Mora & Megan 2

By dewisavtr

331K 9.9K 6K

Mora dan Megan terpaksa harus menjalani Long Distance Relationship saat Mora harus menempuh S2 di Kota Jakart... More

Cast
Mora & Megan 2 "Rewrite"
Prolog
Chapter 1 - Jakarta
Chapter 2 - Namanya Alivio
Chapter 3 - Hari Pertama
Chapter 4 - Soal Renatha
Chapter 5 - Jakarta Malam Ini
Chapter 6 - Kembali Lagi
Chapter 7 - Awal yang buruk
Chapter 8 - Salah Paham
Chapter 9 - Terlalu Kecewa
Chapter 10 - Terpaksa
Chapter 11 - Bicara pada Mora
Chapter 12 - Cukup sampai disini?
Chapter 13 - Akhir Cerita Cinta
Chapter 14 - Semua tentang Alivio
Chapter 15 - Tak Ada Pilihan Lain
Chapter 16 - Tak Mampu Pergi
Chapter 17 - Persiapan Pernikahan
Chapter 18 - Aku Sungguh Cinta Kamu
Chapter 19 - Bahagia Bersama yang Lain
Chapter 20 - Ada aku yang sayang padamu
Chapter 21 - Sahabat Terbaik
Chapter 22 - Kesempatan
Chapter 23 - Bandung Kota Sejuta Kenangan
Chapter 25 - Kamu tidak akan mengerti
Chapter 26 - Menjagamu
Chapter 27 - Menyatakan Perasaan
Chapter 28 - Jawaban
Chapter 29 - Reuni (1)
Chapter 30 - Reuni (2)
Chapter 31 - I Can't Without You
Chapter 32 - Gara-gara Mora?
Chapter 33 - Berjuang
Chapter 34 - Pilihan
Chapter 35 - Seseorang yang mengerti dirimu
Chapter 36 - Tidak pernah bisa cinta lagi
Chapter 37 - Bimbang
Chapter 38 - Pulang
Chapter 39 - Perasaan Buruk
Chapter 40 - Pertemuan Terakhir?
Chapter 41 - Gundah

Chapter 24 - Ulang Tahun Megan

2K 171 184
By dewisavtr

Setelah satu minggu insiden kecelakaan Dylan, Megan sudah tidak diperbolehkan lagi mengunjungi bar miliknya. Megan benar-benar di kurung di dalam rumah megahnya. Dahulu, Megan selalu berpikir kalau dia rindu orang tua nya yang selalu sibuk berada di luar negeri. Tapi sekarang, entah kenapa Megan malah merindukan dirinya yang selalu sendiri di dalam rumah ini, tidak ada orang yang bisa mengontrol hidupnya. Semuanya terserah Megan.

Megan hanya tidak habis pikir. Mengapa orang tuanya tega memaksa Megan untuk menikah dengan Renatha? Putri satu-satunya yang dimiliki oleh Tegar Kusumapraja. Keluarga kaya raya yang memiliki bisnis dimana-mana, perusahaannya pun begitu sukses hingga tak heran jika sang Ayah ingin bekerja sama dengan orang yang memiliki nama Tegar Kusumapraja. Tapi, kenapa? Hanya karena uang dan kontrak kerja sama, pernikahan ini harus ada dan menghancurkan Megan perlahan? Mengapa susah payah menjodohkan Megan dan juga Renatha? Apa pernikahan ini semua adalah hanya karena bisnis semata?

Tok..tok..

Seseorang mengetuk pintu kamar Megan. Megan tidak membukanya, ia hanya duduk terdiam memandang lurus ke arah jendela. Berpikir bagaimana caranya ia terbebas dari Ayahnya dan pergi sejauh mungkin. Bahkan Megan ingin mati saja rasanya jika semua itu tidak bisa ia lakukan. Dia tidak ingin berada di sini, mendengarkan tentang persiapan pernikahan dan bisnis yang akan berjalan setelah pernikahan itu terlaksana. Megan sudah lelah, sekali lagi ia tidak ingin berada disini.

"Megan?" ujar seseorang sambil membuka pintu kamar itu secara perlahan. Pintu itu terbuka tepat pukul 12 malam. Seseorang lalu masuk ke dalam kamar sembari membawakan kue cokelat besar serta lilin-lilin kecil berjumlah 25 yang menancap di kue tersebut. "Happy birthday to you.. happy birthday to you.. happy birthday, happy birthday.. happy birthday, Megan.. happy birthday, dear.." ucap Renatha sembari berjalan mendekat pada Megan.

Megan yang baru menyadari kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya pun langsung menunduk sedih. 'Kenapa Renatha jadi orang pertama yang memberikan ucapan selamat ulang tahun? Kenapa bukan Mora? Apakah Mora memang sudah tidak peduli lagi?' Batin Megan berkata.

"Megan! Ini aku beli kue cheesecake, kesukaan kamu! Selamat ulang tahun yaa.. sekarang, kamu tiup lilinnya dan make a wish! Okay?" ujar Renatha, kue itu di dekatkannya pada wajah Megan.

Megan meniup lilin itu dengan raut wajah yang sedih, bahkan air matanya jatuh ke pipi, "Ya Tuhan.. aku berharap—  aku bisa bahagia, bersama orang yang mencintaiku dengan tulus, penuh kasih sayang, mengerti aku daripada aku mengerti diriku sendiri dan yang terpenting.. bersama orang yang aku inginkan.. tapi— jika memang Kau menciptakannya bukan untukku, maka jangan pisahkan aku dan dia dengan cara seperti ini.. Pisahkan kami berdua dengan cara yang pantas agar aku bisa lebih menerima— kalau dia memang bukan Kau takdirkan untukku." Doa Megan dalam hati sembari memejamkan matanya. Lagi-lagi air mata itu jatuh ke pipi dengan derasnya.

Renatha yang melihatnya, langsung saja menghapus air mata itu dari pipi Megan. "Aku harap, kamu menangis malam ini karena merasa bahagia ya. Aku sayang kamu.. Kita makan kue nya yuk sama sama di dapur?"

Megan menggeleng pelan, "Kamu duluan aja. Megan lagi nggak enak badan, besok aja ya?"

Renatha pun menghembuskan napasnya berat, mencoba mengerti keadaan Megan, "Okay. Kalau gitu goodnight, sampai besok, sayang.." ucap Renatha sembari mencium kening Megan dengan sayang sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamarnya.

Begitu pintu itu tertutup rapat, Renatha menangis di balik pintu itu dengan kue yang masih ia pegang dengan kedua tangannya. 'Bahkan tidak ada ucapan terima kasih darinya.. kenapa sulit sekali membuat kamu mencintai aku lagi, Megan? Kamu bahkan rela bertekuk lutut di depanku untuk Mora. Apa yang dia punya sementara aku tidak?' Batin Renatha, kemudian kue itu di lemparkannya ke lantai, dibiarkan hancur begitu saja. Setelah itu, Renatha melangkahkan kakinya pergi. 'Aku tidak akan menyerah begitu saja, Megan. Tidak akan. Kamu akan jatuh cinta lagi padaku.'

**

Waktu begitu cepat berlalu. Setelah memberi surprise kecil-kecilan untuk Megan pukul 12 tengah malam, besok malamnya, kedua orang tua Megan menggelar pesta di dalam rumahnya untuk merayakan Ulang Tahun Megan secara meriah. Semua tamu penting di undang oleh David, termasuk Tegar— Ayah Renatha, juga Destroyer— teman-teman Megan. Tepat pukul 7 malam, semua tamu sudah berdatangan dan memenuhi kediaman keluarga David yang megah itu. Semua orang berpakaian dengan rapih dan elegant.

Di dalam rumah itu, David sudah menyiapkan segalanya. Mulai dari makanan, minuman, serta cemilan-cemilan yang terkenal karena rasanya yang begitu luar biasa. Bahkan, ada satu hadiah yang sudah lama ingin sekali David berikan untuk Megan setelah tahu mobil BMW lamanya terpaksa di jual untuk kebutuhan bisnis bersama teman-temannya. Megan selama ini terpaksa memakai satu dari sekian mobil milik David untuk ia berpergian karena Megan sudah tidak memiliki kendaraan pribadi lagi. Semua itu sudah siap di persiapkan spesial untuk hari ulang tahun putra satu-satunya yang masih ia miliki, sekaligus mengenang mendiang Yastha— kakak kandung Megan.

Para tamu sudah memenuhi rumah megah nan mewah itu sekarang. Namun, Megan belum juga turun dari kamarnya. Oleh karena itu, Ibunda Megan langsung datang menghampiri putranya untuk ikut merayakan hari ulang tahunnya yang ke 25 tahun. Begitu ibundanya itu masuk ke dalam kamar Megan, putranya itu sedang duduk termenung, padahal Megan sudah memakai tuxedo hitam favoritnya di hari ulang tahunnya. "Nak.. kenapa kamu belum turun kebawah? Tampan sekali anak mama ini.." ujar Ibunda Megan sembari mengusap-usap rambut anaknya lembut.

"Megan mau turun.. tapi tolong jangan bahas soal pernikahan ya, Ma? Megan nggak mau bahas itu.." ucap Megan manja sembari memeluk Ibu tercintanya.

"Kamu jangan pikirkan itu, Nak.. sekarang kamu turunlah kebawah, sambut semua teman-temanmu dan juga teman Papa. Kita tiup lilin bersama. Bukannya ini yang kamu inginkan selama ini karena Papa dan Mama selalu sibuk di luar negeri? Ayo, kita turun ke bawah.." Rayu sang Ibunda membuat Megan mengangguk mengerti. Padahal, Megan sudah takut kalau semua hal ini adalah tentang pernikahan, bukan tentang ulang tahunnya.

Megan turun dari atas bersamaan dengan Ibunda tercintanya. David tersenyum senang saat melihat putranya yang sudah rapih dan berbalut tuxedo hitam, membuatnya semakin tampan. "Selamat ulang tahun, Anakku.." ucap David, kemudian semua orang kontan saja bernyanyi selamat ulang tahun untuk Megan.

Kini Megan berada di tengah-tengah antara David dan juga Stella. Mereka bertiga berdiri tepat dimana kue besar bertuliskan 'Happy Birthday, Megan' berada. Lilin-lilin kecil sudah menyala disana siap untuk ditiup. Semua tamu sudah berdiri mengitari mereka, menunggu Megan untuk meniup lilin itu. Dalam hitungan ketiga, Megan langsung saja meniup lilinnya dan semua tamu pun bertepuk tangan, termasuk teman-teman Destroyer-nya yang juga berada disana.

"Selamat ulang tahun, Anakku. Papa tidak menyangka, kalau kamu sudah sedewasa ini sekarang," ujar David lalu memeluk anaknya sayang.

Kemudian, Stella, Ibunda Megan pun ikut memeluk anak lelakinya itu, "Selamat ulang tahun, sayang.."

"Karena ini hari ulang tahunmu, Papa sudah menyiapkan kado spesial untukmu!" Seru David semangat sembari memberikan kotak kecil berbalut pita pada Megan. "Bukalah!"

Megan pun membuka isi kotak itu. Begitu ia tahu, kontan saja ia pun terkejut. "Pa? Ini.. bukannya?"

"Yap! Mobil baru untukmu, Nak! Ferrari 488 Pista sudah terparkir di bawah, sebagai kado ulang tahunmu yang ke 25! Papa bangga padamu karena kamu tidak meminta apapun pada Papa setelah kamu menjual mobilmu sendiri untuk membuka bisnis bersama teman-teman. Kamu sudah cukup berusaha, dan kamu pantas mendapatkannya.." ucap David membuat Megan tersenyum haru.

"Terimakasih, Pa.."

Teman-teman Megan sedari jauh bertepuk tangan ikut berbahagia sembari mengacungkan jempol mereka untuk sahabatnya. Bahkan Megan dapat mendengar, salah satu dari temannya berkata 'asik, nanti pinjam ya!' yang dapat Megan yakini kalau orang itu sudah pasti adalah Kelvin!

"Baiklah, karena semua tamu sudah hadir. Kami disini pun ingin mengumumkan sesuatu. Bahwa, anak kami Megan, sebentar lagi— tepatnya bulan depan, akan resmi menikah dengan Renatha, putri dari Tegar Kusumapraja," ucap David membuat semua tamu kembali bertepuk tangan dan memberikan selamat.

"David!" Seru Stella—Ibu Megan berusaha menghentikan suaminya, namun apa daya, semua itu sudah terucap dan terdengar oleh semua orang.

Sementara Megan, senyuman yang sedari tadi terukir diwajahnya akhirnya menghilang setelah mendegar apa yang Ayahnya ucapkan. Beberapa orang kini menghampiri Megan dan juga Renatha yang berdiri di samping Tegar untuk mengucapkan selamat. Megan hanya bisa menundukkan wajahnya sembari tersenyum tipis saat ini. Berharap, pesta ini akan segera berakhir.

Namun, karena sudah tidak tahan lagi. Akhirnya Megan menaruh kotak kecil— kadonya itu di atas meja sembari melengos pergi ke belakang rumah. David dan Stella tidak menyadarinya, mereka masih sibuk pada semua tamu yang sekarang ini tengah mengucapkan selamat untuk anaknya. Megan hanya berlari ke belakang rumah untuk menyendiri dan menutupi kesedihannya dari semua orang.

Megan duduk di samping kolam renang rumahnya, kemudian menangisi hidupnya. Baru saja ia merasa bahagia, tiba-tiba saja pengumuman itu terucap dari mulut Papanya. Satu bulan adalah waktu yang sangat singkat, ia tidak bisa secepat itu menikahi Renatha. Maka setelah satu bulan itu— sebentar lagi ia akan menjadi suami seorang perempuan yang tidak ia cintai. Megan bahkan tidak tahu apa lagi yang harus ia lakukan sekarang. Megan hanya ingin mati, jika saja itu adalah satu-satunya cara untuk menyudahi semua ini. Ia tidak ingin menjadi lelaki sengsara karena menikahi perempuan yang tidak ingin ia nikahi.

"Aku hanya ingin mati.." Gumam Megan.

Megan yang sudah merasa menyerah dan lelah akhirnya tidak dapat lagi berpikir secara jernih. Kedua matanya tiba-tiba saja terarah ke kolam renang yang ada di sampingnya. Tanpa pikir panjang, Megan berdiri mendekati kolam renang sembari merenung cukup lama sebelum akhirnya menjatuhkan dirinya sendiri ke dasar kolam renang itu. Tidak ada yang dapat menyadari itu, halaman belakang Megan cukup jauh jaraknya dari rumah utama. Pesta itu bahkan terlalu ramai, hingga mereka yang ada di dalam sudah pasti tidak akan mendengar apapun dari belakang sini.

Megan sudah pasrah jika saja ia memang harus mati seperti ini. Ia sudah terlalu lelah. Begitu lelahnya oleh karena keegoisan orang tuanya sendiri. Daripada harus terus menerus merasakan sakit seperti ini. Megan memang terlihat hidup di mata semua orang, tapi kalau saja mereka tahu, Megan bahkan merasa sudah mati di dalam dirinya. Di dalam dirinya, Megan merasa kosong. Bagaimana perasaannya? Kedua orang tua yang masih ada untuknya, tapi terlalu egois untuk memikirkan dirinya sendiri. Seseorang yang selama ini ia cintai, tapi menyuruhnya untuk pergi seolah tidak akan ada harapan lagi, dan seorang yang memang ada untuknya tapi tidak ia cintai dan terpaksa harus menikah dengannya. Kalau saja kakaknya masih ada disini, mungkin saja akan ada seseorang yang mengerti dirinya dan mendukung keinginannya. 'Kak Yastha.. Kak.. bolehkah Megan menyusulmu kesana? Entah kenapa Megan merasa kedua orang tua kita bukanlah orang yang Megan kenali lagi.. Mereka terlalu egois untuk Megan, Kak.. Megan tidak ingin berada disini lagi..' Batin Megan sebelum akhirnya ia menutup kedua matanya.

Ramon, Claveron dan Kelvin kini sedang berjalan menjauhi keramaian yang ada di sana. Sementara teman-teman Destroyer yang lain pergi dan lebih memilih merokok di luar rumah Megan, mereka bertiga memutuskan untuk mencari keberadaan Megan yang sedari tadi menghilang dari pesta ulang tahunnya sendiri.

"Gue nggak lihat Megan daritadi setelah pengumuman itu, lo sadar nggak?" Tanya Ramon, sementara Claveron dan Kelvin hanya mengangguk mengiyakan.

"Gue pikir dia ada di kamar? Ngelamun lagi.. kasihan banget," ujar Claveron sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, "Gue bisa sih ngerti gimana perasaan dia.."

"Bro.. bro.. lo lihat nggak itu yang di dalem kolam apaan?" Tanya Kelvin membuat Ramon dan juga Claveron langsung saja mengarahkan pandangannya ke arah kolam renang. "Jangan bilang itu Megan? Mon tolongin buruan! Gue nggak bisa berenang!" Seru Kelvin panik.

"Oh, no! Not this shit again!" Seru Ramon sebelum ia membuka blazernya dan langsung loncat ke dalam kolam renang untuk menolong Megan. Sudah kedua kalinya mereka menemukan Megan seperti ini— mencoba bunuh diri.

Claveron berlari ke arah sisi kolam renang, menolong Ramon dari atas untuk membawa naik tubuh Megan. Begitu tubuh Megan sudah berada di daratan, Claveron langsung saja menekan-nekan dada Megan dan memberinya napas buatan. "Oh come on! Megan!" Seru Claveron masih sambil menekan-nekan dada Megan, sementara Ramon menepuk-nepuk pipi Megan sembari memanggil-manggil nama sahabatnya itu berulang kali.

"Sial! D—dia udah nggak napas lagi, Mon!" Seru Claveron dengan suara yang bergetar.

"Terus tekan dadanya, Ron! Jangan berhenti!" Jawab Ramon panik, "Please, Gan.. Jangan tinggalin kita kayak gini.."

Kelvin yang berdiri disana lalu berlari ke dalam rumah dengan panik. Kemudian dia berteriak kencang, "MEGAN! MEGAN— DI— TENGGELEM!"

David dan Stella yang menyadari itu langsung saja berlari ke arah belakang rumah mereka. Semua tamu yang berada di sana pun ikut berlari mengikuti David dan juga Stella, termasuk Renatha, juga anak-anak Destroyer lainnya. Begitu sampai di halaman belakang rumah, David dan Stella begitu tercengang melihat putranya tak sadarkan diri di sisi kolam renang.

Claveron dan Ramon masih berada disana. Masih berusaha membuat Megan tersadar, "Gan! Bangun, Gan! Sadar! Buka mata lo! Lo nggak boleh mati kayak gini, Gan! Bangun!" Seru Claveron sembari menangis, kedua tangannya masih menekan-nekan dada sahabatnya berulang kali.

Sementara Ramon, dia hanya bisa menangis di sisi Claveron sambil terduduk lemas, "MEGAN! LO NGGAK BOLEH PERGI GITU AJA! BANGUN GAN! LO NGGAK BOLEH MATI!"

Stella yang mendengar itu langsung terjatuh pingsan. David yang berada di sampingnya langsung saja menahan tubuhnya sembari menepuk-nepuk pipi istrinya, "Stella! Bangun!"

Kelvin yang juga berada disana lalu mengusap-usap rambut sahabatnya yang sudah tidak bernapas lagi, "Dia udah nggak ada, Mon.. Ron.. dia udah nggak ada.. Megan udah nggak ada.."

"TIDAK! MEGAN! MEGAAAAN!!" Teriak David memanggil nama anaknya dari jauh dengan wajahnya yang memerah.

Megan tiba-tiba saja tersadar sembari mengeluarkan air kolam yang tertelan saat ia tenggelam. Semua orang langsung bernapas lega setelah Megan akhirnya terselamatkan. Claveron dan Ramon yang berada di sisi Megan langsung memeluk sahabatnya itu erat. Renatha yang bisa melihat itu pun menangis bahagia.

"MEGAN MASIH HIDUP!"

***

Wkwkwk siapa berpikir Megan mati? Megan masih hidup!

Tenang yaa gais akan ada hari bahagia kalau kalian bersabar menunggu.. hihi eh? Apa iya? Stay tuned! HIHIHI

NEXTNYA MASIH +100 KOMENTAR YA KUTUNGGU❤️ eh VOTE nya juga jangan lupa yap! HARAP TIDAK ADA SILENT READERS DI CERITA INI YA!😊

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 111K 35
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
2.3M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
160K 10.1K 22
Akankah kisah tragis terulang kembali? °°° 'Hikayat cinta Sang Iblis', lanjutan dari cerita 'Di bawah naungan Sang Iblis' Cover by Pinterest and Me
480K 1K 15
🔞 kisah sx abang tiri dan adik tirinya