"Jangan sekali kali memaksakan sebuah firasat. Akibatnya sangat fatal."
>Raden<
***
Warning....
Terbesit adekan 17+
"Tersenyumnya! Setelah ini jangan harap lo bisa melakukannya kembali." Kata seseorang dingin dari belakang.
Luvia membeku. Perlahan dia membalikkan tubuh, berharap melihat sosok tersebut. Dia melihat jaket kulit dengan bandana hitam menutupi wajahnya.
"Cowok pemberani, apakah itu kamu?" Harap Luvia dalam hati.
Belum 180° Luvia membalikkan badan dia terhuyung menuju kolam renang.
CBYURR!!
Orang itu mendorong Luvia ke kolam renang.
"Tolon."
"Aaaopp!"
"Long!"
"La! Den! To! Lon!"
Teriak Luvia tertahan air dengan tangan yang melambai ke permukaan.
Air kolam berlomba lomba masuk ke mulutnya, seketika di sisi kolam ramai mendengar suara ceburan.
Raden dkk terkejut, para tamu berlari menuju kolam renang. Raden ingat Luvia yang malam ini dalam keadaan bahaya.
Dia berlari menuju kolam, memeriksa apakah Luvia baik-baik saja atau sebaliknya.
Raden membelah kerumunan dengan kasar, mendorong orang menghalangi jalan untuk melihat ke tempat kejadian.
Dilihatnya seorang gadis yang melambaikan tangan lambat dan mulai tidak terlihat dari permukaan.
Tanpa basi basi Raden menyemburkan dirinya ke kolam untuk menolong sosok yang dia cari saat pesta dansa.
Luvia sudah tidak kuat, begitu banyak air yang dia telan, badannya lemas, gerakannya melemah dan semakin ke dasar kolam.
Raden menenggelamkan dirinya mencari tubuh Luvia. Sesekali dia ke permukaan mengambil oksigen dan memasukkan tubuhnya ke dasar kolam.
Firasatnya benar, malam ini tidak baik untuk Luvia. Kenapa dia tidak membawa pulang? Kenapa dia memaksa firasatnya untuk berfikiran Luvia akan baik-baik saja.
Akibatnya akan seperti ini.
Tidak ada gunanya untuk menyesal, bagaimana pun ini sudah terjadi.
Raden menemukan tubuh Luvia yang. Gadis itu tidak berdaya.
Di tangkapnya tubuh kecil itu, dilihat wajah Luvia. Wajah yang sangat berbeda dengan wajah bidadari tak bersayap di lantai dansa, kini hanya putih pucat.
Raden mencium bibir Luvia, memberikan semua oksigen yang dia punya.
Saat Raden menarik bibirnya, mata Luvia membuka sedikit, menatapnya sayu. Tangan Luvia terangkat mencangkup pipi cowok tersebut.
Sebuah ingatan datang di mata Luvia, wajah cowok pemberani yang selama ini dia cari muncul tepat diwajah Raden, sangat persis dengan Raden.
Bibir Luvia bergerak ingin mengatakan sesutu.
Paham akan itu, Raden membawannya ke permukaan. Ditatapnya kembali sesekali menepuk pipi Luvia yang sudah menutup mata tidak sadarkan diri.
Dibawanya gadis itu ketepi kolam, disana ada teman-temannya untuk membantu menaikkan tubuh Luvia dari kolam.
Raden juga naik dari kolam renang. Tubuh Luvia berbaring lemas dalam keadaan menutup mata.
Perlahan namun pasti, Raden menekan dada Luvia.
Satu kali...
Dua kali...
Tiga kali...
Tetap saja, tubuh Luvia belum merespon.
"Luviaa. Ayo Vi!" Kata Raden berambisi.
"Gue mohon, sadarlah! Jangan membuat gue menyesali semuanya." Ucap Raden menyindir dirinya sendiri.
Tubuh Luvia sangat dingin sulit diberi rangsangan dari luar.
Raden mendekat ke wajah Luvia. Tangannya menutup hidung, tangan yang satu menaruk dagu gadis itu sampai mulutnya terbuka.
Raden mencium bibir Luvia lalu memasukkan sedikit oksigen ke mulutnya.
Semua orang berteriak histeris. Antara iri dan baper melihat kelakuan Raden untuk menyadarkan Luvia.
Tiara juga melihat itu, jelas dia tidak terima. Selama pacaran, Raden tidak pernah melakukan itu, jangankan berciuman pegangan tangan saja jarang.
Pertama kali tidak berhasil, Raden masih terus melakukannya. Beberapa kali Raden melakukan itu sampai akhirnya tubuh Luvia memberi respon.
Gadis itu terbatuk-batuk. Raden menepuk punggung atas Luvia membantu mengeluarkan air yang entah berapa liter dia telan.
Luvia memeluk tubuh Raden yang tidak kalah basahnya. Dia memeluk tubuh Raden ketakutan, sangat erat.
Cowok membalas pelukan itu, memberikan rasa hangat untuk tubuhnya yang dingin.
"Ra-Raden. Ta-kut!" Luvia menangis ketakutan.
Tasya datang membawakan handuk dan diberikan ke Raden lalu diselimutkan di tubuh Luvia.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya lembut Raden yang tidak pernah dia katakan sebelumnya.
Luvia melepas pelukan tapi masih memegang erat baju Raden. "Ta-tadi. A-ada."
"O-orang. Hi-tam." Kata Luvia terpotong dengan isakan tangis.
Raden paham. Dia memeluk gadisnya kembali, dipeluknya erat agar dia bisa menggantikan kesalahannya, karena Luvia seperti ini karena dirinya.
Cowok itu membopong tubuh Luvia Bridal Stele. Gadis itu masih takut dengan kejadian tadi, dia masih belum bisa menerimanya, bayangan hitam itu datang kembali.
"Raden. Lo mau bawa Luvia ke mana?" Tanya Adam.
Raden menoleh ke belakang, "Luvia dalam bahaya. Kalian tahu apa maksud gue 'kan?"
Mereka paham lalu minta maaf pada Tasya dengan kegaduhan yang terjadi dipesta ulang tahunnya.
Luvia mendekap leher Raden ketakutan. Raden merasakan aura ketakutan itu. Tubuhnya gemetar dan sesegukan.
Dengan cepat Raden membawa Luvia menuju mobil. Dia menempatkan Luvia di kursi samping kemudi.
Perlahan Luvia melepaskan pelukan di leher Raden, rasanya masih takut jika cowok ini pergi. Ditatap dengan sayu, Raden balik menatap dengan sayang.
Dipasangkan salt bath di tubuh Luvia, dia masih menatap lembut dan mengatakan bahwa dia tidak akan pergi.
Raden mengelus pipi setengah basah Luvia sambil tersenyum.
"Jangan takut. Gue ada disini." Ucap Raden penuh arti.
Cowok itu menutup pintu, berlari mengitari mobil untuk masuk ke kursi pengemudi.
Didalam mobil. Tangan kiri Raden terus menggenggam tangan Luvia memberikan kehangatan, sesekali Raden menatap dengan senyum tenang.
Tidak dengan Luvia, dia melamun menatap kosong kedepan, Raden tahu apa yang membuat Luvia seperti itu.
"Apa bayangan itu kembali lagi?" Tanya lebih Raden menatap Luvia.
Gadis itu menatap Raden lalu mengangguk pelan. Raden semakin erat menggenggam tangan Luvia dibawah sana.
"Pejamkan matamu. Rasakan kehangatan yang gue berikan dan jangan pikirakan yang aneh-aneh." Nasehat Raden sama seperti waktu itu diatas motor.
Cowok itu yakin dengan cara itu pasti Luvia bisa melupakan bayangan itu walaupun hanya sejenak.
Sesampainya didepan pintu rumah, Raden keluar dari mobil, menghampiri Luvia dan membawa kedalam. Kondisi Luvia buruk, dia lemas sampai menutup mata.
Bok Jum membukakan pintu dan terkejut melihat kondisi Luvia.
"Non Luvia! Kenapa?!" Kata Bok Jum.
"Bik. Nanti saja saya jelaskan. Kondisi Luvia lebih penting." Kata Raden.
"Ba-baik Aden, bawa saja ke kamarnya." Perintah Bok Jum.
Raden mangganggukkan kepala mengerti, dan segera menuju lantai dua.
Sesampainya didepan pintu bertuliskan 'No Entry!'. Raden sudah membacanya. Tapi, dia tetap masuk ke dalam kamar itu.
Pintu kamar Luvia terbuka, dibawanya menuju ranjang, di letakkan Luvia dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kesakitan.
Bok Jum datang dengan handuk dan pakaian untuk Raden. Dari tadi dia belum sempat mengganti baju yang basah serta sebuah nampan berisi susu hangat dan kue kering untuk menghangatkan tubuh.
"Aden! Aden ganti baju dulu di bawah. Saya mau mengganti baju Non Luvia, kasian dia tidur dengan baju yang basah." Titah Bok Jum sopan dan dibalas anggukan kecil oleh Raden.
"Makasih Bok." Jawab Raden menerima handuk dan pakaian dari Bok Jum.
Raden sudah bersih sekarang, dia sudah mandi serta mengganti bajunya. Tidak tahu itu baju milik siapa namun baju itu sangat pas di tubuh Raden.
Dia segera masuk ke kamar mengecek keadaan Luvia.
Sesampainya dikamar Luvia pertama yang ia lihat hanya tubuh Luvia yang terkujur di atas ranjang.
Raden duduk di samping ranjang, dia menatap lekat wajah Luvia yang tertidur, terlihat sangat lemah. Mengingat kejadian dipesta hatinya kembali sakit. Gadis didepannya ini tidak tahu apa-apa, kenapa harus dia yang terluka?
Raden merasa bersalah atas kecelakan ini, apa yang harus dia katakan kepada orang tua Luvia saat mereka mengetahui keadaan putrinya seperti ini akibat dirinya.
Cowok itu memutar otaknya untuk mencari siapa yang berani menyentuh Luvia bahkan sampai mencelakakan nyawanya. Dia berjanji tidak akan pernah mengampuninya.
Raden mendekatkan wajahnya ke wajah lelap Luvia, tangannya mengusap kepala Luvia, diusapnya dengan sayang sambil tersenyum, hanya melihat wajah yang tenang membuat emosinya memudar dan bisa berfikir jernih tanpa menuduh orang yang belum tentu pelakunya.
Saat sebulan belakangan ini menjalani hubungan dengan Luvia membuat harinya berbeda. Ada perasaan nyaman dan bahagia disini, apalagi saat bertengkar dengan wajahnya yang merah padam membuat dia tertawa setelah 12 tahun dia sembunyikan.
Hubungan antara dia dan Luvia kian hari kian mendekat membuat Raden perlahan melupakan misi pertamanya untuk menyelidiki Luvia.
Misi itu tidak penting, dia percaya kepada Luvia, gadis ini tidak mungkin melakuan hal seperti itu, tugas mata-mata sangat sulit dilakukan. Kalau Luvia adalah orang suruhan Aldi, dia belum sepenuhnya yakin, akan dia cari seiring berjalannya waktu dan itu tidak akan memanfaatkan hubungannya.
Luvia sangat berarti dalam hidupnya, entah dari mana Raden juga tidak mengerti soal itu, yang dia tahu hanya dia tidak menginginkan Luvia pergi.
"Lo tidak perlu kawatir, Via. Secepatnya gue akan mencari Seckte itu. Akan gue habisi dia, gue janji!" Raden terus mengusap kepala sesekali mengusap pipi.
"Tidak perlu takut lagi, gue di sini akan selalu menjaga lo. Gue gak akan membiarkan lo dalam bahaya lagi." Lanjutnya.
Perlahan Raden mengecup dahi Luvia lembut, kecupan yang begitu tulus sebagai tanda minta maaf.
"Maafin gue, Via." Katanya menarik kecupan di dahi Luvia.
Raden berjalan di sekitar kamar Luvia yang ternyata ada tulisan 'No Entry!' di pintu masuk. Tapi, dia sudah masuk lewat jendela malam itu, pasti ada sesuatu yang memang orang lain tidak boleh mengetahuinya.
Tidak sengaja matanya menangkap sesuatu dari balik almari Luvia dengan sedikit terbuka. Bok Jum belum rapat menutup saat mengambil baju tidur Luvia.
Ada perasaan yang membuat dia ingin membuka almari tersebut, entah apa yang dia pikirkan saat ini, tapi ada sesuatu yang harus dia lihat. Raden berjalan mendekati almari itu lalu perlahan membukannya.
Raden melototkan matanya saat melihat isi dari dalam almari Luvia.
Dugaannya benar, dia salah dalam mengartikan semua ini.
Wajah polos itu telah berhasil menipunya.
Taruhan
.
.
Tbc....
Kira kira apa yang Raden lihat di almari Luvia....?
Enggak! Bukan itu, astaga otak kalian itu memang selalu kotor ya? Apa Via yang justru pikiran kotor itu...? Hahahah...
Gak lucu wlee😝.....
Okelah, tetap lanjut ke chapter selanjutnya...
See you.....
.
.
Vialivi Wdh • Taruhan 21