Backstreet Of Badboy (COMPLET...

Autorstwa sithaiteaaa

360K 17.8K 21.9K

[BEBERAPA PART DIPRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Akibat masa lalunya yang kelam membuat cewek dingin, cantik... Więcej

Chapter 1
T O K O H
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 [REVISI]
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47 [REVISI]
Chapter 48 [REVISI]
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51 [REVISI]
Chapter 52 [REVISI]
Chapter 53 [REVISI]
Chapter 54 [REVISI]
Chapter 56
Chapter 57 [REVISI]
Chapter 58 [END]
EXTRA PART
EXTRA PART II
EXTRA PART III

Chapter 55 [REVISI]

2.5K 117 9
Autorstwa sithaiteaaa

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...
   

"Hmphhhh..."

"Mphhh..."

"Hpmhh..."

Amel ingin berteriak meminta tolong tapi apa lah daya ada sesuatu merekat di mulutnya.

Amel manangis, tubuhnya bergetar hebat. Ia benar-benar takut sekarang!

Amel tidak bisa melihat siapa pun, sekitarnya terlihat begitu menjijikan dan sepi membuat ketakutannya bertambah.

Saat Amel meronta untuk membebaskan dirinya, derap langkah kaki terdengar mendekat membuat tubuh Amel diam seketika.

"Sudah bangun kamu gadis kecil!" ucap lelaki bertato itu.

'Siapa lelaki ini?' batin Amel takut.

"Ternyata kau lebih cantik aslinya!" lengan lelaki itu bergerak membelai pipi Amel dengan cepat Amel memalingkan wajahnya.

"Gimana jika kita bermain-main sebentar, sebelum boss datang. Bagaimana cantik?" bisiknya di telinga Amel.

"Mphhh..."

"Apa? Kamu tidak sabar untuk memulainya? Baiklah, kita mulai." seringai lelaki itu semakin lebar.

Amel menggelang takut, lelaki itu bergerak mendekat dan tanganya sudah bergerak membuka celananya.

"Hmphhh..."

'Bunda, ayah, bang Varo. Amel takut' batinnya gemetar.

"Tidak usah takut, sayang." lelaki itu membelai pipi lalu turun ke leher, sedikit menarik tengkuk Amel dan menempelkan bibir mereka...

Srek!

Mata Amel membulat setelah melihat lelaki tersebut tergeletak bersimbah darah, pisau lipat masih menancap dadanya.

"Aku mengerjakan kau bukan untuk menyentuh wanitaku. Hanya aku berhak menyentuhnya!" ucapnya dan menarik kembali pisau lipat itu, memasukannya dalam saku celana.

Lelaki tersebut mati!

Ketakutan Amel semakin menjadi, setelah mengetahui cowok di depannya ini. Dia Darel! Ya, Darel!

"Kau terlihat takut sekali sayang. Kau tenang saja, kau aman bersamaku." ucapnya membelai pipi Amel, Amel berontak.

"Mpmhhh..."

"Mhmm..."

"Hmphhhh..."

Suara Amel tidak terdengar jelas, mulutnya masih di lakban.

"Renata, sudah lama sekali tidak bertemu" Cowok itu tersenyum mengerikan. "Semanjak kejadian itu, Devan sialan melaporkan aku kepolisi....dan kamu liat sekarang aku bebas" Derel tertawa keras, menggema. Iblis itu telah kembali.

"Kau tau, aku tidak pernah menyesal menyentuhmu saat itu....hmm...bagaimana kita coba lagi?" tanganya membelai pipi lalu turun bibir, bermain lama leher dan bergerak lebih jauh lagi.

Amel menggeleng keras. Isaknya tidak terdengar, suaranya terendam. "Mphhhh...."

"Kau ingin bicara, sayang?" Darel menarik lakban yang menutupi mulutnya dengan keras.
Srek!

"Arghh..." pekik Amel kesakitan.

Darel menyeringai. "Sakit? Itu tidak sebanding dengan sakit hatiku selama ini." rahang Darel mengeras.

"M-maksud lo?"

"Gadisku sudah banyak perubahan, ke mana gadisku selalu mengikuti perintah ku." tekan nya. Semakin menakan pipi Amel."Kau masih ingat aku bukan, aku Darel, seorang anak tidak pernah mendapatkan kasih sayang. Kau tahu kenapa aku tidak pernah mendapatkannya, kedua orang tua ku selalu mengagung-agungkan adiku di bandingkan aku, aku selalu terbuang."

Amel terdiam mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Darel. Lelaki itu lemah sekarang, Amel bisa melihat itu!

"Orang tuaku bercerai, dan kau tahu, penyebabnya! Itu semua karena lelaki tua itu, Aditama."

Mulut Amel menganga tidak percaya, ini benar-benar mengejutkan!

"Kenapa? Kau terlihat terkejut, ah sepertinya pacar mu selalu kau puja itu tidak pernah menceritakan itu bukan?" melihat Amel masih terdiam, sudah pasti kata-kata Darel seratus persen benar.

Darel bertepuk tangan dan menggema seluruh ruangan ini. "Wow! Pacar sialanmu tidak pernah menganggap mu begitu."

"Dia bukan seperti itu!" ucap Amel membela.

"Lihat lah! Dalam keadaan seperti ini pun kamu masih membelanya. Sudah berapa banyak sudah dia bayar?"

"Apa?"

"Lelaki bajingan itu, dia telah menghancurkan impianku! Walaupun kedua orang tuaku tidak pernah menyayangiku aku selalu menginginkan keluarga utuh. Tetapi lelaki tua itu menghancurkan semuanya, dia dan ibu ku selingkuh saat aku masih kecil, dan paling menjijikkan ibu ku mengandung anak dari lelaki bajingan itu!" Nafasnya memburu dadanya terasa sangat sesak, masa lalu dia kubur selama bertahun-tahun kini kembali teringat.

Amel tidak bisa berkata lagi, semuanya cukup mengejutkan!

"Ayah ku sangat shock mendengar itu dia jatuh sakit dan tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Tapi sekarang dia sudah bahagia di sana." Darel mengedahkan kepalanya, menatap langit-langit gudang.

"Kau tahu, siapa anak haram itu?" Darel terkekeh sarkas sebelum mengatakannya. "Dia Farah!"

Sungguh! Kejutan apa lagi ini!

Amel tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Farah? Dia adik Devan? Mengapa Devan tidak pernah cerita?

"Ck, lelaki itu terlalu banyak menyembunyikan rahasia. Aku iri dengan adikku." Darel sudah menduga ini!

"A-adik?"

Alis cowok itu terangkat. "Ahh....aku lupa ceritakan, Farel dia adikku. Sangat mengejutkan bukan? Harusnya aku menyuruh dia untuk balas dendam....dasar anak membangkang!!"

Dia tidak menduga ini!

"Baiklah, sudah cukup." Darel menegakan tubuhnya, sudah cukup cerita masa lalunya.

"Kau tahu, aku membawamu kemari untuk apa?" tanya Darel.

Amel menggeleng lugu.

"Tentu balas dendam bodoh!" Darel mencengkeram kuat rahang Amel hingga cewek itu terpekik kesakitan.

"Kau tahu, malam ini kau terlihat sangat cantik!" ucap Darel tatapan tak terbaca.

Amel menggelang takut.

"A-apa mau lo hah?" Amel bertanya dengan suara bergetar.

"Sempel saja, kita bermain-main lebih dahulu sebelum aku membunuhmu." Darel bergerak turun mencium lehernya, Amel berontak—Darel menahannya.

'Devan hiks..."

~~BOB~~

"ARGH! BANGSAT! GAK BECUS LO SEMUA?!" bentak Devan pada anak buahnya.

"GAK BERGUNA!"

"Sabar Dev sabar, Amel pasti ketemu." ucap Ardan menepuk bahu Devan.

Devan menatap Ardan tajam. "Sampai kapan? Sampai kita ketemu jasadnya?"

"Astagfirullah! Dev, dev otak lo mikirnya udah negatif gimana kita bisa nemuin Amel." celetuk Alan.

Apa di katakan Alan ada benarnya! Ia harus tenang dan berfikir positif!

Tiba-tiba saja notifikasi masuk dalam ponselnya, dengan malas Devan mengambilnya.

Farel? Tidak bisanya Farel mengirim pesan padanya!

Gue tau lokasi Amel sekarang.

Devan manatap anak buahnya satu persatu. "Kita langsung ke lokasi udah gue kirim." tegas Devan dan menyalakan motornya di ikutin yang lain.

~~BOB~~

Prok!

Prok!

Prok!

"Bisanya lo ambil kesempatan. " ucap seorang cewek di belakang Darel.

Darel menjauhkan badanya, bergeser sedikit agar wajah cewek itu terlihat jelas.


Olivia? Dia di sini?' batin Amel.

"Apa kabar Amel, sudah lama tidak bertemu bukan?" Olivia berjalan mendekat tanpa aba-aba Olivia menarik rambut Amel kebelakang membuat cewek itu terpekik kesakitan.

"Kali ini gak ada yang bisa nolongin lo! Lo bakal mati di tangan gue, dan Devan seutuhnya menjadi milik gue!" ucapnya sambil tersenyum devil.

"Cih, mimpi! "

Plak!

Olivia menampar pipi Amel dengan nafas menderu dan wajah memerah menahan emosi.

"Semakin pinter ngomong lo!" Olivia tertawa seraya mengusap Puncak kepala Amel.

"Gak bakal biarin lo lolos dari gue!" ucap Olivia.

"Anda terlalu percaya diri!" ucap Amel dengan suara di buat-buat, membuat Olivia semakin kesal.

Plak!

"Mulai berani lo jawab ucapan gue?" Olivia melepaskan tanganya dari rambut Amel kasar, lalu menampar pipi Amel berulang kali.

Plak!

Plak!

Plak!

Plak!

Manusia ga ada adab! Eh...termasuk manusia ga nih?

Amel tidak mengeluarkan suara sedikitpun, ia pasrah dengan keadaanya sekarang. Mengabaikan darah segar keluar dari ujung bibirnya yang lebam biru di pipinya terlihat.

"Sebegitu berharganya Devan bagi Olivia? Sampai melakukan hal menjijikkan seperti ini. Cih murahan!" entah dapat kekuatan dari mana Amel mengatakan itu.

Habis sudah kesabaran Olivia!

Olivia mengangkat tangan kirinya melayang di udara lalu memberikan tamparan entah keberapa kalinya.

Tanpa berkata apapun lagi, Olivia segera berbalik dan meninggalkan Amel sendiri, Darel mengikutinya.

Setelah pintu benar-benar tertutup, di situlah air mata Amel meluncur dengan derasnya tubuh Amel bergetar ia mencoba menahannya do hadapan Olivia tadi. Tapi sungguh! Amel tidak bisa menahan kesakitanya, tidak hanya fisik, hatinya jadi juga.

Dia takut! Merasa asing!

Tidak ada tanda-tanda akan menolongnya.

Di mana bunda? Ayah? Bang Varo? Devan? Saat ini Amel sangat membutuhkan kalian.

Di luar sana, Farel menendang tulang kering Darel cukup kencang. Tak tanggung tanggung Farel memukul wajah Darel tanpa ampun.

"Di mana Amel, bodoh?" teriak Farel menarik kerah baju Darel.

"Dia sedang tidur karena kelelahan!" bisik Darel di telinga Farel semakin membuat cowok itu naik darah.

"Bangsat! Apa yang lo lakuin hah?" bentak Farel.

"Tentu bersenang-senang. Dia sangat menikmatnya hahaha." ucap Darel lalu terbahak

Darel semakin tertawa melihat musuhnya sudah terpancing emosi, memang itu lah tujuannya.

Bugh!

Darel memegangi sudut bibirnya kembali mengeluarkan darah, bukan pukulan Farel melainkan Devan.

Darel bangkit, menyeringai sebelum bertepuk tangan, begitu menggema di ruangan kosong ini. Keluar lah puluhan anak buahnya dari tempat persembunyian mereka, berbadan besar tapi Devan tidak takut.

"Bebasin dia!" suara serak Devan terdengar santai tapi penuh tekanan.

"Wow! Seorang anak dari lelaki brengsek, sudah sok jagoan rupanya." ucap Darel diiringi kekehan.

"Brengsek! Jangan pernah lo libatin Amel, masalah lo sama gue. Dia ga tau apa-apa" ucap Devan dingin.

"Kenapa? Takut? Ternyata sudah terlalu banyak rahasia lo simpan! Gimana dia mengetahui semuanya?" Darel menaikan alisnya dengan seringaian tercetak di bibirnya.
"Brengsek!!"

Habis sudah kesabaran Devan! Devan langsung melangkah dan menghajar Darel tanpa ampun, Farel mengambil kesempatan itu untuk mencari tempat Amel disekap, sedangkan anak buah Devan dan Darel saling serang.

Devan sudah seperti orang kesetanan, ia memukuli Darel membabi buta. Tatapam tajam menembus pada mata Darel yang meringis kesakitan.

Bugh!

Bugh!

Pukulan terus terlontar pada wajah dan perut Darel hingga pukulan terakhir Devan hujamkan didada Darel tergeletak di lantai. Devan membungkukkan tubuhnya sejajar pada wajah Darel.

"Di mana Amel?" tanya Devan dengan suara serak.

"Sampai kapan pun gue gak akan kasih tahu." jawab Darel dengan nafas tersengal.

"Argh!" Darel terpekik karena Devan semakin mengeraskan pinjakannya.

"Di mana Amel?" tanya Devan lagi.

Tiba-tiba saja terdengar suara teriakan memanggil namanya membuat Devan menatap kearah suara dengan pandangan khawatir.

"Devan!"

Devan melepaskan pijakannya pada Darel dan melangkah mendekati Amel sebelum...

"Berani melangkah cewek ini akan mati!"  Olivia sudah berdiri di samping Amel mengarahkan ujung pistol tepat di pelipis  Amel.

Bukan hanya Devan. Farel, Ardan dan Alan yang melihat itu ikut terkejut.

Srek!

"Devan!"

Devan meringis memegangi perutnya mengeluarkan darah. Darel dengan wajah menyeramkan berdiri tepat di hadapannya.

"Lo gak apa-apa?" tanya Farel memastikan.

Devan menggeleng lemah, tatapannya tidak beralih menatap wajah Amel terlihat khawatir sekarang. Devan mengangguk seolah ini hal kecil baginya, wajahnya pucat seakan kekuarangan darah.

"Lo gila hah?" bentak Farel bergerak ingin memukul lagi namun di tahan oleh Devan.

Darel menatap Farel dingin. "Dia pantas mendapatkan itu." lalu pergi begitu saja.

Mata Devan membulat saat melihat segerombolan lelaki berbaju hitam mengarahkan pistolnya pada Amel, tubuh Amel semakin bergetar takut, ia benar-benar takut.

Mengabaikan rasa sakit itu, Devan berjalan mendekati Olivia,  matanya tak lepas dari Amel.

"Lepasin Amel!" ucap Devan saat berhadapan dengan Olivia.

Olivia berjalan mendekati Devan dan meletakan tangannya dada Devan, mengusapnya dan tersenyum menggoda. "Buat apa kesini, kita harus merayakan pesta setelah kematiannya."

Tiba-tiba Devan mendorong tubuh Olivia hingga cewek itu terhanyut ke belakang dan berjalan mendekati Amel, memeluknya. Devan memeluk Amel sangat erat. Devan tidak ingin kehilangan gadisnya.

"A-aku takut Dev hiks..." Amel menangis dalam pelukan Devan.

"Aku di sini sayang," Devan mengencup Puncak kepala Amel, menanangkan Amel. Ia tidak tega melihat luka wajah gadis itu, biadab, menggertakan rahangnya, Devan tidak akan memaafkan ini.

Olivia yang geram melihat pemandangan hadapannya menginstruksi salah satu dari gerombolan itu untuk merebut Amel.
Namun sebelum itu, Farel sudah lebih dahulu menyerangnya. Amel semakin mengeratkan pelukannya pada Devan. Amel mendongak, mengusap wajah pucat Devan.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Amel cemas.

Devan mengencup tangan Amel berada di pipinya. "Cowok kamu ini kuat,"

"DEVAN!!!" teriak Amel tiba-tiba saja tubuh Devan ada yang menariknya hingga terhanyut karena pukulan hingga pelukan mereka terlepas. Lelaki berbaju hitam menghajar Devan sudah kehabisan tenaga, sengaja menekan luka, darah merembas hampir sebagian lantai.

Amel menangis ketakutan, ia tak mengerti harus melakukan apa. Kakinya tidak bisa di gerakan saat itu juga. Kepalanya berputar menyaksikan kejadian ini. Tiba-tiba suara Olivia membuatnya semakin takut.

"Bodoh! Tahan Amel!" teriak Olivia.

Lelaki itu berlari menghampiri Amel membuat cewek itu ketakutan dan memilih berlari, ia sedikit kebingungan ingin berlari ke arah mana, gudang ini cukup besar dan gelap akhirnya Amel mengikuti langkah kakinya.

Amel berlari ke arah belakang gudang yang ternyata adalah kebun luas, gelap jalan ini tidak rata, tidak bisa melihat apa-apa, namun ia terus berlari menerobos semak-semak yang menjalar. Sesekali melirik ke belakang memastikan lelaki tadi tidak mengikutinya, namun harapannya salah lelaki itu berlari tak jauh darinya.

Amel semakin mempercepat larinya hingga ia menemukan jalan beraspal cukup sepi, ia berlari mengikuti jalan itu untuk mencari pertolongan.

Tapi tiba-tiba seseorang berdiri dihadapannya dan langsung menahan lengannya agar tidak bisa bergerak, Amel manangis dan meronta agar orang itu melepaskan Amel.

"DIAM! "

Olivia menyeret Amel berjalan menjauhi gudang itu, Amel dapat melihat Devan, Alan, Ardan terkepung ditengah-tengah gerombolan lelaki berbaju hitam itu di sini kanan dan kirinya.

"Lepasin dia!" bentak Devan.

Olivia menyeringai dan menodongkan pistol di pelipis Amel. Bergerak menekan pelatuknya.

"Anjing!"

"Gak semudah itu aku lepasin gadis bodoh ini!" ucap Olivia lagi, menyeringai—sisi iblisnya terlihat.

"Mau lo apa, nenek sihir?" tanya Alan jengah.

Olivia terkekeh sinis. "Mau gue? Gue miliki Devan SEUTUHNYA!" Olivia menarik rambut Amel hingga cewek itu meringis.

Devan yang geram memberontak—mengeluarkan tenaga masih terisa, sial! Mereka mengikatnya, ia tidak tega melihat gadisnya kesakitan seperti itu.

"Gue benci lo, gue benci. Lo ngerebut Devan dari gue, Devan cuman milik gue seutuhnya. Dia punya gue!" lengan Olivia  tidak memegang pistol itu turun ke leher Amel dan mencekiknya.

"Lo jalang, perebut cowok orang. Gue benci lo, gue benci lo Mel!!!" bentak Olivia menggebu-gebu.

"Gak punya hati lo!"

"Lepasin dia!"

"Dasar nenek sihir gak punya otak!"

Tiba-tiba seseorang memukul punggung belakang Olivia hingga cewek itu terhanyut ke depan. Farel menyembunyikan Amel dibalik punggungnya.

"SERAHIN DIA!" bentak Olivia, sesekali cewek itu meringis.

Farel tak menanggapi, menatap Olivia tanpa rasa takut. Dia beralih menatap Amel lalu mengatakan sesuatu.

"Larilah sejauh mungkin!" ucap Farel mendorong Amel dan detik itu juga Amel berlari sejauh mungkin.

Amel berlari sekencang mungkin, sesekali ia melihat seseorang berlari di belakangnya membuat Amel berlari lebih cepat lagi.

Amel tidak terlalu fokus, ia tidak memperhatikan jalan dengan benar. Dari arah berlawanan terdapat mobil melaju dengan kencang, di pertengahan jalan Olivia mencekal tanganya dan saat mobil itu semakin mendekat...

Bruk!

"AMEL!" Devan berlari secepat mungkin untuk menggapai tubuh Amel tergeletak di aspal, sedangkan mobil itu melanju entah ke mana. Sial! Devan akan mencari itu nanti.

Devan menaruh kepala Amel di pahanya bahkan ia lupa jika terdapat luka di perutnya, ia mengabaikan itu semua. Lengan Devan bergerak mengusap kepala Amel di penuhi darah.

"Sayang kamu kuat, kamu harus bertahan. Kita ke rumah sakit." ucap Devan dengan suara bergetar. Matanya memanas, detik berikutnya air matanya turun. Menepuk dadanya terasa sangat sesak. "BANGSAT! SIAPIN MOBIL SEKARANG?!"

Dengan sisa tenaganya, Amel mengelus rahang kokoh kekasihnya. Ia tersenyum meski dalam keadaan sakit. Kepala, hidung dan mulutnya mengeluarkan cairan merah, dengan tangan bergetar Devan menghapus namun sia-sia darah terus keluar semakin deras.

"O-obati...luka kamu Dev....aku gak apa-apa...liat aku masih liat kamu, burem dikit..." Amel berbatuk mengeluarkan darah.

"Jangan gitu, aku takut." Devan memeluknya—noda darah berlumuran bajunya.

"Kepala aku....pusing dev....ga kuat.....makasih...udah jadi pahlawan b-buat aku....aku sayang kamu." dan selanjutnya mata Amel terpejam dan kehilangan kesadaran!

"Enggak! Buka mata kamu sayang! Hei, kamu denger aku kan? Buka mata kamu atau aku bakal benci kamu!" Devan menangis dan menyatukan kening mereka. Tanpa sadar Devan meneteskan air mata."Bangun sayang,bangun mel, jangan tinggalin aku. Bangun sayang,"

Saat itu langit semakin menggelap, awan menghitam. Petir menyembar dengan suara menggelegar, detik selanjutnya rintikan hujan turun dengan deras membasahi keduanya dan malam itu menjadi saksi bisu kehancuran Devan.

•••••

UDAHHH SELESAIIII, AKHIRNYA AKU BISA NYELESAI JUGA HAHAHA💓💓💓

Aku butuh notif kalian😭😭😭😭

Ada yang bisa nebak, endingnya gimana?

Vote, komen dan share yang lainnya yaaaa!

40 vote for next?

Mau update kapan??

Sedih bentar lagi pisah sama babang Depan😭😭😭😭😭😭😭, btw ini 2000 WORD LHO PUAS BANGET GAK TUH!

Ramaikan komen!!!

Tbc❤

MELVAN

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.1M 81.8K 39
Berandal sekaligus tukang tawuran itu akan menjadi seorang ayah! *** Nora tiba-tiba saja terbangun di atas ranjang yang sama dengan seorang cowok yan...
62.3K 2.1K 35
"Maafin aku, Kak Arka," mohon Aurel dengan menyatukan kedua tangannya di dada. "Nggak ada kata maaf, buat lo! Gadis miskin," ucap Arka sambil menarik...
4.9M 426K 53
Bagaimanakah jika seorang gadis yang masih sangat muda dan masih duduk di bangku SMA hamil? Apalagi, hamil dengan pria yang selama ini sangat ia taku...
826K 42.6K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...