost, Mora langsung saja memasuki kamarnya tanpa berkata satu atau dua patah kata pun pada Alivio. Alivio yang masih berada disana hanya bisa menghela napasnya, berusaha bersabar dengan semua ini. Cepat atau lambat, mungkin Mora akan menjadi miliknya. Mungkin. Jika Tuhan mengizinkan.

Sementara itu, di dalam kamar Mora. Mora langsung saja duduk di atas tempat tidurnya seraya mencoba menghubungi nomor Renatha. Sempat tidak ada jawaban, tapi Mora tidak menyerah. Ia terus menerus menelepon Renatha hingga akhirnya Renatha pun menjawab teleponnya.

'Halo?'

"Ng— Renatha?" ujar Mora memastikan.

'Ya, ini dengan siapa?'

"Ini Mora."

'Ada perlu apa meneleponku, Mora?'

Mora sempat kebingungan untuk bicara, tapi dia tetap harus bertanya soal Megan, "Ren— Megan apa kabar? Aku dapet kabar, katanya dia—"

'Sakit.' Jawab Renatha, 'Dia sedang sakit beberapa hari ini. Jadi, tadi sepertinya dia pingsan dan jatuh ke kolam renang. Padahal sedang pesta hari ulang tahunnya, kita juga baru saja mengumumkan kalau satu bulan lagi, pernikahan itu akan terlaksana. Tapi— tiba-tiba saja ada kejadian seperti ini. Mohon doanya ya, Ra. Kamu nggak perlu khawatir, dia baik-baik saja kok.'

"Oh— oke, kalau gitu. Syukur deh, aku pikir ada sesuatu yang lebih parah terjadi sama Megan. Syukur kalau sekarang dia sudah baik-baik saja.." Jawab Mora menahan tangisnya, "Oh ya, selamat ya. Lancar sampai nanti!"

'Makasih ya.. oh ya? Ada perlu apa lagi?'

"Oh nggak kok, kalau gitu aku cuma mau bilang, cepet sembuh buat Megan. Jaga Megan baik-baik ya, Ren.. bye!" Seru Mora seraya mematikan ponselnya cepat dan langsung menangis sejadi-jadinya.

Mengapa Kelvin bilang Megan depresi dan mencoba bunuh diri? Mungkin Kelvin salah paham.. tapi syukurlah Megan baik-baik saja. Batin Mora seraya memperhatikan fotonya dengan Megan yang masih ia simpan dengan baik. Kemudian, satu tangannya mengambil cupcakes kecil yang sudah ia sediakan di atas meja beserta lilin kecil yang menancap diatasnya. Mora kemudian menyalakan lilin itu di depan foto yang sedang ia pandangi sedari tadi.

"Selamat ulang tahun, Megan. Aku selalu mencintaimu.."

***

SIAPA BENCI RENATHA? HEHEHE KOMENTAR DIBAWAH!

MORA UDAH MULAI NGEGAS.. APA IYA?

LAGIIII +150 KOMENTAR & VOTES AKU LANJUT YAA GENGS!! BYE❤️✨

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.5M 135K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.5M 37.6K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
3.6M 38.6K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...